14. Itu...

411 63 1
                                    

Sampai akhir, seseorang yang dia tunggu-tunggu tidak pernah muncul lagi tanpa keterangan, hingga hari kepulangannya ke Korea Selatan.

Chat dan Telponnya tidak bisa tersambung bagaimanapun caranya Jeno mencoba. Itu tetap di luar jangkawan, seperti sengaja di garis bawahi, bahwa orang itu tidak ingin siapapun menghubunginya.

Ada apa dengan Ketua?

Mengapa dia menghilang tiba-tiba?

Apakah karena Ciumannya yang lancang, dan mengejutkannya? Atau ... Karena Ketua tersingguh oleh kelakuannya?

Jeno memandang sekelompok Temannya dan beberapa Guru JIS yang dengan baik mengantarnya ke Bandara Internasional. Semuanya berkumpul, mengucapkan perpisahan dan wejangan agar dia tidak melupakan mereka setelah pulang, tetapi orang yang dia inginkan untuk berbicara dan menceramahinya tidak ada di sini.

Ada Guru bahasa Korea, Joon-Woo. Yang terus berbicara sambil merangkulnya dengan akrab.

Wakil Osis, Chenle Teo. Yang bersidekap tanpa mengatakan apapun.

Bendahara Osis, Aarav Abian. Yang cerewet dan dengan bodoh mengoceh tentang Teman Korea untuk di kenalkan padanya.

Dan, Mark ... Ketua Tim Basket JIS, yang sekarang bersahabat dengannya.

Semuanya lengkap disini.

Namun, entah kenapa Jeno masih merasa kehilangan.

Bukan hanya dia yang bingung dan bertanya-tanya tentang di mana Renjun berada, namun semuanya juga di tinggalkan tanpa harapan. Bahkan Chenle dan Abian, teman terdekat Ketua pun tidak tau kemana orang itu pergi. Seolah-olah Renjun lenyap begitu saja.

Apakah kamu marah padaku?

Kamu tidak suka aku mencium mu?

Atau kamu tidak nyaman dengan perasaan ku?

Tapi, Renjun ... Percayalah, perasaan yang aku miliki ini bukan hasil dari coba-coba. Tetapi perasaan nyata yang tumbuh begitu saja.

Kamu adalah Cinta Pertama ku di Dunia baru ini. Aku yakin, aku tidak akan bisa melupakan mu dengan mudah.

÷×÷

"Apa kamu punya Pacar, Bian?"

Abian baru saja membuka mulutnya lebar-lebar ingin menyuap sesendok Sayur Asem buatan Ibunya, namun di tengah jalan dia di Interupsi dengan pertanyaan yang mengejutkan. Pasalnya, Ibunya yang cuek ini tidak pernah Kepo tentang urusan percintaan Abian seumur Hidup.

"Tidak ada. Tapi kalau Gebetan ada. Gadis Sunda, dari Bandung. Cantik, bu! Bicaranya lucu ..." Abian menunjukan giginya saat tersenyum, "Masih pendekatan."

Ibu Mega menatap anaknya dengan ekspresi Rumit. Dia mengulurkan tangannya dan berkata, "Mana Ibu mau lihat Fotonya."

Abian berhasil di buat terkejut lagi oleh keanehan Ibunya hari ini. Tapi, walaupun bingung, dia tetap patuh menunjukan Profil gadis asal Bandung itu pada Ibunya dengan perasaan senang. "Cantik, kan ?"

"Iya. Cantik." Mega memandang foto gadis di layar Ponsel anaknya beberapa saat sebelum mengembalikannya. Alisnya yang sebelumnya mengerut karena terlalu banyak berpikir, sekarang terlihat rileks dan lega. Dia bahkan menambahkan beberapa lauk ke piring Abian dan memuji Anaknya tentang segala hal. "Kamu Pintar memilih. Gadis itu cocok untuk mu."

"Iyakan!" Abian sangat senang. Dia terus tersenyum sepanjang makan.

Lalu, tiba-tiba Ayahnya berkomentar, "Tiga hari ini Ayah belum lihat Renjun. Dia kemana ya?"

[𝐁𝐋] 𝐒𝐌𝐀🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang