Mengikhlas'kan

1 1 0
                                    

"Batas mencintai seseorang adalah menghiklas'kannya bahagia dengan pilihannya. Meskipun perih, harus diterima dengan lapang dada."

"Iya, gue tau Bim, tapi kenapa coba dia gak cerita ke kita. Kalau dari awal dia jujur, mungkin dia gak nyakitin hati Faila."

"Lo tau Raynand gimana kan Ric, gue gak nyalahin siapa pun. Tapi kita sebagai teman, harus ngingatin dia juga. Intinya gak ada yang salah, cuman perasaan aja yang salah tempat untuk bersinggah."

Faran senyum-senyum mendengar tuturan yang dilontarkan Bima. Rasanya dirinya tenang, nyaman, dan lelaki seperti Bima sangat sulit untuk dilepaskan.

Aldric, menghancurkan momen itu. Dirinya mengoda Faran, alhasil Bima tahu bahwa dirinya sedang dipandangin.

"Lekat amat neng ngekiatinnya, awas matanya copot," goda Aldric.

Aldric yang cuek, dipertemukan dengan gadis seperti Faran. Es-nya seketika mencair.

"Kamu liatin aku ya Ay?" Suara Bima terdengar. Faran jadi salah tingkah, ia menyembunyikan wajah meronanya dengan rambutnya yang dibiarkannya terurai.

"Enggak, Aldric ngada-ngada tuh. Aku kan mencerna omongan kamu barusan, yang kamu bilang itu benar," elaknya. Aldric tersenyum jahil. Baru kali ini ia akrab dengan seorang wanita, baru kali ini juga ia mengodanya. Biasanya saat dirinya disuruh cari pacar, dirinya menolak. Disuruh dekat saja dirinya tidak mau. Apalagi memacarinya. Namun, dengan Faran beda. Gadis itu sangat pintar membuat orang lain nyaman dengannya. Tapi Faran, tetap dengan pendiriannya. Sebanyak apa pun orang datang padanya, tetap laki-laki pilihan hatinya lah yang ia terima. Tak peduli seberapa buruk lelaki itu, jika sudah dengan Faran akan beda cerita.

"Salting kok disembunyiin sih Far, bilang aja. Bima ngerti kok, kalau kalian pengen berdua-duan, gue pergi nih. Sekalian mau cari camilan buat teman baca buku," lagi-lagi Aldric mengoda Faran. Membuat Faran tambah salah tingkah. Ia tidak bisa menyembunyikan pipinya yang merona.

"Aldric! Lo mau dibongkam sebelah mana? Kanan atau kiri? Atau mau dua-duanya?" Mendengar itu Aldric berkedik ngeri.

"Buset, lo cewek galak banget, pantes Bima mau sama lo. Selain cantik, pemberani, mandiri lagi. Pintar banget sih lo Far. Omong-omong lo ada dublikatnya gak?"

Saat Aldric bicara seperti itu, Bima menatap Aldric sinis. Aldric yang paham langsung mengukir senyum. Lalu pergi diantara mereka.

***

Sudah saatnya Faila melupakan rasa lukanya. Kini ia harus bisa menerima keadaan, bahwa yang hadir belum tentu takdir. Mereka hanya singgah karena lelah dirumahnya, tidak berniat untuk menetap.

"Oke, gue gak boleh ngecewain teman-teman gue. Gue pengen liat mereka bahagia, selama ini mereka hanya sibuk dengan permasalahan gue. Sampe mereka lupa, untuk bersenang-senang untuk diri mereka sendiri."

Faila sudah siap, dengan baju kaos overzais, celana levis kulot. Rambut yang disanggul, sedikit make up. Biar terkesan natural, dan tidak terlihat pucat.

Saat dirinya bercermin, suara ketukan pintu mengalihkan aktivitasnya. Ia langsung mengambil tasnya, memakai sepatunya. Bergegas lari ke arah pintu.

Ketika pintu itu terbuka, lelaki tampan sudah berada dihadapannya. Lelaki yang bersedia memberikan pundaknya di saat dirinya rapuh.

Sepenuh Hati (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang