Seperti telah dipaparkan di depan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, dengan pengertian bahwa perilaku atau aktivitas- aktivitas itu merupakan manifestasi kehidupan psikis. Telah dikemukakan oleh Branca (1964), Woodworth
dan Marquis (1957), Sartain, dkk. (1967), dan Morgan, dkk. (1984) bahwa yang diteliti atau dipelajari dalam psikologi ini baik perilaku manusia maupun hewan.Namun demikian hasil dari penelitian itu dikaitkan untuk dapat mengerti tentang keadaan manusia. Dengan demikian maka dalam psikologi itu fokusnya adalah manusia. Banyak penelitian yang dilakukan pada hewan, yang hasilnya kemudian
diarahkan kepada manusia, khususnya penelitian-penelitian yang eksperimental. Ada beberapa alasan mengapa hewan dijadikan bahan eksperimen:1) Hewan pada umumnya lebih objektif daripada manusia. Hewan tidak mempunyai sadar pribadi sehingga dengan demikian hewan tidak merasa malu apabila di observasi oleh banyak orang pada waktu eksperimen diadakan.
2) Hewan lebih mudah dikontrol daripada manusia. Hal tersebut karena manusia keadaannya lebih kompleks.
3) Kadang-kadang eksperimen membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga hal ini akan membosankan, dan keadaan ini akan mempengaruhi sikap ataupun segi-segi yang lain yang dapat
mempengaruhi hasil eksperimen. Hal tersebut tidak dijumpai pada hewan.4) Dalam eksperimen kadang-kadang dibutuhkan pembedahan-
pembedahan. Hal ini lebih di mudahkan di hewan.5) Dalam eksperimen apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
resikonya lebih ringan apabila dibandingkan kalau eksperimen
dilakukan pada manusia.6) Dalam eksperimen kadang-kadang mengkait hal-hal yang berhubungan
dengan keturunan. Hal ini akan mudah dimanipulasi pada hewan
daripada dengan manusia.
Tetapi dalam hal ini memang adanya kelemahan, yaitu menyamakan
manusia dengan hewan. Namun demikian sebagai contoh yang sampai sekarang masih berlaku dalam hal eksperimen dari Thorndike maupun
eksperimen dari Pavlov.Sebagaimana diketahui bahwa perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respons terhadap stimulus yang mengenainya. Karena itu keadaan ini dapat diformulasikan sebagai R = f(S,0), dengan pengertian bahwa R adalah respons; f = fungsi; S = stimulus, dan O = organisme. Formulasi ini berarti bahwa respons merupakan fungsi atau bergantung
pada stimulus dan organisme (Woodworth dan Schlosberg, 1971). Namun selanjutnya dikemukakan oleh Woodworth dan Schlosberg bahwa apa yang ada dalam diri organisme itu yang berperan memberikan respons adalah apa yang telah ada pada diri organisme, atau apa yang telah pernah dipelajari oleh organisme yang bersangkutan. Dengan kata lain yaitu apa yang telah ada terdahulu dalam diri organisme, yaitu anteseden atau disingkat dengan A. Karena itu formulasi yang
semula berbentuk R = f(S,0) disempurnakan atau diubah menjadi R = f(S,A) (Woodworth dan Schlosberg, 1971).Hal tersebut tidaklah mengherankan karena mereka adalah merupakan ahli dalam psikologi eksperimental.
Namun demikian formulasi tersebut bukanlah satu-satunya formulasi
mengenai perilaku atau respons organisme terhadap stimulus yang mengenainya. Formulasi lain mengenai perilaku didapati formulasi yang berbentuk B = f(E,0),
dengan pengertian bahwa B = behavior atau perilaku; f = fungsi; E = environment atau lingkungan; dan O = organisme. Pada dasarnya formulasi ini tidak berbeda dengan formulasi di atas yaitu bahwa perilaku itu bergantung dari lingkungan dan
organisme itu sendiri. Namun hubungan antara E dan O belum nampak begitu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belajar Psychology ✔
Non-FictionHallo! Sudah sejauh manakah teman-teman belajar tentang Psychology? Teman-teman tau gak, kenapa kita perlu belajar Psychology? Jawabannya karna Psikology membantu kalian mengetahui sikap manusia sebagai upaya menyesuaikan diri serta berhubungan den...