9. Di Rekrut Kapten

457 77 4
                                    

Mark menyeringai sambil mendribble Bola dari tangan kiri ke kanan. Mempermainkan Jeno dengan sombong dan berkata, "Apa kamu bisa merebutnya dariku?.... Apa kamu bisa?"

Sedangkan Jeno masih mempertahankan posisi menyerang dengan ekspresi tenang, tanpa terhasut oleh Provokasi dari Mark. "Kamu terlalu banyak bicara omong kosong. Sekarang lewati aku kalau kamu bisa.."

Ring ada di belakang Jeno, untuk sementara Mark sedikit kesusahan saat melewatinya. Dia berkeringat halus sambil memutar otak untuk mengatur strategi menipu Pemuda itu, namun dia terlalu meremehkan kemampuan lawan... Pertahanan Jeno sangat sulit untuk di tembus.

Sial...

"Kamu sangat lambat. Jika kamu terus mengulur waktu seperti ini maka Kamu akan kehilangan kesempatan mencetak Point lebih banyak."

"Apa kamu baru saja mengdikte ku!?" Mark menggeram marah. Dengan emosi di matanya, dia maju tanpa memperhitungkan baik buruknya. Mark adalah orang yang bersumbu pendek. Dia akan mudah terbakar hanya dengan sedikit provokasi, ini adalah kelemahan yang Jeno lihat darinya.

Sangat di sayangkan.

Akhirnya Mark gagal mencetak Point. Jeno dengan mudah mengambil alih Bola dan berlari, menerjang ke depan dan melompat ke atas ring.

Dia mencetak Point ketiganya tanpa mengeluarkan banyak keringat seperti yang Mark lakukan.

Mark mengutuk dengan kata-kata kasar. Dia menjatuhkan dirinya ke lantai, sambil terengah-engah. "Shibal!"

Jeno mengambil bola yang memantul di udara, kemudian duduk di samping Mark. "Kamu bersumbu pendek. Jika lawan melihat kelemahan ini, hanya butuh Lima menit untuk mereka menang. Kamu harus memperbaikinya Mark."

"Sialan..." Mark berdecak tidak terima. Namun apa yang di katakan Jeno adalah benar. Dia mengakui bahwa emosinya sangat buruk dan untuk sementara merenungkannya.

Dia bertanya dengan malu, namun berhasil menutupinya dengan ekspresi tidak peduli, "Lalu, menurutmu... Bagaimana?"

"Kamu harus bekerja sama dengan Team. Kamu tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri, kerja sama Team itu sangat penting, Mark. Kamu harus tau itu sebagai Kapten. Anggotamu harus di beri kesempatan untuk menunjukan kemampuannya, jangan berambisi, memonopoli bola sendirian. Selain berdampak buruk dan merugikan Team, anggotamu akan terpengaruh nanti."

"Tch! Apa yang bisa mereka lakukan dengan Skill seperti itu?! Kamu pikir aku belum pernah mencoba sebelumnya? Jika ini bukan pertandingan penting, aku tidak akan bersikap seperti ini." Mark merebut bola dari Jeno, kemudian melemparkannya sembarangan, "Jika kamu pikir mereka akan tersinggung dengan sikapku maka kamu salah besar! Mereka malah senang karena tidak harus memikul beban! Orang-orang itu selalu ingin di beri makan gratis!"

Mata Mark berubah gelap saat mengingat sikap anggotanya. Dari luar, orang-orang menganggap Mark adalah Ketua genk dari Team Basket. Dia di sebut Boss kemanapun dia pergi. Namun, mereka tidak tau kalau Boss ini hanyalah alat yang di manfaatkan oleh anggotanya untuk kesenangan mereka, karena Mark tidak pernah pelit soal masalah uang.

Dia juga sangat mementingkan Martabatnya sendiri jadi dia selalu bekerja keras sendirian untuk mempertahankan Posisinya.

Apakah Mark tidak tau kalau dia selalu di manfaatkan? Tentu dia tau. Dia tidak bodoh untuk tidak melihat semuanya, sikap anggota teamnya begitu jelas, jadi bagaimana Mark bisa pura-pura tidak tau?

Dia hanya...

Dia hanya takut mereka menjauhinya jika dia bilang 'keberatan'.

Dan dia juga takut dikucilkan di Sekolah. Ketakutan terbesarnya adalah 'sendirian', dan 'Tanggapan' orang lain adalah hal paling penting baginya.

Itulah mengapa... Saat hubungannya dengan Renjun terancam di temukan. Dia sangat takut anak-anak tau kalau dia Homoseksual dan mengejeknya! Dia tau kalau hubungan seperti itu tidak bisa di terima disini, maka dari itu dia beberapa kali mengecewakan Renjun.

Mark menunduk. Dia mengingat lagi senyuman Renjun saat kencan pertama mereka dan... Ciuman itu.

Dulu dia hanya merasakan 'suka', tetapi sekarang saat mereka berpisah... Mark baru menyadari perasaannya lebih dalam dari itu.

Dia Mencintai Renjun...

Mark ingin memperbaikin semuanya. Dia ingin meminta kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semuanya. Dia ingin kembali bersama Renjun lagi... Karena hanya 'dia' yang selalu ada bersamaku saat aku kesusahan. Dan Renjun juga orang yang paling tau soal karakternya.

"Jangan kalah dengan mereka. Kamu adalah Kaptennya."

Mark memandang wajah Jeno yang tersenyum. Khusus untuk hari ini dia tidak menganggap orang Asing di sampingnya sebagai lumut di pinggir kolam. Dia adalah orang yang menghargai bakat, dan saat dia melihat kehebatan Jeno dalam bermain Basket seketika Mark menurunkan sedikit Egonya dan memujinya dengan jujur dalam hatinya.

"Beri aku nomor WhatsApp mu."

Jeno merogoh Ponselnya dan berkata, "Aku tidak punya WhatsApp."

"Hah!" Mark menatap orang ini dengan mata aneh, "Lalu bagaimana kalian berkomunikasi!"

"Ketua dan teman-teman yang lain membuat akun Kakaotalk sendiri, jadi kami berkomunikasi lewat itu." Alis Jeno melengkung, "Aku tidak biasa menggunakan WA."

"REPOT!" Mark menggerutu tetapi tetap menggulir layar Ponselnya dan mengunduh Kakaotalk. Sialan! Padahal orang ini hanya satu orang. Apa susahnya mengunduh WA. Sekarang semua orang yang ingin berteman dengannya harus repot mengunduh Aplikasi lain! Sangat REPOT!

Setelah bertukar ID dan menambahkan satu sama lain, Mark berkata, "Hey... Ternyata kamu berbakat juga. Sayang sekali jika bakatmu tidak di gunakan... Bagaimana kalau seperti ini, bantu aku mendidik para Bebek itu lalu aku akan membayarmu, setuju?"

Jeno terlihat sangat terkejut. Dia mengikuti Program pertukaran ini bukan untuk mencari uang, tetapi untuk mengenal Budaya Negara lain. Tentu saja dia akan menolaknya.

Dan Mark juga sadar, maka dari itu dia langsung berdiri tanpa mendengar persetujuan Jeno dan memutuskannya sendiri. "Ok! Kamu tenang saja. Aku tidak akan mengganggu Study mu. kamu hanya datang saat sore hari sepulang Sekolah!" Lalu pergi dengan cepat.

"Hey!" Jeno tidak bisa berkata-kata dan bergumam, "Aku belum bilang setuju..."

÷×÷

"APA!!"

Renjun menoleh dengan kedua pipi yang mengembung. Dia sedikit kaget mendengar suara menggelegar Abian yang tidak terkendali setelah mendengar cerita Jeno.

Saat ini mereka berempat sedang Makan Bakso di sebuah kedai pinggir jalan, dekat Sekolah. Jeno menceritakan duel Basketnya dengan Mark dan tentang dia yang di undang Kapten Tim Basket untuk ikut melatih team.

Abian yang paling heboh, lalu di lanjut dengan Renjun.

Jika dia tidak sedang mengunyah maka, dia yang pasti akan bersuara paling keras.

Renjun mengunyah Bakso dengan kecepatan kilat. Dia tidak sabar untuk bertanya detailnya. Pipinya bergoyang dengan cepat seperti Marmut. Pemandangan imut itu tidak luput dari pandangan Jeno.

Jeno sudah menghabiskan Baksonya lebih dulu dan sekarang tidak ada apapun untuk di lakukan. Dia hanya menopang dagunya dengan satu tangan sambil memperhatikan Ketua yang sedang makan.

Renjun tidak menyadari pesonanya. Dia masih sibuk berpikir tentang Mark... Apa maksudnya meminta Jeno untuk ikut campur dalam Teamnya?

Kenapa tiba-tiba...

Untuk sementara Renjun tidak bisa mencari jawabannya. Dia sangat bingung sekarang.

Apa yang Mark rencanakan?

Saat dalam situasi ini seseorang tidak akan berpikir dengan Positif. Sama seperti Renjun.





[𝐁𝐋] 𝐒𝐌𝐀🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang