Walau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepianKamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayanganTak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu (padamu)Maudy Ayunda
•••|♪♪♪|•••
Di antara tengah malam itu, Jean memeluk dirinya dengan getir. Mimpi buruk kembali ia hampiri, detik di mana Mama Yura meninggal. Sudah bertahun-tahun Jean tidak bermimpi seperti ini, tapi rupanya luka itu rindu pada tangis Jean.
Kematian Mama Yura bukan salah Jean, bukan salah siapa-siapa. Tapi entah mengapa, Jean merasa bersalah pada detik-detik dunianya menjadi kelabu.
Matanya yang lelah tiba-tiba menangkap kalender di atas nakas, ada dua tanggal yang ia lingkari di bulan Juni. Tanggal 14 dan 27. Dua tanggal itu, Jean ingat betul saat ia harus tenggelam dalam lautan kehilangan.
Sesaat, ia menyalakan layar handphonenya hanya untuk memeriksa apakah ia sudah melewati hari kemarin atau belum.
02.14
Jean tersenyum gusar. Hari ini, tepat 16 tahun Mama Yura meninggal dunia. 16 tahun lalu, ada seorang bocah laki-laki yang menangis tak ingin ditinggalkan ibunya. Menangis memohon agar tidak dipisahkan oleh tubuh tak bernyawa.
"Pantas Jean mimpi, ternyata Mama mau ngasih tau."
Jean kemudian bersandar pada dinding kamarnya. Merasakan dingin mulai menembus pundaknya, lalu menjalar ke tengah-tengah dadanya.
16 tahun lalu, Jean mendapat penyesalan terbesarnya. Saat ia memilih lomba matematika daripada menemani Mama Yura di rumah sakit. Jean memang memenangkan lomba itu, tapi yang ia dapat justru kabar meninggalnya Mama.
"Ma, harusnya Jean lebih milih Mama dari lomba sialan itu," katanya.
Gundah, ia kembali meluruskan tubuhnya. Namun matanya tetap teguh memandang lurus pada langit-langit kamar. Tahun ini ia kembali menemukan rasa yang tertinggal di tahun-tahun lalu. Membuat Jean mulai akrab dengan penyesalan.
Jean hanya punya waktu beberapa jam sebelum lomba dimulai, dan harus meninggalkan Mama Yura terbaring lemah saat itu.
"Ma, kalau Jean menang dikasih apa?" Tanya Jean 16 tahun lalu.
"Kamu mau apa?"
"Mama sembuh," pinta Jean. Masih terekam jelas saat-saat itu terjadi.
"Oke, Mama janji setelah kamu menang Mama sembuh."
Hanya dengan begitu saja, Jean kegirangan bukan main. Fantasinya sudah terbang tinggi untuk menjadi juara, berharap Mama Yura segera sembuh.
"Tapi Mama gak bisa cepat-cepat sembuh, harus bertahap. Tapi Mama janji akan terus berjuang untuk sembuh. Demi Jean sama Papa," janji Mama Yura.
Jean kecil mengangguk. Jean percaya pada Mama. Jika di dunia ini tak ada satu orangpun yang mampu ia percaya, itu mustahil. Jean akan terus percaya pada Mama Yura. Karena untuknya, janji Mama tidak pernah main-main untuk ditepati. Mama adalah bentuk pasti dari janji yang tertepati.
"Semua orang boleh pergi, kecuali Mama."
Bahkan sampai sekarang, Jean selalu percaya kata-kata Mama Yura. Dan untuk kalimat, 'semua orang boleh pergi, kecuali Mama' itu memang benar. Jean akan mempersilahkan pada siapa saja yang ingin melangkah jauh darinya. Tapi jika orang itu Mama, Jean tidak akan pernah mempersilahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Waktu | Jaemin Ft Winter
Fanfiction❝Tentang dia yang kehadirannya masih dinantikan.❞ Bagian selanjutnya dari Kita Dan Semesta. Cover from pinterest