Selangkah Lagi

6 0 0
                                    

Selangkah Lagi

Aku masuk ke rumah dan meninggalkan Yumi sendirian di luar. Aku akan membiarkan Yumi untuk menenangkan dirinya saat ini. Tapi aku tidak sabar untuk segera menggunakan mesin waktuku.

Saat itu, mesin waktuku tidak berhasil bekerja karena daya energinya tidak cukup kuat sehingga membuat satu rumahku mati listrik. Itu kenapa aku menciptakan Gren. Gren adalah sumber energi yang khusus kuciptakan untuk mesin waktuku. Namun sekali proses mesin waktu akan menggunakan seluruh daya dari energi Gren.

Kenangan yang ingin kutuju juga sudah jelas sekarang. Tidak ada lagi keraguan untuk melakukannya. Dengan begini, aku tidak akan gagal lagi.

Ketika aku sudah sampai di ruang bawah tanah dimana mesin waktuku berada, aku segera mempersiapkan segalanya. Aku tidak perlu membaca dan mencari panduan penggunaan dari mesin waktuku lagi, karena aku sudah hafal di luar kepala.

Tiba-tiba ada suara berisik dari arah luar rumahku. Sangat keras hingga suaranya bisa menembus ruang bawah tanah rumahku ini. Terdengar seperti sekumpulan orang sedang ribut akan sesuatu.

"Taki! Serahkan Gren sekarang juga! Atau kami dengan paksa akan masuk dan menggeledah seisi rumahmu!"

Tidak perlu aku ke atas dan melihat siapa mereka, aku sudah bisa menebaknya. Mereka adalah sekumpulan preman suruhan yang datang untuk mengambil Gren.

"Sudah kubilang, Taki sedang tidak ada di rumah."

Yumi menolongku dan berusaha untuk memberikanku waktu.

Jika suatu hari nanti aku bertemu dengannya lagi, akan selalu kuingat jika aku berhutang banyak hal padanya.

Aku tidak punya banyak waktu banyak jika aku ingin berhasil. Sekarang aku hanya berharap Yumi bisa menahan mereka selama mungkin.

Semua kabel terpasang dan semua bagian dari mesin kupastikan menyala. Namun aku tidak punya waktu untuk mengecek semuanya. Kuharap semuanya bekerja dengan benar atau nyawaku yang akan jadi bayarannya.

Dan bagian terakhir yang tidak kalah penting dari semuanya, yaitu Gren. Benda itu kupasang di wadah yang sudah tersedia di mesin waktuku tepat di bagian atas CPU.

*BRAK!*

Suara dobrakan pintu rumah terdengar sangat keras. Sepertinya hanya sampai sini Yumi bisa memberikanku waktu tambahan. Aku tidak akan menyalahkan Yumi untuk itu, sekarang bagianku untuk berjuang sendiri.

Semua program sudah berjalan aktif dan siap. Aku memposisikan diriku di kursi dengan nyaman karena ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang.

Helm dan tombol pengatur sudah siap di posisi. Tinggal menekan tombol untuk memuat ingatan. Dan tanpa perlu waktu lama lagi, aku menaruh ibu jariku di atas tombol.

Aku menarik napas dan menghembuskannya agar aku bisa fokus mengingat kenangan yang ingin kutuju. Aku harus melupakan sejenak akan kerusuhan yang terjadi di lantai atas. Setelah tenang, aku segera menekannya.

*Klik*

*Memuat ingatan dimulai*

Imajinasiku kupercaya untuk membangun gambar yang persis dengan kenangan itu. Wajahku, wajah anak-anak berandal itu serta wajah Emi saat masih kecil. Tak lupa kubayangkan taman tempat kenangan itu terjadi.

"Taki, tidak ada di sini! Percayalah!"

Teriak Yumi dari lantai atas. Atau lebih tepatnya di depan pintu ruang bawah tanah ini.

"Minggirlah!"

"Ah!"

Salah satu preman mendorong Yumi agar menyingkir dari depan pintu. Dan beberapa lainnya langsung mendobrak masuk ruang bawah tanah.

Proses loading ingatan baru kumulai dan masih butuh waktu 10 detik.

"Itu dia!"

"Apa yang kalian tunggu?! Hentikan dia segera!"

Aku tahu suara itu, suara yang sangat kukenal, dia adalah Kaitou. Aku tidak menyangka jika Kaitou lah yang menyuruh para preman itu untuk menghentikanku.

*Bruk!*

Yumi dengan bersikeras menghentikan langkah preman di baris depan dengan loncat dan memeluk kaki mereka. Preman itu sudah tidak peduli dengan Yumi lagi jadi dia langsung menendang perut Yumi. Yumi mengerang kesakitan.

Kaitou menarik Yumi dan mengamankannya. Yumi menangis sambil menahan bekas tendangan di perutnya.

Yumi masih tidak percaya dengan apa yang Kaitou perbuat bersama rekannya.

"Teganya kau, Kaitou!"

Wajah Kaitou tidak berubah sama sekali meski melihat Yumi yang tengah mengerang kesakitan. Wajahnya bengis, berubah menjadi seseorang yang tidak lagi kukenal.

"DIAM KAU!"

Kaitou membentak Yumi agar diam dan menyekap mulutnya dengan kain.

Preman yang berada di baris depan segera berlari menuruni tangga.

Keringat mengucur deras dari dahi dan leherku. Pikiranku kacau dengan adegan yang barusan terjadi.

Jangankan fokus untuk membayangkan kenangan, fokus untuk berpikir tenang saja sudah sangat sulit.

Aku bisa merasakan derap langkah kaki yang berjarak beberapa meter denganku.

*Ding!*

Waktu loading sudah selesai. Aku membuka mataku lalu segera memencet tombolnya. Namun salah satu preman berhasil memegangku.

Preman tersebut langsung membekuk tanganku. Preman lainnya melepaskan helm yang terpasang di kepalaku. Dan seorang lainnya menarik semua kabel mesin waktu.

Tak lama kemudian Kaitou datang sambil tertawa.

"Haha, sayang sekali, Taki. Kau tidak berhas-"

Kaitou menarik kerah kemejaku, namun tubuhku jatuh di tangannya. Tubuhku sudah lemas tak berdaya seolah tidak ada otot lagi yang menggerakkannya.

Tubuhku sekarang hanya menjadi badan saja. Sebuah wadah kosong. Sebuah mayat yang ditinggal oleh pikirannya.

Karena pikiranku berhasil pergi ke masa lalu.

A Future Where We Are ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang