•part13•

53.8K 4.1K 101
                                    

"PARA MURID DI PERSILAHKAN UNTUK MENGOSONGKAN KELAS DENGAN SEGERA!" Suara itu terdengar nyaring di tiap kelas hingga lapangan.

Semua murid pada awalnya tengah melakukan kegiatan belajar langsung tertunda. Mereka sangat senang kala mendengar pengumuman dari ruang studio. Namun di sisi lain juga merasa bingung. Kenapa mereka harus mengosongkan kelas?

Tentu dalam waktu lima menit semua kelas dari kalangan MIPA maupun IPS kosong tanpa penghuni. Murid-murid di tuntun para guru menuju lapangan. Semua! Tanpa terkecuali.

Semua bertanya-tanya tentang masalah apa yang telah terjadi. Namun ingatan mereka tentu berada pada saat Ziya lompat dari atas gedung. Ini sama halnya dengan masalah waktu itu.

Murid-murid berbincang dan bertanya-tanya apakah hal kemarin terulang lagi? Pertanyaan itu tentu menjadi satu bagian di lapangan.

Tapi dugaan mereka salah. Sebab Ziya, gadis yang menjadi topik pembicaraan muncul di tengah-tengah kerumunan. Seolah gadis itu baru saja datang menuju lapangan.

Hal sama pun terjadi dengan Alena. Gadis ini sedikit heran kala mendengar perintah aneh ini. Lalu tatapan berbinar terlihat kala dia melihat Damar berjalan melewati kerumunan yang di belakangnya banyak murid lain.

"Damar!" Panggil Alena sedikit teriak sambil melambai-lambaikan tangan sebagai pertanda jika dia berada di sini.

Melihat ke arah Alena, kemudian mendekat. "Kenapa, hm?" Tatapan lembut serta perkataan lembut Damar tunjukkan. Padahal tadi dia sempat menunjukkan sikap serius seolah tidak mau di ganggu. Sampai-sampai wakil OSIS serta anggota tidak berani mengusik.

"Ada masalah apa?"

Damar tersenyum manis menatap Alena. "Masalah kecil." Mengacak rambut Alena lembut hingga membuat Alena sedikit meringis. "Udah kamu di sini aja jangan kemana-mana."

Setelah mendapat persetujuan dari Alena, Damar segera melanjutkan perjalanan. Tentu adegan mereka di lihat oleh murid yang lainnya, termasuk anggota OSIS. Ketiga teman Dilla melihat perlakuan manis Damar terhadap Alena langsung menatap Dilla. Yang Dilla menunjukkan sikap tidak suka. Tentu cemburu. Tapi di detik kemudian eskpresi berubah menjadi senyuman licik.

Kini Damar sebagai ketua dari masalah ini berdiri tegak di depan pintu kelas. Dia menatap fokus para anggota yang di bagi menjadi lima kelompok dengan menuju kelas berbeda-beda untuk memeriksa setiap tas para murid.

Tentu ini bukan lah razia biasa terjadi di tiap sekolah. Melainkan mereka ingin menggeledah setiap tas murid untuk mencari hal yang hilang.

Tadi pada saat bel baru berbunyi pertanda semua murid harus masuk. Di situlah kericuhan terjadi. Bu Nur --selaku guru keuangan mengabarkan jika beberapa bagian uang sekolah hilang. Terus berita itu langsung tersebar di setiap pendengaran guru. Mana jumlah uang tersebut tiga belas juta. Jadi itu bukanlah uang main-main. Hingga Bu Alia memutuskan agar seluruh sekolah di periksa dengan sangat detail. Mereka di bagi tugas menjadi berbagai kelompok, dengan cara ini maka pencarian akan menyingkat waktu.

Para guru berburu dengan ruangan petinggi sekolah, serta menggeledah peralatan-peralatan para guru. Dan anak OSIS di tugaskan untuk mengeledah para murid. Namun jika ini tidak berhasil, maka polisi yang akan menjadi taruhannya.

Bermenit-menit Damar bersama para anggota tidak mendapat kejanggalan di gedung IPS. Maka tujuan mereka semua ke arah gedung MIPA. murid-murid IPS tentu di beri izin untuk masuk ke kelas mereka karena sudah jelas salah satu muridnya tidak terlibat.

Semua kelompok bersebaran menuju kelas MIPA dari angkatan pertama sampai akhir.

"Ini gue dapat uangnya!" Teriak murid cowok dengan bahagia menunjukkan segenggam uang di dalam amplop kepada Damar.

My transmigration [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang