Extra; Setelah Reuni

537 64 2
                                    

Manager Nuna menatap Jeno kemudian beralih ke arah empat Pemuda lainnya di belakang. "Mereka temanmu?"

Jeno mengangguk dengan cepat. Di Backstage setelah Konser selesai, Jeno langsung meminta izin untuk tidak kembali bersama member dan staff ke Hotel tempat mereka tinggal. Dia berencana untuk ikut bersama Renjun dan yang lainnya untuk tinggal bersama mereka.

Perlu sedikit usaha untuk meyakinkan Nuna bahwa Mereka berempat bisa di percaya. Wajar saja, Jeno adalah Idol yang baru debut kurang dari Tiga tahun dan tidak boleh ada kesalahan apapun yang bisa mempengaruhi karirnya.

"Mereka semua teman SMA ku. Kami belum bertemu selama Tiga tahun, jadi ... Nuna, tolong izinkan aku ikut bersama mereka."

"Baiklah." Manager Nuna melambai dengan pasrah, "Tapi jangan Pesta Alkohol atau menyewa Anak bebek sembarangan, Ok? Jika mereka memaksa mu, tolak saja."

"Gomawo, Nuna."

"Pergilah."

Jeno tersenyum lebar menunjukan giginya, kemudian berbalik dan berlari, merangkul Renjun dan Abian di kedua tangannya.

"Kamu sangat Bahagia, ya?"

Jeno menoleh, menatap Renjun dan berkata, "Lebih bahagia dari yang kamu kira."

Langit malam di Tangerang kota sedang hujan angin, mereka memutuskan untuk tinggal di Hotel dekat BSD agar tidak terjadi hal buruk di jalan. Mark dan Abian meributkan tentang jumlah kamar yang harus mereka pesan berlima. Abian menginginkan Satu kamar dengan ruangan besar agar bisa menampung semua orang ke dalamnya, tetapi Mark menolak dengan keras usulan itu. Dia berkata bahwa satu kamar dengan Lima Pria besar sangat sesak dan tidak nyaman. Mark tidak mau berkumpul bersama seperti Babi dalam kandang bersama mereka dan takut menumbuhkan kutu di rambutnya.

Abian menjerit seketika dan mengumpat, "BRENGSEK !!" Dia merasa terhina oleh ucapan mantan Kapten Tim Basket Sekolahnya yang pernah dia kagumi, tetapi sekarang tidak akan lagi!

Jeno dan Renjun masih mengepalkan tangan mereka bersama-sama dan menonton pertunjukan konyol Teman-temannya dengan Ekspresi malu di wajahnya. Jeno berbisik ke telinga Renjun, "Kamu mau tinggal Satu kamar denganku?"

Renjun menatap Jeno dengan mata menyipit sambil tersenyum misterius. Tidak yakin kesalahpahaman apa yang dia pikirkan, namun Renjun menyetujuinya hampir tanpa berpikir lagi. Membuat Jeno yang melihat arti dari tatapannya sedikit gelagapan dan ingin menjelaskan dirinya sendiri, namun dia terlalu malu untuk itu. Jadi Jeno hanya bisa menoleh ke arah lain dan menghindarinya sambil Batuk kecil untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka, walaupun hal itu tidak berhasil sama sekali. Telinganya bersemu merah karena malu, dan Renjun yang melihat tingkahnya seperti itu merasa Pemuda itu sedikit lucu.

Chenle berdiri hampir bosan di tempatnya. Dia mendorong Abian ke samping dan mengacungkan Tiga jarinya ke arah Resepsionis dan berkata, "Kami akan mengambil Tiga kamar. Tolong siapkan segera."

Setelah itu dia berbalik dan duduk di Kursi tunggu sebentar sebelum menerima Tiga kunci kamar dari pegawai Hotel dan menggiring teman-temannya untuk pergi.

"Apa ? Kenapa Tiga? kenapa hanya tiga? siapa yang akan tinggal dengan siapa?" Mark berbicara paling cerewet saat ini, dia mengekori Chenle seperti anak Ayam dan meminta penjelasannya.

Abian juga ikut merecoki hingga membuat Chenle pusing. Dia berbalik menatap mereka berdua dengan tatapan Marah dan melemparkan Satu kunci kepada Mark lalu berkata, "Kalian cerewet akan tinggal berdua. Aku akan tinggal di kamar ku sendiri, karena aku yang membayar! Sedangkan Jeno dan Renjun akan menempati kamar lain berdua. Apa ada yang keberatan ?!"

Tentu saja Mark dan Abian lah yang paling keberatan.

Mark; "Tidak mungkin aku tinggal bersama Abian!"

[𝐁𝐋] 𝐒𝐌𝐀🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang