Introduce

1K 101 20
                                    

Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu
Sepanjang waktu
Semua berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku
Yang mungkin menyakitimu

Bila mungkin memang tak bisa
Menyatukan perbedaaan kita
Dan tetap bertahan
Di tengah kepedihan

Lovarian

•••|♪♪♪|•••

April, 2023

Di sore yang sedikit lebih temaram dari biasanya, di taman kota tempatnya insan semesta tertawa menikmati semuanya.

Di bawah nabastala tepatnya, di antara harsa ada dua atma yang saling berhadapan. Menatap mata satu sama lain, menunggu salah satu di antara bibir itu berucap kata.

"Kak, hampir senja." Akhirnya, pemilik paras dahayu membuka percakapan di antara keduanya.

"Iya kakak tahu, jadi apa?" Tatapan mata dari salah satunya masih tak kunjung usai, malah bertambah lekat.

"Aku keterima di UGM, maaf." Lirih sang perempuan. Pandangannya menatap ujung sepatu putih yang mulai kotor terbawa oleh waktu.

"Kenapa minta maaf? Harusnya kamu senang, kakak juga bangga. Selamat ya!"

Namun yang ditatap masih setia memandang ke bawah, rambut pendeknya mulai sedikit terbawa angin yang lalu tanpa ijin.

"Kenapa?" Tanya yang lelaki sekali lagi.

"Setelah ini, kita gimana?"

Mata perempuannya mulai kembali menatap sepasang mata indah yang sedang memandanginya. Di bibir itu, tercipta lengkungan indah seperti bianglala. Bahkan lebih indah dari bianglala itu sendiri.

"Kamu maunya gimana? Kalau tetap lanjut, kakak bisa nunggu sampai kuliah kamu selesai."

Dalam kalbunya, tersirat perasaan gundah yang perlahan menguasai pikiran. Dilihatnya mata indah itu, ada sebuah keraguan yang menepatinya. Entah keraguan seperti apa.

"Aku gak bisa buat kakak nunggu selama empat tahun." Katanya.

"Kenapa? Kakak sanggup nunggu selama itu."

"Kalau tiba-tiba kakak bosan sama waktu, dan memilih untuk cari pelampiasan, nanti akhirnya kakak yang disalahkan."

Laki-laki itu masih gemar memandangi wajah nirmala perempuannya. Sebenarnya, ia turut khawatir akan detik-detik seperti ini. Apakah harus melepaskan atau tetap bertahan dalam langkah yang tak tahu ke mana arah berpijak?

"Jadi kamu mau gimana? Semua keputusan kamu, kakak terima. Bilang ke aku, jangan takut."

"Kalau kita berakhir hari ini, apa kakak bisa nerima semuanya? Gimanapun, setiap hati perlu tempat yang pasti untuk dijadikan rumah. Nanti, setelah hari ini hubungan kita gak akan pasti, akan ada keraguan yang menghasutnya, Kak."

Jean terdiam sesaat. Memikirkan baik-baik apa yang harus dikatakannya pada Wina sekarang. Setelah menikmati permen kapas di ujung taman sana, mereka berjalan beriringan ke tengah-tengah taman. Membicarakan hal yang pasti untuk dilalui keduanya.

"Ada yang bilang ke kakak kalau seandainya dua orang harus terpisahkan karena mimpi, itu lebih baik daripada keegoisan masing-masing. Dia bilang saat salah satu hati sedang rapuh. Kejar mimpi kamu di sana, Win. Jangan ragu untuk langkah selanjutnya."

"Kita?"

"Seperti yang kamu bilang, setiap hati perlu tempat untuk dijadikan rumah. Kalau hari ini kita berakhir, semoga kamu menemukan tempat yang lebih memahami hatimu."

Kita Dan Waktu | Jaemin Ft WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang