•part33•

21.3K 1.8K 159
                                    

Senyuman terus merekah di bibir seksi Alena. Sejak dirinya pulang dari kampus Regan hingga sekarang, waktu petang. Dan mungkin sebentar lagi kedua orang tuanya akan tiba sampai di rumah. Namun entah mengapa, rasanya Alena enggan melepas senyuman hanya untuk sekedar menyembunyikan rasa bahagia kepada orang tua.

Tujuh jam, mungkin. Waktu selama itu pun Alena tetap tidak bisa untuk menciptakan drama sedih agar keluarganya tidak menyimpan curiga. Memang, sejak Alena datang ke kampus Regan, dirinya tidak kembali menuju sekolah. Begitu banyak alasan Alena untuk tidak masuk lagi ke sekolah. Yang pasti inti dari alasan, karena dia malas harus mendapat drama mengenai para wartawan itu.

"Assalamualaikum." Salam Zoya kala memasuki rumah. Jangan lupakan ada sang suami berada di sebelah.

"Eh. Kakak," ucap Zoya saat langkah kakinya ingin menelusuri isi rumah lebih dalam.

Sedikit kerutan tercipta di dahinya, bahkan sang suami juga melakukan hal sama kala melihat mimik wajah putri mereka begitu bertolak belakang dengan beberapa hari lalu.

Alena yang berada di ruang makan, dengan beberapa para pembantu sibuk menyiapkan makan malam yang bentar lagi akan tiba, menatap arah sumber suara. Lalu senyuman yang terus tercipta semakin tercipta dengan jelas, hingga mata kecilnya itu menyipit sempurna. "Sini mah, duduk sama Al." Pinta Alena sambil menepuk-nepuk isi bangku di sebelahnya.

Tentu Zoya merasa senang. Orang tua mana coba yang tidak senang kala anaknya selama beberapa hari ini selalu menampilkan raut wajah datar dan bersikap dingin kepadanya, kini dengan mudah dia berperilaku manis.

Langkah kaki Zoya berjalan mendekati Alena. Lalu disaat berikutnya, wanita setengah paruh baya itu mendudukkan diri di bangku yang Alena pinta.

"Gimana tadi sayang sekolahnya?" Tanya Zoya sambil menyelipkan beberapa rambut yang tergerai mendekati pipinya menuju kuping.

Alena mengangguk semangat. "Asik mah, Al aj sampai pingin hari ini terulang setiap saat." Jawab Alena, heboh. Rasanya Zoya tertular oleh senyuman manis Alena, hingga membuat dirinya ikut tersenyum kala melihatnya. Dan kini senyuman wanita itu juga merekah diiringi dengan gelengan pelan.

"Kamu ini, ada-ada aja."

Tatapan Alena beralih menuju Roby berada. Yang sekarang masih setia menatap interaksi manis antara anak dan ibu. Tapi ada sedikit mengganjal antara interaksi ini, yang membuat Roby menanam rasa curiga.

"Papa! Sini duduk juga," lambaian tangan Alena beri kepada Roby. Yang dibalas senyuman kecil olehnya dan ikut serta antara kedua wanita ini.

"Kenapa bahagia kali si kak?" Tanya Roby sambil mengambil satu buah jeruk yang sudah tersedia di atas meja, kemudian mengupas kulit agar bisa merasakan sensasi buah didalamnya.

Alena menggeleng beberapa kali. Pertanyaan dari Roby tentu membuat ingatannya tertuju pada saat Regan berucap kata-kata manis itu semakin bersarang hebat di otaknya. "Gak ada pah, rasanya pengen senang aja sekarang." Tangan Alena siap menumpuhkan wajah.

Di saat berikutnya hanya ada keheningan yang tercipta diruang makan itu. Mereka berada di ruangan ini hanya untuk sekedar menatap beberapa hidangan tanpa ingin mengambil atau memakannya. Sebab ini bukan waktu makan malam dimulai. Dengan Alena menatap kosong depan, jangan lupa senyum samar masih tercipta. Hanya senyuman samar yang dia tunjukkan, sebab rasanya bibir ini sedikit kaku kala terus menunjukkan senyum berlebihan.

"Sayang, mama beres-beres dulu yah," ucapan dari Zoya mampu menghentikan keheningan. Dengan Alena menatap kearah Zoya, lalu mengangguk singkat.

Tak ingin berlama-lama disini, Alena juga berpamitan pergi menuju kamar hanya untuk merebahkan dirinya sebentar. Tinggal lah Roby seorang diri, gerakannya masih fokus pada jeruk-jeruk manis digenggaman, namun pikiran sudah menerawang jauh kemana-mana.

My transmigration [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang