"Aku salah telah menaruh hati padamu yang jelas tak punya perasaan. Harusnya aku pergi bukan malah bertahan."
Setelah berbincang-bincang dengan Faran malam tadi. Faila memutuskannya, bahwa hari ini dia akan berbicara dengan Raynand.
"Selamat pagi Mah," sapa Faran.
"Pagi juga Faran, kamu semalam minap ya?"
"Iya Mah, biar kuliahnya bareng," jawabnya sambil menunjukkan deretan giginya.
"Oh gitu, ya udah sarapan dulu gih, sebelum kalian berangkat."
"Iya Mah."
Keduanya mengisi perutnya sebelum berangkat. Biasanya Faila sangat malas untuk sarapan, karena dirinya harus makan sendiri, tanpa ada seorang pun yang menemani. Sang Ibu jarang menemaninya sarapan, karena sibuk dikantornya.
Setelah selesai, mereka langsung pergi. Tak lupa untuk berpamitan.
"Mah, kita pergi dulu ya. Assalamualaikum," salam Faran. Tidak lupa dirinya menyalimi punggung tangan Rani. Yang diikuti oleh Faila.
"Wa'alaikumssalam, kalian hati-hati ya," pesan Rani. Keduanya hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kali ini bukan Faila yang membawa motornya, melainkan Faran. Selain melatih kemampuannya, motor yang Faila miliki, adalah motor impiannya juga. Tapi sayangnya kedua orang tuanya tak mengizinkannya membawa motor itu. Dengan alasan takut jatuh.
Diperjalanan, Faila hanya diam. Tidak seperti biasanya, banyak bicara, tertawa, ini sudah seperti bukan Faila lagi. Dalam waktu yang singkat, Faila yang penuh kegembiraan hilang.
"Fai, gue senang banget bisa bawa motor ini ke kampus, aduh gak bisa diungkapin deh," ucapnya kegirangan.
"Hm," padat dan singkat.
"Kok gitu sih jawabnya?"
"Terus mau gimana? Udahlah Far, jalan aja. Entar nabark loh. Kalau lo kebanyakan omong."
"Iya, iya."
Saat tiba di sana. Pas, ada Raynand dan kedua temnnya. Saat Faran hendak memarkirkan motor Faila. Betapa terkejutnya Bima melihat Faran yang membawa motor Faila, bukan yang punyanya.
"Ay, kamu bisa bawa moge?" Tanya Bima sekaligus kagum. Karena baru kali ini Bima dipertemukan dengan seorang gadis yang bisa mandiri.
"Iya, diajarin sama Fery," balasnya antusias. Ada perasaan bahagia dalam diri Faran.
"Hebat Fery, bisa bikin kamu mandiri," puji Bima.
"Iya, kata Fery itu gini, kalau misal lo mau dianggap ada, gak mau dibilang lemah. Lo harus berani ngelawan, jangan jadi cewek manja, jangan jadi cewek yang apa-apa nyusahin orang. Selagi lo bisa sendiri, jangan pernah nyusahin orang lain. Gitu katanya," jelas Faran.
"Bagus didikan Fery. Kalau kayak gini, aku gak jadi cemburu deh," ucap Bima kelepasan.
"Berarti selama ini kamu cemburu sama Fery?" Tanya Faran meastikan.
"Hihi, iya, wajar dong. Walaupun sahabat, cowok mana sih yang gak cemburu liat ceweknya dekat sama cowok lain."
Perasaan Faran berbunga-bunga, kali ini dia benar-benar merasakan dihargai. Selama ini dirinya pacar selalu disakiti. Sangking senangnya, ia sampai melupakan Faila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenuh Hati (End)
Teen FictionCinta itu menyakitkan, cinta tak bisa dipastikan. Begitu banyak harapan yang tinggal di sana. Namun, pada akhirnya harapan itu dibiarkan begitu saja, tanpa adanya sebuah kepastian. jika hanya sendiri berjuang, untuk apa dikatakan cinta? Jika sebuah...