•part19•

36.6K 3.2K 82
                                    

"gila lo!" Teriakan heboh itu terdengar dari sudut kelas. Hingga beberapa orang yang tengah berbincang ini menjadi pusat perhatian satu kelasnya.

Sedangkan yang merasa di bilang gila, hanya menatap malas orang tersebut.

"Beneran Zhen, Lo hampir ngelakuin itu sama tuh cewek?" Tentu Kevin juga merasa penasaran. Setelah mendengar nada tak percaya dari Reyhan.

Zhen hanya mengangguk sebentar. Dia sungguh melas membicarakan masalah ini. Itu mungkin dapat membuat rasa bersalah Zhen semakin bertambah.

"Gue ngerasa dalam kasus ini. Lo yang salah sepenuhnya." Ungkap Kevin, tentu di setujui oleh Reyhan dan Alvin.

Ketiga orang ini memang sudah mengetahui masa lalu Zhen. Tapi mereka tidak menyangka jika masa lalu pria itu sangat kelam. Namun itu perbuatan dia seutuhnya, yang berujung penyesalan.

Awalnya Zhen sempat melarang Axel memberitahu masalahnya lebih dalam. Akan tetapi pria satu itu terus bersikeras membujuk Zhen dengan alasan

"Biar mereka bisa bantu Lo juga nemuin Zas."

Jadi mau tak mau, Zhen setuju. Toh alasan Axel jauh dari kata berfaedah.

"Elah. Tanpa Lo pada bilang. Si Zhen udah tau kali kalo dia yang salah," tukas Axel menatap mereka satu-persatu.

Tak ada tanggapan dari ketiganya. Mereka hanya menatap Zhen miris, seakan menyiratkan makna kasihan di tiap irisan ekspresi.

"Kalo misalnya Lo ketemu Zas. Lo bakal buat apa?" Tanya Alvin menatap Zhen serius.

"Gue bakal minta maaf sama dia. Dan gue bakal bilang, gue sayang banget sama dia. Gue kangen semua kelakuannya, gue kangen sama dia. Gue udah terlanjur kebiasa sama sikap perhatiannya." Ungkap Zhen dengan tatapan kosong. Setiap ucapan yang Zhen katakan adalah kejujuran serta penyesalan yang utuh.

Mereka semua mengangguk pertanda setuju tentang ungkapan Zhen.

"Emang sakit rasanya. Orang yang biasa ngasih perhatian lebih ke kita tiba-tiba ngilang. Dan anehnya saat kita udah merasa nyaman," Axel juga mengungkapkan isi hatinya.

Mereka mengalihkan pandangan menuju Axel berada. Hanya dengan tatapan miris, namun tidak dengan Reyhan. Pria satu ini malah menatap Axel dengan tajam. Karena dia tau maksud dari Axel.

"Jangan bilang itu buat si Ziya?"

Murid-murid yang mendengar setiap perbincangan para most wanted terus bertanya-tanya apa maksud dari perkataan mereka. Apalagi tentang murid bernama Zas, Zas itu. Semua murid di kelas tentu bisa mendengar setiap perkataan mereka, karena kelima orang ini berbicara dengan nada biasa dalam keadaan hening. Tentu suara yang awalnya biasa menjadi luar biasa.

Kring!

Bel berbunyi, pertanda semua murid harus masuk ke dalam kelas masing-masing. Padahal mereka semua belum sempat mendengar jawaban dari Axel. Dengan berat hati Alvin dan Reyhan berjalan menuju kelas.

------

Sudah sedari jam tujuh pagi sampai sekarang, para anggota OSIS sudah stay di aula untuk mengerjakan tugas-tugas mereka. Mungkin kali ini gantian yang bekerja kerasnya.

Sudah banyak baju siap dengan tanda pengenal. Tinggal beberapa di antaranya saja. Bisa di tebak, hari ini bakal siap, atau sebelum rencana yang mereka buat.

Mengingat masalah rencana. Dilla kini sedikit bingung harus melanjutkan atau tidak. Dia sampai di buat tidak konsen dengan perkataan Ara semalam.

"Benar dugaan gue."

"Hah!"

"Kalo dia itu adalah Zas." Perkataan Ara ini mampu membuat mereka semakin penasaran. Ara seperti orang yang tengah bermain teka teki di hadapan mereka.

My transmigration [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang