Berkumpul kembali

6 4 0
                                    

"Semuanya tampak menyenangkan jika bertemu dengan teman yang bisa saling memahami." 

"Tapi gue gak sealay itu Daffa," kilah Faran.

"Nanti juga mereka bakal kayak kalian, yang bakal berubah. Semua itu butuh waktu dan proses Far," sambung Fary.

"Dengerin tuh Far, jangan menilai orang dari covernya, kalau kita gak tau isinya. Iya kan Fer?"

"Yaps, bener banget apa kata Faila, kita jangan menilai orang dari luarnya doang. Kalau kita aja gak tau isi dari hati kita sendiri."

Makanan Faila dan Faran sudah habis.  Mereka berdua memutuskan untuk cabut dari tempatnya. Mengingat keduanya belum izin kepada orang tua Faila untuk pergi, takut Ibunya khawatir.

"Mbok, ini uangnya ya." Faila menyodorkan beberapa lembar uangnya. Mbok Sutiah pun mengambilnya, sebelum pergi mereka berpamitan dengan kedua temannya tadi.

"Fer, Daf, gue sama Faran duluan ya. Kita pergi gak izin, takut Nyokap gue nyariin."

"Iya, hati-hati, gue sama Daffa juga mau cabut nih. Soalnya gue masih ada kerjaan lagi," balasnya.

"Ya, udah kalau gitu bareng aja keluarnya," ajak Faila. Fery pun tak menolaknya. Mereka pun keluar dari gang kecil itu secara bersamaan, namun sampai di depan keempatnya pun berpisah. Dua ke sisi kanan dan duanya ke sisi kiri. Berlawanan arah.

***

Tibanya dirumah Faila, Faran langsung meluruskan tubuhnya disofa empuk yang biasa mereka duduki. Sedangkan Faila langsung menuju kamarnya, untuk menganti pakaiannya. Saat sedang asik bersantai, wanita paruh baya menghampiri Faran. Yaps itu Ibu dari Faila.

Maharani Sartika, wanita karir yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi tidak mengurangi rasa tanggung jawabnya sebagai Ibu. Ia masih bisa memperhatikan sang putri semata wayangnya. Meskipun gadis itu sudah dewasa, bagi Rani. Faila tetaplah putri kecil yang selalu menangis padanya saat tidak dibacakan sebuah dongeng sebelum tidur. Meskipun dongeng itu tidak pernah lagi ia bacakan, tapi Rani tetap menganggap Faila gadis kecilnya.

"Loh, ada Faran. Tante kira tadi Faila yang duduk," sapanya. Faran mengubah posisi tidurannya menjadi duduk.

"Hehe, iya Tan. Failanya lagi di kamar, ganti baju sih katanya," balas Faran memberitahu.

"Oh, memangnya kalian habis dari mana?"

Faran terdiam sejenak, bingung harus mengatakan apa kepada wanita dihadapannya itu.

"Em ...."

"Iya, Mah, kita habis jalan. Suntuk juga dirumah terus," sahut Faila dari tempatnya.

"Oh gitu. Oh, ya. Fai gimana hari pertama kamu di kampus?" Tanya Rani.

Faila berjalan mendekat ke arahnya. "Menyenangkan Mah," balasnya singkat.

Meskipun dengan Ibu sendiri, Faila tidak begitu akrab. Beda dengan Faran yang sangat dekat dengan Ibunya. Ia bisa berbagi cerita dengan Ibunya, sedangkan Faila. Hanya sekedar menangapi apa yang Ibunya tanyakan tentangnya.

"Baguslah, kalau gitu kalian lanjutkan ngobrol-ngobrolnya ya. Mamah mau bersih-bersih dulu."

Keduanya hanya mengangukan kepalanya. Faila pun duduk disamping Faran. Keduanya duduk dengan begitu tenang, tak ada obrolan diantara mereka. Sampai akhirnya suara deruan handphone keduanya mengalihkan pandangan mereka.

Sepenuh Hati (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang