"....dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Suara lantang dari seorang pria tegap telah mengguncang disepanjang koridor gedung.
"Bagaimana para saksi. Sah?" Suara pria paruh baya juga tak kala lantang, menatap seluruh tamu serta saksi yang berada diarea sekitar.
Seluruh penghuni yang merasa ikut serta dalam kegiatan ini mengangguk semangat.
"SAH!!" Teriak semua orang dengan senyuman mengembang dibibir mereka.
Tak jauh berbeda dengan para orang tua dari kedua suami-istri yang baru saja mengucap janji sakral.
Sedangkan sang pria yang baru saja mengucapkan sumpah dengan tegas tanpa terbata-bata merasa bangga akan kemampuannya yang tidak semua orang bisa melakukannya. Sebab disaat-saat seperti ini mampu membuat nyali serta mental para pria buyar begitu saja. Apalagi ketika sang mempelai wanita tepat berada disamping mereka sambil menatap mereka dengan penuh harap. Mungkin disaat itu juga para pria akan gugup sesaat.
Sebut saja suami-istri itu Regan serta Alena. Sepasang kekasih yang tengah melakukan hubungan kejenjang yang lebih serius.
Alena menatap haru sekeliling. Mungkin dia akan terus mengingat hari ini, hari dimana dia dan Regan telah menjadi suami istri. Ingin rasanya Alena meneteskan air mata sekarang juga, apalagi saat melihat keluarganya serta keluarga suaminya menampilkan raut wajah sangat, sangat, sangat, bahagia.
"Alhamdulillah." Setelah itu seluruh tamu menadahkan tangan untuk berdoa yang dipimpin oleh penghulu.
Doa pun selesai. Hingga membuat Alena mencium punggung tangan pria yang saat ini menjadi suaminya. Dan dibalas oleh Regan dengan mencium dahi wanita itu lama.
Tepat setelah Regan melamarnya di taman universitas. Membutuhkan waktu 1 bulan untuk Regan mengikat Alena dengan status suami istri yang halal dihadapan para saksi.
"Mah." Panggilan dari seorang anak cantik mampu membuat lamunan Alena buyar.
Alena menatap putri cantiknya itu dengan pandangan lembut. Putri cantik yang mempunyai bentuk wajah mirip dengannya, bahkan bisa dibilang copy paste nya.
"Kenapa sayang?" Tanya Alena menatap putrinya yang tengah menampilkan senyum manis padanya.
Anak kecil berusia 4 tahun itupun menunjukkan kegiatannya sedari tadi kepada sang mama tercinta. "Bagus gak mah?" Tunjuknya pada gambar yang berada di genggaman.
Alena menatap lukisan yang indah dan penuh makna itu tersenyum. "Bagus banget sayang." Ucapnya bahagia sambil semakin mendekatkan jarak terhadap putri satu-satunya.
Sebut saja gadis kecil itu dengan Syafira Aries Xavier
Fira terkekeh kecil atas respon mamanya yang terkesan berlebihan. "Mama tau gak, di sekolah Fira sering kali buat lukisan ini. Fira suka banget sama melukis. Apalagi isi lukisannya ada mama, papa, sama Fira." Katanya memberi tau segala isi hati sambil menunjukkan ekspresi takjub akan dirinya sendiri.
Sedangkan Alena yang mendengar cerita putrinya tersenyum lebar lalu menarik Fira kedalam pelukannya.
"Mama sayang banget sama kamu."
"Fira juga sayang banget sama mama." Kata Fira tak kala antusias.
Pelukan erat itu semakin erat kala keduanya menyalurkan rasa bahagia mereka.
"Gak sayang papa?" Tanya seseorang dari balik pintu utama rumah mereka.
Sontak kegiatan itu mampu membuat kedua wanita cantik ini melepas pelukan dan menatap orang yang baru saja bertanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My transmigration [END]
Fiksi Remaja[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagaimana jika seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang terkenal dengan pemain pria (play girl). Masuk ke dalam tubuh seorang gadis cupu yang menjadi bahan bullyan sekolahnya. Dan yang parahnya lagi gadis cupu itu s...