"Jika kau bisa menerima ku, maka aku akan menjaga hatimu. Meskipun banyak orang bilang, kau tak pantas untuk diriku."
Daffa menepuk jidatnya, heran dengan kedua temannya yang satu ini. Ketemu berantem terus, gak ketemu saling nanyain, kangen-kangenan. Daffa pun menghampiri keduanya, melerai keributan yang mereka berdua ciptakan.
"Kalau ribut terus, kapan mau berangkatnya? Lo juga Fery, udah diam! Lo kan tau Faran orangnya gimana. Ini malah diladenin, tambah jadi kan dia," oceh Daffa. Sontak keduanya terdiam. Tanpa membalas sepatah kata pun, Fery langsung menyuruh Faran untuk naik kemotornya.
"Naik Far, gue gak mau sampe lo dimakan sama singa lepas dari kandang. Walaupun gue suka bikin lo marah, nangis, gue gak mau sampe lo nangis sama orang lain. Apalagi badan lo udah kayak triplek gitu, mungkin tinggal tulang. Kalau dimakan sama dia, dimana lagi gue nemu temen bercanda kayak lo."
Awalnya bikin terkesan, tapi akhirnya bikin darah tinggi orang naik tanpa batasan. Itulah Fery, sangat suka bikin orang lain kesal dengan tingkah lakunya. Tapi dia akan menjadi yang terdepan, ketika orang yang dia sayang sampai menangis karena orang lain.
"Lo bisa gak sih serius dikit sama gue Fer?"
"Gak bisa, karena lo bukan orang yang ingin gue seriusin." Entang sekali ngomongnya. Faran mengelengkan kepalanya, mencoba terbiasa dengan kegilaan sahabatnya yang satu ini.
"Huf, emang yang paling waras otaknya cuman Daffa doang deh. Kalau lo kan udah kecampur limbah, makanya udah butek."
Tak ada lagi obrolan diantara mereka, keempatnya pergi dari perkarang rumah Faila. Hanya ada keheningan diantara mereka, Daffa dan Faila tidak seperti Faran dan Fery yang pintar mencairkan suasana.
Tibanya di sana, Faila dan Faran langsung memisahkan diri dari Fery dan Daffa. Kedua cowok itu pun pergi kemeja lain, sedangkan Faila dan Faran menghampiri ketiga cowok yang sudah berada ditempatnya.
"Sory ya lama, nungguin ya?" Ujar Faila basa-basi.
"Santai aja Fai, kalian ke sini bawa motor sendiri atau gimana?"
Pertanyaan yang sulit untuk mereka jawab. Ingin bilang 'iya' tapi tak ada tanda-tanda wujud motor mikik Faila. Saat Faila bingung ingin mengatakan apa, Faran langsung menjawabnya.
"Kita ke sini naik taksi tadi, kebetulan motor Faila yang tadi siang lagi di bengkel. Bannya bocor tadi, iya kan Fai." Faran menyengol sikut Faila pelan.
"Hehe, iya benar, tadi pas pulang ban motor gue bocor. Maklum udah lama gak di servis, jadi gue mutusin buat ganti semuanya. Biar tambah enak dipakenya."
"Oh gitu, ya udah duduk gih, kalian mau pesan apa?" Tawar Raynand.
"Um ... gue just mangga sama mie goreng aja deh," balas Faila.
"Gue samain kayak Faila aja," sambung Faran.
"Oke."
Bima tiba-tiba menyehuti obrolan mereka. "Faran, lo gak mau pesanannya sama kayak gue apa?"
Seketika Faran jadi salah tingkah. Debar jantungnya pun sudah tak bisa dikondisikan lagi. "Enggak deh, soalnya gue kurang suka sama kopi dan nasi goreng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenuh Hati (End)
Teen FictionCinta itu menyakitkan, cinta tak bisa dipastikan. Begitu banyak harapan yang tinggal di sana. Namun, pada akhirnya harapan itu dibiarkan begitu saja, tanpa adanya sebuah kepastian. jika hanya sendiri berjuang, untuk apa dikatakan cinta? Jika sebuah...