40

5.9K 861 1.1K
                                    

Helloo bestieee
Sorry lama banget, gua ada kesibukan dikitt kemarin. Jangan ngambek, lu gak akan dibujuk Rayhan.
Haha okee dehhh happy reading!!

***



"Citra?"

Perempuan itu membantu Rayhan berdiri sambil memegang payung. "Ayo pulang, gue anter."

Senyum tercetak jelas dibibir Citra saat Rayhan mengangguk, ia bersorak ria dalam hatinya. Kapan lagi pulang bersama cowo yang diidam idamkan, bukan? Citra sangat bahagia.

Salsa, Salsa, tenang aja gue bakal gantiin posisi lo kok buat jagain Rayhan batin Citra.

"Masuk, Ray. Keburu hujan nya makin deras," ujar Citra sambil membukakan pintu untuk Rayhan.

Setelahnya, Citra masuk dan duduk disamping Rayhan. "Jalan pak," titah Citra.

Hening. Tidak ada satu orang pun yang berbicara, hingga akhirnya Citra berdehem walaupun tak direspon oleh Rayhan. Rayhan tetap sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Citra sedikit dongkol.

Citra menatap Rayhan sedangkan Rayhan menatap lurus kedepan dengan tatapan sendu. Sepertinya, ia benar-benar merasa kehilangan saat ini.

"Ray!"

Tidak ada sahutan keluar dari bibir Rayhan. Citra mendengus kesal, "Rayhan!" panggil Citra lagi seraya mencubit perut Rayhan.

Rayhan terusik ketenangannya, ia menatap Citra seperti bertanya ada apa. Citra memanyunkan bibirnya, "kok dipanggil panggil gak nyahut sih?"

Hanya gelengan kepala lah yang Citra dapatkan. Rayhan kembali seperti posisi semula, menatap lurus kedepan.

"Lo gak usah sedih gitu, masih ada gue."

"Lo bukan Salsa."

Akhirnya, Rayhan buka suara. Ia mengatakan kalimat itu dengan jelas dan tegas. Citra menatap sinis Rayhan namun kemudian memegang tangan kanan Rayhan.

"Iya, 'kan gue Citra. Udah ya, jangan sedih nanti gue ikutan sedih."

Citra merapikan rambut Rayhan namun Rayhan diam saja. Ia antara malas berkata-kata atau menikmati tarian jemari Citra dirambutnya.

Citra menangkup kedua pipi Rayhan lalu ditolehkan agar menghadap padanya. Tatapan mereka bertemu, Citra tersenyum, jempolnya bergerak mengelus pipi Rayhan, ia sedikit mendongak lalu mengikis jarak antara wajah mereka.

Seragam ketat milik Citra semakin mengetat karena posisi Citra yang duduk sambil memegang pipi Rayhan yang lebih tinggi darinya.

Rayhan menatap mata Citra lalu beralih ke dada Citra. Saat Citra mendekatkan wajahnya ke wajah Rayhan, tatapan Rayhan kembali bertemu dengan tatapan Citra.

"Mau ngapain?"

Pertanyaan itu membuat pergerakan Citra berhenti. Tatapan Citra menjadi sayu jempolnya berpindah ke bibir tebal milik Rayhan. Ia mengelus bibir Rayhan lembut. Rayhan mengerti. Ia menatap tatapan Citra yang sayu.

"Lanjut."

Mendengar itu, senyum Citra merekah. Tangannya turun beralih bergantung di leher Rayhan. Namun Rayhan hanya diam tak bergerak sama sekali.

Saat jarak wajah mereka sudah tinggal beberapa inci, Rayhan membekap mulut Citra dan mendorongnya menjauh.

"Dasar murah."

"Turunin gue disini aja, pak."

Citra memanyunkan bibirnya lalu berdecak kesal. Ia menahan tangan Rayhan, "pulang bareng gue aja, ish."

Tapi Rayhan tetap turun tepat didepan kedai kopi. Citra ikut turun dan terus menahan Rayhan.

"Ayok pulang bareng aja!"

"Sana lo pulang!" titah Rayhan.

Citra tetap keras kepala, saat Rayhan ingin berjalan pergi, Citra tiba-tiba memeluk Rayhan dari belakang. Rayhan spontab berhenti dan berusaha melepas pelukan Citra diperutnya.

"Awas gue mau pulang! Minggir gak lo?"

"Gak mau, Rayhan," ujar Citra dengan nada manja yang dibuat-buat. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

Rayhan berbalik lalu dengan spontan posisi Citra sekarang memeluk Rayhan dari depan.

"Liat, baru juga putus."

Alisa, cewek itu sedang berada dikedai kopi bersama Salsa. Mereka melihat drama itu dari tadi. Salsa menatap datar pada Rayhan. Tak ada kata apapun yang dapat mewakili perasaannya.

"Sabar."

Salsa menatap tangan Alisa yang mengelus lengannya. Ia tersenyum tipis.

Disisi lain, Rayhan berusaha melepas pelukan Citra lalu menatap Citra dingin. "Murah banget lo jadi cewek."

Bahkan kalimat itu tak bisa membuat Citra berhenti menahan Rayhan. Ia mengerucutkan bibirnya, "Rayhan mah."

"Lo pikir lo gemesih? Lo bukan Salsa."

●︿●

Keadaan Rayhan sangat berantakan saat ini. Mata merah karna kelamaan menangis, badan lemas karna tidak makan, rambut acak-acakan. Sudah seperti orang yang tidak punya semangat hidup.

Ia menatap laptop dengan wallpaper foto Salsa yang sedang tersenyum. "Cantik banget cewek gue." Ujarnya tak sadar sambil tersenyum mengelus layar laptopnya.

Beberapa detik kemudian, senyumnya pudar diganti dengan tatapan sendunya. "Eh, udah putus ya? Hehe," ia menyengir seperti mengejek dirinya sendiri.

"Salah gak sih gue kalau masih berharap sama lo?"

"Gue jahat ya, Sal?"

"Gue nyakitiin hati lo."

"Tapi hati gue juga sakit bukan cuma hati lo. Disini, Sal. Sakit," ujarnya dengan tangan menunjuk dadanya.

Rayhan mengusap airmatanya yang sedari tadi tidak bisa ia hentikan. "Airmatanya nakal banget, Sal. Gak mau berhenti, ayo marahin."

"Lo lagi apa sekarang?" tanyanya pada foto Salsa yang masih setia ia tatap.

Hembusan nafas pasrah Rayhan terdengar sangat menyedihkan. Ia memejamkan matanya sebentar lalu berpindah ke tempat tidur, merebahkan badannya.

"Gue harap ini cuma mimpi."

"Gue harap besok lo masih sama seperti kemarin."

"Gue harap hubungan kita masih sama."

"Gue harap lo masih sayang sama gue."

"Selamat malam, Salsa. Semoga tidur lo nyenyak ya?"

Rayhan terus saja berbicara dengan Salsa lewat fotonya. Kini, ia menatap foto Salsa dilayar hpnya bukan lagi dilaptop.

Beralih menatap langit langit kamarnya yang terlukis wajah Salsa dengan sangat besar. Bahkan orang orang yang masuk ke kamar Rayhan tidak menyadari lukisan itu.

Tersenyum, Rayhan tersenyum sebelum akhirnya air matanya kembali turun. Ia menangis lagi.

***

1k komentar for chapter selanjutnya.

Siapa yang suka Rayhan jadi sadboy?

Follow me on ig
(@im.angelh_)

RAYHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang