Penemuan Terhebat
Pagi ini aku dapat panggilan telepon dari dokter yang merawatku di rumah sakit. Dia bilang jika hari ini adalah pengobatan terakhir. Aku diminta olehnya untuk datang pagi ini.
Selain dari itu, aktivitas kujalankan seperti biasa. Seolah tidak ada yang terjadi tadi malam. Tapi di benakku menyimpan keinginan untuk menanyakan tentang alat itu kepada Yumi.
Tapi karena aku membuatnya bangun tadi malam, Yumi bangun terlambat pagi ini. Aku merasa bersalah karena itu.
Setelah kami menghabiskan sarapan, Yumi langsung pamit berangkat kerja. Yumi menyerahkan tugas mencuci piring kepadaku seperti biasanya. Piring kotor yang digunakan hanya sedikit karena cuma berdua. Tak perlu lebih dari 15 menit semua piring sudah tertata bersih.
Aku segera mengganti pakaianku dan pergi ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan dengan mesin body capsule. Itu merupakan mesin dimana kau akan di masukkan ke dalam kapsul berisi cairan gel penyembuh selama beberapa jam.
Sebenarnya sudah dari kemarin kakiku tidak terasa sakit lagi. Jadi kupikir aku tidak perlu lagi menggunakan kruk untuk membantuku berjalan, meski perban masih membalut betisku. Obat yang diberikan oleh dokter memang sangat ampuh.
Pengobatan di zaman ini memang sangat canggih dan jauh berkembang pesat dari 10 tahun sebelumnya.
Mungkin karena inovator sangat dihargai jadi perkembangan teknologi sangat cepat. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana tepatnya tapi aku kagum dengan inovasi-inovasi di zaman modern ini.
Mungkin jika dipikir-pikir lagi, aku termasuk salah satu inovator dalam bidang teknologi di masa ini. Alat mesin waktu tadi malam itu contohnya, tapi sayangnya tidak berguna. Aku sempat ingin menertawakan inovasiku yang gagal itu.
Tapi jika dipikir-pikir lagi pun, sepertinya aku telah melakukan banyak inovasi, dilihat dari banyaknya dokumen di ruang bawah tanah itu. Salah satu buktinya adalah rumah ini. Tidak mungkin aku bisa membeli rumah sebesar ini jika aku tidak menghasilkan sesuatu.
Semakin lama aku memikirkannya, pertanyaan baru terus muncul. Dan pertanyaan baru itu bagus untuk menuntunku mengingat masa laluku yang hilang.
Aku sudah mengenakan pakaian rapi dengan celana jeans. Dan aku segera melangkah keluar dan menuju stasiun kereta terdekat.
Aku bisa saja meminta Kaitou atau Yumi untuk mengantarku ke rumah sakit, namun aku tidak ingin merepotkan mereka. Terlebih, aku memang sedang ingin jalan-jalan di kota sendirian.
Sudah lama kulitku tidak terpapar sinar matahari. Kulitku terasa panas karena tidak terbiasa tapi udara pagi dingin jadi semuanya terasa hangat. Sayang sekali jika cuaca yang cerah seperti ini dilewatkan di dalam rumah.
Sesampainya aku di rumah sakit yang terletak dekat dengan stasiun kereta, aku segera menghubungi dokterku. Namun ternyata dokterku sudah menunggu kedatanganku di lobi rumah sakit.
Dokter mengajakku ke ruangan pengobatannya setelah kami bertukar cakap sejenak. Ruangan pengobatan ini terasa nostalgia setelah seminggu tidak ke sini.
"Perlu kujelaskan prosedurnya lagi, Taki?"
Dokter menawari penjelasan tentang pengobatan hari ini. Namun aku sudah berulang-ulang menjalani pengobatannya saat di rawat di rumah sakit, jadi aku hafal betul akan ini.
"Tidak perlu, dok. Aku sudah hafal kok, haha."
"Kalau begitu segera persiapkan dirimu, Taki."
Persiapan yang dimaksud hanya melepas pakaian dan meminum pil yang disediakan. Beberapa kabel ditempelkan di area dada dan kepala. Tak lupa juga masker penapasan karena aku akan terendam oleh air dan tidak akan ada oksigen masuk. Setelah itu, aku tinggal masuk ke dalam kapsul dan tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Future Where We Are Apart
General FictionTaki adalah seorang ilmuwan di zaman modern. Malam itu ia terbangun di sebuah rumah sakit. Dia mengalami amnesia. Dia tidak ingat akan kecelakaan yang ia alami. Dia bahkan tidak ingat istrinya yang meninggal dalam kecelakaan tersebut. Suatu hari dia...