"Langeng itu, jika bisa saling menghargai dan saling melengkapi."
Sontak keduanya lari dari hadapan Faila dan Faran. Melihat reaksi sahabtanya itu, Faran tersenyum jahil, ternyata sahabatnya sangat menjaga dirinya. Faila tak ingin Faran salah jalan lagi. Tapi dirinya sendiri tidak tahu bagaimana kisah cintanya.
Tak lagi membahas kedua cowok tadi. Keduanya pun menuju parkiran. Baru saja sampai parkiran, tak jauh dari parkir motor Faila, Raynand berdiri ditempatnya. Faila hanya menyapa mereka, tak berniat ingin dekat atau akrab.
"Hai, kalian gak pulang?"
"Ini mau pulang," balas Bima. Sorot mata Bima tak lepas dari pandangan Faran. Faran yang ditatap jadi salah tingkah.
"Oh, ya udah gue duluan ya," pamitnya. Faran masih berada ditempatnya. Sedangkan Faila mengambil motornya.
"Ayo Far!" Ajak Faila. Faran pun naik. Ketiganya tekejut saat melihat Faila membawa motor besar.
"Gila, gue kira kalem, ternyata bar-bar juga lo Fai," celetuk Bima. Raynand memukul pundak Bima pelan.
"Gak usah gitu sih lo," tegur Raynand.
"Sory Ray, habisnya Faila tumbenan amat bawa motor kayak gitu."
"Hehe, gue emang gini aslinya. Ya udah gue duluan ya, bay," pamitnya lagi.
Raynand menghentikan aksi Faila. "Fai, tunggu. Malam ini lo sibuk gak?"
"Em ... enggak sih, emang kenapa?"
"Ngedate yuk." Faila terkejut dengan tuturan Raynand barusan. Tidak percaya dengan ucapan lelaki itu.
"Lo gak bercanda kan?" Tanya Faila memastikan.
"Enggaklah, ngapain gue bercanda Fai."
Antara bingung dan bahagia. Sekian lama Faila menutup hatinya untuk orang lain. Kini rasa nyaman itu hadir lagi, hati yang ia kunci telah dibuka lagi oleh Raynand. Lelaki yang mampu meluluhkan hatinya.
"Gue sih boleh-boleh aja, tapi gue harus bawa Faran, biar gue dibolehin keluar sama Nyokap gue," tuturnya.
"Bawa aja, gak papa kok. Gue juga bawa teman gue."
"Terus, kalian berdua-duan gue sendiri gitu?" Celetuk Aldric.
"Lo bawa cewek lo juga lah," sahut Bima.
"Gak penting, ngapain pacaran? Gak guna, bikin pening iya," ujarnya. Apa yang Aldric katakan itu benar. Tapi ini sahabat-sahabatnya. Si buaya yang pintar bersilat lidah.
"Kalau gak penting. Ya udah lo ikut aja, liatin kita ngedate aja," cibir Bima.
"Malas, mending gue sekalian ngerjain tugas kuliah."
Benar-benar si kutu buku, dimana pun dia pergi. Buku tak pernah ia lupakan, buku seperti handphone baginya. Selalu digengam kemana saja.
"Nah, itu bagus. Lebih bagus lagi kalau lo sekalian ngerjain punya gue sama Raynand," celetuk Bima.
"Dikasih jantung minta ginjal nih anak, mau sebelah mana Bim?" Wajah Aldric seketika berubah. Bima ngicir lari mengambil motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenuh Hati (End)
Teen FictionCinta itu menyakitkan, cinta tak bisa dipastikan. Begitu banyak harapan yang tinggal di sana. Namun, pada akhirnya harapan itu dibiarkan begitu saja, tanpa adanya sebuah kepastian. jika hanya sendiri berjuang, untuk apa dikatakan cinta? Jika sebuah...