Dalam Mimpi Bersamamu
Aku bermimpi kembali ke masa lalu saat aku masih kecil dulu. Tempat dan suasana teringat kembali, persis seperti dulu. Aku berada di sebuah taman yang berada di lingkungan perumahanku. Tempat yang selalu membuatku trauma saat kecil dulu.
Tiba-tiba ada suara anak kecil yg teriak meminta ampun. Dia adalah aku saat masih kecil, Taki saat masih kecil.
"Maafkan aku!"
"Haha!"
Sekelompok bocah nakal memukuliku meski aku sudah tergeletak jatuh di tanah. Mereka tidak berhenti mem-bully aku meski sudah berulang kali meminta ampun kepada mereka.
Mereka malah tertawa dan tampak menikmati menyiksa orang yang lebih lemah dari mereka. Aku terus meminta maaf meskipun aku tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kau tahu kan jika taman ini adalah wilayah kekuasaan kami?!"
Ketua geng mereka membentakku. Dia bocah yang sangat besar untuk seumurannya. Tidak ada yang berani melawannya. Dia adalah bos anak-anak di kampung ini.
"A-Aku hanya ingin mengambil bolaku yang jatuh ke taman ini."
"Kalau begitu, bola itu menjadi milik kami sekarang!"
"J-Jangan! I-Itu pemberian dari ayahku."
"Kau berani menantangku?!"
Si bos dan kedua anak buahnya mulai menendangiku lagi. Aku sudah lemas dan menyerah untuk melawan. Aku hanya berharap agar mereka segera lelah dan berhenti menyakitiku.
Namun sebelum itu terjadi, seorang anak datang sambil berteriak.
"Hei, kalian! Hentikan!"
Geng bocah tersebut berhenti dan melirik ke arah anak yang baru datang tadi. Anak yang berani melawan tersebut adalah Emi saat masih kecil.
Geng itu menghampiri Emi dan meninggalkanku. Aku mencoba melihat ke arah mereka sambil menahan sakit di seluruh tubuhku.
"Heh! Kau ini perempuan, berani-beraninya kau melawanku!"
"Memang kenapa? Aku hanya ingin menolong anak yang kau sakiti itu."
Aku melihat dengan kagum sekaligus kasihan dengan keberanian Emi. Kagum karena Emi berani berdiri berhadapan dengan bos geng, juga kasihan karena sepertinya Emi tidak mengenal bos geng itu.
"Jangan kira aku takut untuk memukul perempuan! Pergi sana!"
Bos tadi memberi kesempatan kepada Emi untuk pergi. Namun Emi melebarkan senyumannya dan malah menendang selangkangan bos tersebut.
Tendangan Emi cukup keras hingga membuat bos yang badannya besar itu tumbang. Bos itu bahkan sampai teriak kesakitan.
Namun satu tendangan tidak dapat membuat bos itu kalah, malah bos tadi tambah marah dan mengerahkan kedua anak buahnya untuk menyerang Emi.
"Serang dia!"
Seketika dua bocah sekaligus langsung menyerang Emi secara bersamaan. Emi dengan gesit menghindari serangan mereka dan membalas dengan serangan ketika mendapatkan kesempatan.
Emi terlihat seperti punya keahlian dalam berkelahi. Gerakannya sangat lincah tapi efektif. Namun kelincahan tersebut tetap saja ada batasnya. Emi tertangkap oleh seorang bocah dan tampak kesulitan untuk membebaskan diri.
Emi yang sedang dalam masalah malah melihatku dengan tatapan serius.
"Kau yang di sana! Pergilah!"
Dia memberikanku waktu untuk kabur meninggalkannya. Aku terlalu lemah untuk melawan dan terlalu takut untuk bahkan kabur dari situasi seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Future Where We Are Apart
General FictionTaki adalah seorang ilmuwan di zaman modern. Malam itu ia terbangun di sebuah rumah sakit. Dia mengalami amnesia. Dia tidak ingat akan kecelakaan yang ia alami. Dia bahkan tidak ingat istrinya yang meninggal dalam kecelakaan tersebut. Suatu hari dia...