Melepas kepergian hanya dalam waktu satu Minggu itu bukanlah hal yang mudah. Terkadang kita harus membiasakan diri terhadap kejadian yang sekarang. Dan mungkin belajar untuk membiasakan diri itu juga membutuhkan waktu. Namun waktu satu Minggu bukanlah hal yang terlalu berat untuk membiasakan seseorang akan keadaan atau kegiatan barunya. Akan tetapi mengapa dalam satu pekan pun gadis berambut sebahu itu tak kunjung membiasakan diri dengan hidupnya yang baru. Tidak! Bukan seluruh dari hidup gadis itu berubah, hanya satu hal saja, namun bisa membuat seluruh dunianya hilang.
Padahal, mengikhlaskan kepergian seorang dalam hidup itu akan membuat hati siapa saja akan lega dan lapang dada. Tapi untuk gadis berambut sebahu ini semua itu sangat sulit dilakukan.
Selama satu pekan penuh dia tidak melakukan kegiatan apapun. Hanya mengurung diri dikamar sepanjang masa, jika ingin keluar maka hanya waktu-waktu tertentu. Seperti makan contohnya. Sebab kegiatan itu tidak dapat di tunda sama sekali. Gimana pun gadis ini seorang manusia yang masih membutuhkan asupan makanan untuk melanjutkan hidup dan mengisi cacing-cacingnya.
Jam yang terletak rapi di atas nakas menjadi lirikan utama Alena. Waktu menuju pukul 20:25 menjadi waktu paling menyendiri. Sebab waktu-waktu segitu orang tuanya sudah lebih dahulu masuk ke kamar mereka.
Semenjak kepergian Regan, Alena tidak pernah sekalipun melakukan makan bersama keluarganya. Jika pagi menjelang, gadis itu hanya melakukan sarapan di kantin sekolah, kalau pun waktunya sempat. Lalu saat makan malam tiba Alena tidak ikut serta. Dengan alasan dirinya belum merasa lapar. Hingga dapat membuat prasangka muncul perlahan-lahan dari hati orang tuanya. Mereka merasa jika putrinya tengah menghindar dari mereka berdua.
Alena mengalihkan pandangan dari jam Beker beralih menuju luar jendela yang menjadi tatapan renungan nya sehari-hari. Keadaan luar terlihat sangat nyaman. Dengan cuaca normal berawan, tidak menunjukkan hawa panas dan dingin. Langit malam terbentang rapi bersamaan bintang dan juga bulan sebagai penghias nya.
Senyuman Alena perlahan mengembang kala dapat menikmati indahnya ciptaan tuhan di atas sana. Pikiran gadis itu berlari kemana-mana membayangkan semua angan-angan yang entah kapan terjadi. Hingga sampai dirinya ingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Kruukk
Bunyi dari dalam perut yang menandakan para cacing meminta jatah makan mereka yang selalu terlambat di isi. Hingga membuat kegiatan lamunan Alena terhenti. Dia merasa perutnya kali ini benar-benar membutuhkan cadangan makanan.
Yah begini lah adanya. Setiap kali cacing mengingatkan, barulah Alena mau mengisi beberapa butir nasi untuk memberi peliharaan terakhirnya makan. Jika saja para cacing itu tidak diberi makan, maka Alena sendiri dapat meyakini jika para cacing itu akan mati perlahan, tidak cuma cacing, Alena nya sendiri pun juga akan mati. Biasa ikatan antara majikan dengan peliharaan sangat kuat.
Dengan malas Alena berjalan menuju luar kamar yang seperti menjadi kutukan berat untuk nya.
Sesampainya di bawah dapat dilihat keadaan lantai bawah hening tak berpenghuni. Tidak ada kegiatan lain di sana, seakan rumah kosong tanpa manusia didalamnya.
Dengan malas Alena berjalan mendekati meja makan kemudian mendudukkan salah satu meja di sana.
Beginilah setiap harinya terjadi. Keadaan sekeliling rumah tidak menunjukkan aktivitas manusia. Seharusnya Alena sudah terbiasa dengan keadaan sekarang. Tapi mengapa itu semua membal begitu saja bagaikan bola pingpong.
Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Dengan malas Alena mengambil satu piring dihadapan dan memasukkan beberapa hidangan secukupnya.
"Non Alyska!" Panggilan itu terdengar jelas di kuping Alena yang dapat diyakini jika suara itu berada dari salah satu pembantu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My transmigration [END]
Dla nastolatków[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bagaimana jika seorang mahasiswa berumur 19 tahun yang terkenal dengan pemain pria (play girl). Masuk ke dalam tubuh seorang gadis cupu yang menjadi bahan bullyan sekolahnya. Dan yang parahnya lagi gadis cupu itu s...