Sebuah mobil hitam melesat cepat membelah keramaian kota Surabaya siang itu.
Cukup padat, namun syukur nya tak ada kemacetan parah ataupun semacamnya yang membuat perjalanan Lukas kala itu tersendat semakin lama saja.
Hingga dalam waktu cepat ia akhirnya sampai di kediaman mewah milik nya.
Setibanya di sana ia pun segera melangkah cepat menuju lantai dua rumah, diamana kamar serta area pribadi nya berada.
#Cklek
Suara pintu berderit saat pria itu akhirnya sampai berhasil memasuki sebuah kamar yang berada tepat di sebelah kamar milik nya.
"Bagaimana kondisi nya?" pungkas Lukas ketika ia baru saja memasuki area kamar wanita itu, mendapati sosok Julian yang sudah berada di sana terlebih dahulu.
"Cukup memprihatinkan. Dia demam tinggi. Dan ini pasti bakal bikin dia ngerasain sakit kepala yang cukup parah. Ya, busa di katagori kan semacem gejala vertigo gitu."
Jelas Julian dengan wajah serius, membuat Lukas semakin di cekam rasa khawatir.
Ia melirik Rea yang nampak begitu pucat dan tidak berdaya. Sungguh tak dapat ia duga jika kejadian nya akan sampai seperti ini.
Jika saja ia bisa lebih menahan diri, mungkin insiden kemarin malam tidak akan pernah terjadi.
Rea sakit itu pasti karena ulahnya juga, yang mengguyur tubuh wanita itu cukup lama di bawah kucuran air shower. Belum lagi ia membuat Rea berendam di bathup, padahal waktu sudah sangat larut saat itu.
Tapi penyesalan itupun tentu akan sia-sia saja, karena semuanya sudah terlanjur terjadi. Maka dari itu kini Lukas hanya bertekad untuk menebus segala kesalahan nya dengan merawat wanita itu baik-baik. Hingga Rea dinyatakan pulih secara keseluruhan.
"Sudah jangan khawatir, aku akan memberikan nya obat yang dijamin ampuh. Dan yang kau harus lakukan adalah tetap menjaganya dan mengganti pakaian nya setiap beberapa jam sekali. Karena tidur dengan pakaian yang basah malah akan membuat kondisi nya semakin parah. Paham? Ah dan satu lagi, suruh dia makan saat ia sadar nanti. Perutnya lagi-lagi kosong, seakan tak diisi apapun sejak kemarin."
Julian menepuk bahu sahabat nya itu, seraya menyiapkan beberapa jenis obat dari tas kerja miliknya. Lukas hanyabbisa mengangguk lemah dan kini duduk tepat di sisi ranjang besar itu, sambil memperhatikan Rea lekat-lekat.
"Ia akan ku pastikan dia makan dan minum obat dengan teratur."
Julian tersenyum, menyadari nada bicara Lukas yang terdengar tenang namun terasa tegas dan juga sungguh-sungguh.
Pria itu pasti begitu mengkhawatirkan Rea, sampai-sampai ia memilih pulang ke rumah bahkan di tengah jadwalnya yang padat hari itu.
Sungguh sebuah hal yang begitu dilematis, karena bagi Julian perhatian itu sungguh sebuah ketulusan yang Lukas miliki untuk wanita itu.
Sayang, rasa tulus itu tidak dalam konteks yang benar, mengingat status Rea yang sebenarnya sudah menikah dan memiliki seorang suami. Yang itu artinya segala hal yang terjadi sekarang dan hingga 3 bulan kedepan tak akan mengubah apapun di antara mereka.
Tetap ada jurang pemisah diantara mereka berdua. Jurang besar yang takan bisa menyatukan keduanya.
Menyedihkan, namun sebagai sahabat tentu Julian hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Lukas dan juga wanita asing itu -Rea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pawned Wife
Romance"Kau membutuhkan uang ini bukan? Maka tanda tangani kontrak ini, dan jadilah milik ku selama 3 bulan ke depan." Rea menggigit bibirnya pelan, sambil meremas ujung gaun yang tengah dikenakannya itu dengan keras, menahan segala amarah dan rasa malu ya...