Sial! Mata ini rasanya tidak ingin berpaling dari lekuk tubuh wanita itu. Ia sungguh menggoda, mengundang ku untuk datang dan membuainya dalam ke hangatan seksual.
Rea, kini sudah ku buat telanjang bulat. Tak ada satu kain pun yang menempel di sana, di tubuh indahnya yang bergerak-gerak seduktif?
Entah lah. Namun apa yang coba ia tutup-tutupi dari ku nyatanya malah kian membuat ku penasaran ingin melihat nya jauh lebih dekat.
Dan tanpa ragu lagi segera ku lepaskan kemeja ku, sambil ku rengkuh tubuhnya, menarik kedua tangannya lurus ke atas kepala dan membiarkan tubuh polosnya kini menempel erat dalam dekapan ku.
"LEPASKAN AKU LUKAS! BAJINGAN KAU! SIAL APA YANG AK HMMMM, -
Ia berteriak keras, namun segera ku sumpal mulut cerewet nya itu dengan ciuman panas ku lagi. Ia melemah.
Bagaimanapun ia tetap lah wanita pada umumnya, yang dapat mwrasakan gairah seksual jika bagian-bagian tubuh nya di sentuh dan di manjakan seperti saat ini.
Aku sengaja menggesekan tubuh depan ku dengannya, setidaknya sentuhan ini akan membuatnya makin terbuai dan melemah hingga aku dapat menyentuh nya lebih dalam lagi.
Suara decapan kini terdengar kian keras, saat lidah ku menerobos masuk ke dalam mulutnya, membiarakn slavia kami bercampur menjadi satu.
Hingga perlahan-lahan ia pun mulai terbawa arus yang telah ku buat.
Setelah aku puas menciumnya segera ku lepas pangutan itu membuatnya langsung mengadah dan menatap wajah ku yang berada tak jauh dari nya.
Ia masih tersengal-sengal, mengatur nafasnya nya yang mungkin terasa sesak karena ciuman panas kami barusan.
Matanya sayu, namun masih memancarkan rasa kesal yang tak mampu aku abaikan.
Ia pasti akan mulai memaki ku lagi dengan kata-kata kasarnya. Tapi aku, TAK PEDULI akan hal tersebut!
Kan ku buai ia hingga melayang, membuat nya terseret dalam gairah yang sama seperti yang ku rasakan saat ini.
"Ini baru permulaannya Re, bersiaplah sekarang aku akan mulai membuat mu mendesah tanpa henti, seakan meminta ku untuk terus menjamah mu, lagi dan lagi." Ucap ku setengah berbisik, lalu demgan cepat tangan ku menjalar ke bagian dadanya dengan posisi satu tanggan ku yang masih menahan lengannya tetap dalam posisi lurus ke atas. Agar ia tak bisa memukul ataupun menunjukan konfrontasi nya lagi pada ku.
Sungguh kenikmatan yang tiada taranya. Bukan hanya visualnya yang begitu memanjakan mata, tapi saat ku sentuh benda kenyal itu dengan tangan ku, rasanya begitu candu dan membuat ku terus ingin meremasinya setiap saat.
"ARGHHHHH!!!! ENGGHHH..... HE.... HENTIKAN.... LUKAS! KA.... KHAU.... BAJINGAN.... HIKSS.... LEPAS.... KU MOHON. ENGGHHH.... EEEHHH...."
Terputus sudah kata-tanya. Perlahan suara teriakan nya barusan berubah menjadi suara desahan-desahan kecil yang membuat telinga ku begitu terhibur kala mendengar nya.
"Tidak Re! Ini hukuman untuk mu, karena kau sudah berani membuat ku sangat marah barusan. Dan sekarang aku lapar Re, jadi bantu aku memuaskan hasrat ku dan ku pastikan kau pun akan merasakan kenikmatan yang tiada tara nya."
Mendengar ucapan ku barusan tentu saja membuat Rea semakin bergidik ngeri. Dan aku bisa menangkapnya hanya dari tatapan nya yang memohon iba kepada ku sekarang.
Tapi percuma saja, tekad ku sudah bulat. Aku ingin memberikan nya pelajaran, agar ia lebih berhati-hati lagi dalam bersikap setelahnya.
Karena aku pun ingin dia hormati, selayaknya dia menghormati Adrian sebagai suaminya. Karena mulai detik ini, peran pria itu akan ku ambil alih SELURUH NYA, setidaknya dalam beberapa waktu kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pawned Wife
Romance"Kau membutuhkan uang ini bukan? Maka tanda tangani kontrak ini, dan jadilah milik ku selama 3 bulan ke depan." Rea menggigit bibirnya pelan, sambil meremas ujung gaun yang tengah dikenakannya itu dengan keras, menahan segala amarah dan rasa malu ya...