Faktor Endogen Dan Faktor Eksogen

99 18 72
                                    

Faktor endogen ialah faktor yang dibawa oleh individu sejak dalam
kandungan hingga kelahiran. Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena individu itu terjadi dari bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah, maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang
tuanya.

Seperti pepatah Indonesia yang menyatakan air di cucuran akhirnya
jatuh ke pelimbahan juga, ini berarti bahwa keadaan atau sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di muka faktor endogen dalam per- kembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktor eksogen. Apa saja faktor-
faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu itu dilahirkan telah adanya sifat-sifat yang tertentu terutama sifat- sifat yang berhubungan dengan faktor kejasmanian, misalnya bagaimana kulitnya putih,
hitam atau coklat; bagaimana keadaan rambutnya hitam, pirang dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak
dapat diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna coklat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.

Di samping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan
psikologis yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi- fungsi fisiologis seperti darah, kelenjar- kelenjar, cairan-cairan lain
yang terdapat dalam diri manusia.
Seperti dikemukakan oleh Hypocrates dan Galenus (Bigot, dkk., 1950) yang menghubungkan sifat-sifat kejasmanian (struktur kejasmanian)
dengan sifat-sifat psikologis dari individu yang bersangkutan.

Sehubungan dengan ini ada beberapa tipe temperamen dari manusia yaitu: sanguinikus, flegmatikus, cholerikus, melancholikus. Temperamen adalah berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu disamakan satu
dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan dan lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat konstan,
sedangkan watak atau karakter lebih bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara (1962) bahwa pada individu adanya bagian yang dapat
berubah dan ada yang tidak dapat
saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam apabila dibandingkan dengan pengarah
lingkungan sosial primer.

Pengarah lingkungan sosial, baik primer maupun sekunder sangat
komplek dalam perkembangan individu; hal ini secara mendalam dibicarakan tersendiri dalam psikologi sosial. Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan searah, dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengarah terhadap individu. Hubungan antara individu dengan lingkungannya terdapat
hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan. Hal
ini telah disinggung di depan.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan
sebagai berikut:

a. Individu menolak atau menentang lingkungan. Dalam keadaan ini
lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam
keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya, akibar banjir sebagian jalan terputus. Untuk
mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan pengarah dari lingkungan itu, sehingga orang tidak menerima begitu saja pengarah lingkungan tetapi orang menolak atau mengatasi pengarah lingkungan demikian itu.
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak
cocok dengan norma-norma dalam sesuatu masyarakat. Orang dapat
berusaha untuk dapat mengubah norma yang tidak baik itu menjadi norma yang baik. Jadi individu secara aktif memberikan pengaruh terhadap lingkungannya.

b. Individu menerima lingkungan. Dalam hal ini keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Dengan demikian individu akan menerima lingkungan itu.

c. Individu bersikap netral. Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi
juga tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap
lingkungan. Interaksi individu dengan lingkungannya lebih lanjut, hal ini
dibicarakan dalam psikologi sosial.

Belajar Psychology ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang