Awal

12 3 0
                                    

"Pertemuan akan indah, jika bisa saling menghargai dan mengerti."  

Gadis dengan rambut kecoklatan berjalan beriringan dengan senyum mengembang dari sudut bibirnya. Ia tampak gembira, mengingat hari ini, hari pertamanya masuk keperguruan tinggi. Setelah melewati masa ujian beberapa bulan yang lalu, akhirnya ia bisa menempuh mimpinya untuk kuliah mengambil jurusan sastra.

Saat berjalan, dirinya ditabrak oleh seseorang. Buku yang ia bawa berserakan dilaintai, gadis itu tidak mengubis atau memarahi orang tersebut. Pikirnya, mungkin orang itu tidak sengaja. Tapi laki-laki itu tidak pergi begitu saja, ia justru membantu gadis yang ia tabrak tadi membersihkan bukunya yang berserakan dilaintai.

"Sory ya, gue gak sengaja," ucapnya penuh maaf.

"Iya, santai aja, pasti lo buru-buru kan? Makanya sampe nabrak segala," balasnya ramah. Senyumannya masih terpapar jelas disudut bibirnya. Manis.

Ucapan lembut dan senyuman yang memukau, membuat lelaki itu jatuh hati pada gadis dihadapannya. Padahal keduanya baru saja bertemu. Tapi perasaan memang tidak bisa dibohongi. Lelaki itu tidak ingin membuang kesempatan untuk mengenal gadis itu lebih baik, ia pun mengajaknya berkenalan.

"Kenalin, nama gue Raynand Prasraya. Nama lo siapa?" Lelaki itu mengulurkan tangannya. Gadis itu pun tak menolak perkenalan dari lelaki yang baru saja ia temukan tadi, ia pun menerimanya dengan senang hati.

"Lavina Thufaila. Lo bisa panggil gue Vina atau Faila, senyaman lo aja mau panggil apa," balasnya.

"Nama lo indah ya, sama kayak lo ...," Raynand sengaja menjeda ucapannya, agar Faila menjadi penasaran dengan lanjutan katanya.

"Sama kayak gue? Maksudnya gimana?" Banyak pertanyaan yang minta jawaban. Raynand tersenyum jahil. Seasik itu kah awal pertemuan mereka?

"Iya, sama-sama indah buat diingat." Raynand tertawa saat mendengar ucapannya sendiri. Faila benar-benar mengubah dirinya hari ini.

"Lo bisa aja, ya udah, gue duluan ya. Dikit lagi kelas gue dimulai," pamitnya. Raynand pun membiarkan Faila pergi.

Raynand menatap Faila dari kejauhan, mengamati gadis itu. Betapa anggun dan ramahnya ia kesemua orang. Padahal mereka tak saling kenal, tapi gadis itu menyapa satu persatu orang yang ia temukan.

"Gadis yang memukau, gue bakal dapatin lo," gumamnya pada dirinya sendiri. Raynand pun tak ingin berlama-lama dikoridor, lelaki itu lekas masuk ke kelasnya. Ia tak ingin telat, karena jadwalnya hari ini sangat menyebalkan. Guru yang kiler masuk ke kelasnya.

Tibanya di sana, Raynand sudah disambut dengan teman-temannya. Kehadirannya yang sedikit terlambat menjadi pertanyaan bagi teman-temannya.

"Habis dari mana aja lo Ray?" Laki-laki putih dengan kaca mata hitam bertanya pada sahabatnya itu.

"Gue telat tadi bangunnya Ric, alhasil gue telat masuk kelas," sanggah Raynand.

Aldric Surya. Si bijaksana dalam segala hal, si pintar yang kalem. Nasehatnya hanya untuk sahabatnya saja, selebihnya dia akan diam. Karena dia memang pendiam diantara keduanya.

"Lo lagi gak bohong kan Ray?" Celetuk temannya yang lain.

"Yah, enggaklah. Overthingking mulu kerjaan lo Bim."

Sepenuh Hati (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang