Sedari tadi keluar dari ruangan Regan. Saat di mana sesi memaaf-maafan, layaknya lebaran. Kini Dilla kembali berjalan menuju kelas untuk melanjutkan pembelajaran. Sudah dari tadi saat mereka di persilahkan keluar dari ruangan, Dilla meminta maaf atas kejadian ini kepada kekasihnya, kekasih yang belum ada berjalan satu hari penuh. Malah Damar memutusin Dilla sebelah pihak, tanpa memikirkan perasaannya. Hingga membuat dirinya merasa tersakiti, Dilla begitu sakit akan keputusan Damar tadi. Padahal dia baru saja merasakan bahagia yang amat dalam. Namun semua hilang begitu saja, karena Alvin.
Sedang fokus berjalan dengan tatapan lurus. Dilla seketika menatap seorang pria yang mungkin dia incar sejak tadi.
Berhenti tepat di hadapan pria itu. Lalu menatap orang tersebut dengan tatapan marah. "Apa maksud lo sebarin video itu?" Terlihat wajah gadis itu berusaha untuk tenang, walau pertahanannya sedikit runtuh. Dadanya kembang kempis menahan sakit di hati, serta kedua mata berkaca-kaca seakan siap menjatuhkan pertahanannya sekarang juga.
Alvin menatap Dilla yang tak jauh tinggi dari dirinya. Gadis itu tepat di hadapan Alvin, hanya beberapa jarak saja yang memisahkan. Ini baru pertama kalinya Alvin melihat ekspresi lain dari wajah gadis ini. Biasanya dia akan memberi eskpresi tajam kepada siapapun itu. Namun sekarang tidak.
Alvin mengerutkan dahinya bingung. Bingung dengan segala eskpresi serta pertanyaan. "Bukannya memang pantas video itu tersebar? Lagian kan bukti gak selamanya bisa tertanam." Kata Alvin menjelaskan. Dia bahkan hanya menampakkan wajah datar. Ingatan pria ini seketika tertuju di saat-saat Alena mendapat pukulan kuat dari Damar, dan mungkin pelaku utama dalam masalah itu Dilla sendiri.
Dan akhirnya setetes air mata Dilla jatuh. Air yang sedari tadi dia tahan, kini hilang semua pertahanan gadis itu. Di tatapnya Alvin dengan ekspresi yang sulit di artikan.
"L-lo tau gak betapa sukanya gue sama Damar. Lo tau gak setelah gue dapatin dia, gue ngerasa hidup gue utuh sepenuhnya Vin. Lo tau gak!" Ungkap Dilla menatap Alvin dengan air penuh di pelupuk mata.
Setelah mendengar itu, Alvin hanya menatap Dilla datar. Bahkan dia tidak merasa iba dengan gadis di depannya. Seakan Alvin sendiri seperti cowok brengsek. "Tapi itu salah Lo sendiri, cara Lo gak pantas buat di terima."
"Lo jahat Vin. Lo udah bikin hidup gue hancur," tangisan Dilla pecah. Dan di akhirnya gadis itu jatuh ke dalam pelukan Alvin, tanpa ada balasan dari Alvin. Dia sesekali memukul dada pria itu guna melepas rasa sesaknya.
------
Sejak semua orang pergi dari ruangan. Alena malah tetap setia di sini bersama Regan. Tujuan Alena menetap disini tentu hanya ingin meratapi nasib sekarang.
Alena hanya menatap arah depan, yang dihadapannya hanya ada pintu tertutup rapat. Karena posisi Alena tengah duduk di bangku hadapan Regan, namun arahnya dia ubah menjadi membelakangi pria itu. Dia merasa jika kali ini Alena sudah real seperti orang tidak waras layaknya dia baru muncul ke dunia ini. Pasalnya, Alena sudah kehilangan semua kekasih tanpa ada niatan Alena untuk memutusin nya.
Sedangkan Regan menatap Alena bingung. Karena sudah dari tadi Alena hanya diam di tempat tanpa mengeluarkan sepatah kata. Biasanya Alena tidak pernah berprilaku begini kepada siapapun. Namun sekarang? Entahlah. Ingin rasanya Regan bertanya kepada gadis itu, tapi segera Regan urung. Menurut Regan dia hanya tidak ingin terlihat begitu memperdulikan Alena.
"Regan! Apa gue udah kayak orang gila asli?" Alena bertanya tanpa membalikkan badan.
Ekspresi bingung Regan tunjukkan, walau Alena sendiri tidak melihat itu. "Hah?"
Dengan cepat Alena memutar kembali kursi ke arah semula. Hingga dapat Alena lihat dengan jelas ekspresi bingung serta tanda tanya di sana. "Sakit banget tau gak ketika semua pacar gue hilang di telan bumi," curhat Alena menatap Regan sedih. Sedangkan yang di tatap malah menampilkan rasa jijik. Karena menurut Regan, Alena ini sungguh lebay. Hanya masalah kecil begini saja dia merasa jika dirinya layak orang tak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
My transmigration [END]
Ficção Adolescente[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagaimana jika seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang terkenal dengan pemain pria (play girl). Masuk ke dalam tubuh seorang gadis cupu yang menjadi bahan bullyan sekolahnya. Dan yang parahnya lagi gadis cupu itu s...