"Aku bisa kembali, namun tak seperti dulu lagi. Aku kembali menjadi sosok yang sulit digapai dan tak bisa dimiliki siapa pun."
Entah angin dari mana. Sosok Fery dan Daffa berada didepan rumah Faila. Saat kedua gadis itu keluar rumah, mereka dikejutkan dengan kehadiran kedua sahabatnya itu.
"Eh, kalian ngapain ke sini?" Tanya Faila spontan.
"Jemput kalian, hari ini dan seterusnya kita berdua bakalan nganterin kalian ngampus terus," jawab Fery.
"What? Gue gak salah dengar apa? Kalian mau nganterin kita?"
"Banyak tanya lo triplek, untung-untung kita mau nganterin kalian. Kalau enggak gimana hayo?"
"Ngapain gue harus bingung, Faila ada. Dia jago bawa motor, lagian masih banyak transportasi umum kali," balas Faran.
Fery tersenyum kecil, dengan menjahili Faran bisa membuat moodnya kembali membaik. Wanita seperti Faran ini sangat unik, beruntung yang bisa mengambil hatinya, yang bisa meyakinkan perasaannya.
"Lo ngapin senyum-senyum kunyuk? Oh, gue tau, lo senyum karena ngeliat kecantikan gue yang cetar membahan ini kan?" Gadis itu mengibaskan rambut panjangnya tepat dihadapan Fery, perlakuan itu membuat Fery jadi semangat untuk menangisi atau sekedar menjahili Faran. Setidaknya sampai anak itu menangis, barulah Fery merasanya puas.
"Lo cantik banget Far, tapi kalau diliat dari lobang sedotan." Tawa Fery pecah, ditambah melihat wajah cemberutnya Faran.
"Ih, kok gitu sih Fery, bukannya bikin seneng gue juga," kesalnya.
"Udahlah gak usah ribut terus, ayo berangkat," final Daffa.
Keempatnya pun bersiap-siap untuk berangkat. Disepanjang perjalanan Faran merentangkan kedua tangannya, menikmati hembusan angin dipagi hari. Begitu sejuk dan nyaman. Aksinya itu dilihat oleh Fery, laki-laki itu langsung nyeletuk.
"Far, lo selepas itu ngilangin masa lalu lo sama Bambang?"
"Fer, lo tau gak sih. Akan ada pelangi setelah hujan, walaupun gak setiap hujan ada pelangi. Ibaratnya gini, lo berani ngelepas hal yang buat lo sakit, maka akan ada kebahagiaan yang datang menghampiri lo."
"Mungkin lo bisa ngomong kayak gitu Far, tapi gue yang ngalamin susah buat nerimanya."
Faran menurunkan tangannya yang terentang. Kini dagunya berada dipundak Fery. Sudah seperti orang pacaran.
"Sebelum lo ngalamin, kayaknya gue duluan deh Fer, intinya lo harus bisa move'on dari dia. Gue tau gimana rasanya dikecewain, sakitnya dibohongin. Lo masih mending langsung ninggalin dia. Lah gue, udah disakitin berulang kali masih aja nerima dia. Bego kan gue." Itu bukan tawa kebahagian yang dilihatkan Faran, tapi tawa penuh rasa kecewa.
"Ternyata masalah lo lebih berat ya daripada berat badan gue," guraunya. Sontak candaan Fery mendapatkan pukulan dipundaknya, hal yang selalu Fery dapatkan saat menjahili Faran.
"Lo kok nyebelin sih Fer?"
"Gak tuh."
Sunyi kembali hadir diantara mereka, Faran yang tidak suka kesunyian yang terlalu lama. Ia pun memulai obrolan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenuh Hati (End)
Teen FictionCinta itu menyakitkan, cinta tak bisa dipastikan. Begitu banyak harapan yang tinggal di sana. Namun, pada akhirnya harapan itu dibiarkan begitu saja, tanpa adanya sebuah kepastian. jika hanya sendiri berjuang, untuk apa dikatakan cinta? Jika sebuah...