Letak Psikologi Dalam Sistematika Ilmu

240 8 3
                                    

Bagaimana letak psikologi dalam sistematika ilmu? Untuk menjawab
pertanyaan ini tidak dapat lepas dari perkembangan ilmu pada umumnya. Untuk meninjau ini secara mendalam dapat dipelajari dalam sejarah psikologi. Tetapi dalam kesempatan ini bukanlah maksud penulis untuk mengemukakan tentang sejarah psikologi, namun hanya untuk sekedar memberikan gambaran sekilas tentang perkembangan psikologi.

Ditinjau secara historis dapat dikemukakan bahwa ilmu yang tertua adalah ilmu filsafat. Ilmu-ilmu yang lain tergabung dalam filsafat, dan filsafat merupakan satu-satunya ilmu pada waktu itu. Karena itu ilmu- ilmu yang tergabung dalam filsafat akan dipengaruhi oleh sifat-sifat dari filsafat. Demikian pula halnya dengan psikologi.

Tetapi lama kelamaan disadari bahwa filsafat sebagai satu-satunya ilmu
kurang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Disadari bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan tidak cukup lagi hanya diterangkan dengan filsafat. Dengan demikian maka kemudian ilmu pengetahuan alam misalnya memisahkan
diri dari filsafat, dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri (Marx, 1976). Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan alam membutuhkan hal-hal yang bersifat objektif, yang bersifat positif, dan ini tidak dapat dicapai dengan menggunakan
filsafat. Demikianlah maka kemudian ilmu-ilmu yang lain juga memisahkan diri dari filsafat termasuk pula psikologi. Psikologi yang mula-mula tergabung dalam filsafat, akhirnya memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri.

Hal ini adalah jasa dari Wilhelm Wundt yang mendirikan laboratorium psikologi yang pertama-tama pada tahun 1879 di Leipzig untuk meneliti peristiwa-peristiwa kejiwaan secara eksperimental. Wundt sebenarnya bukan seorang ahli dalam bidang psikologi melainkan seorang fisiolog, akan tetapi beliau mempunyai pandangan bahwa fisiologi dapat
dipandang sebagai ilmu pembantu dari psikologi, dan psikologi haruslah berdiri sendiri sebagai suatu ilmu pengetahuan yang tidak tergabung atau tergantung kepada ilmu-ilmu yang lain. Di dalam laboratoriumnya, Wundt mengadakan eksperimen- eksperimen dalam rangka penelitian- penelitiannya, sehingga beliau
dipandang sebagai bapak dari psikologi eksperimental. Tetapi ini tidak berarti bahwa baru pada Wundt-lah dimulai eksperimen- eksperimen, sebab telah ada ahli-ahli lain yang merintisnya antara lain Fechner dan Helmholtz.

Namun demikian, baru pada Wundt-lah penelitian dilakukan secara laboratorium eksperimental yang lebih intensif dan sistematis. Laboratorium Wundt kemudian menjadi pusat penelitian dari banyak ahli untuk mengadakan eksperimen- eksperimen antara lain kraeplin, Kulpe, Meumann, Marbe. Dengan perkembangan ini maka berubahlah
psikologi yang tadinya bersifat filosofis menjadi psikologi yang bersifat empiris.

Kalau mula- mula psikologi. mendasarkan diri atas renungan- renungan, atas spekulasi, maka psikologi itemudian mendasarkan atas hal-hal yang objektif. Hal-
hal yang positif, dan kemudian makin berkembanglah psikologi empiris itu.

Perkembangan ilmu fisika (physical science) dan ilmu kimia (chemistry)
mempengaruhi timbulnya ilmu biologi (biologicalscience). Sebab satu dari ilmu biologi adalah ilmu perilaku (behavioral science). Dalam kaitan ini, maka psikologi merupakan salah satu yang termasuk dalam ilmu perilaku, di samping antropologi dan sosiologi (Marx, 1976). Dengan demikian maka akan jelas bahwa psikologi sebagai suatu ilmu, merupakan ilmu tentang perilaku dan merupakan ilmu yang berdiri sendiri tidak tergabung dalam ilmu-ilmu yang lain.

❤❤❤

Belajar Psychology ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang