Jakarta hari ini, tak pernah sama
Jika dahulu ku tak pernah membuatnya kecewa
Jakarta hari ini, tak pernah ada
Jika dahulu ku tak pernah membuatnya menyeka air mataFor Revenge
•••|♪♪♪|•••
"Kapan terakhir kali kamu tertawa lepas?"
Pertanyaan itu yang tengah memenuhi kepala Jean. Pertanyaan sederhana namun Jean masih belum bisa menjawabnya.
Jika dulu Jean bisa menjawabnya tanpa beban, sekarang justru Jean tidak bisa menjawabnya. Padahal Jean tahu, jawabannya juga tak kalah sederhana. Namun entah apa yang menghalanginya, mulutnya seakan kaku untuk menjawab.
Pagi ini cukup mendung. Langit semakin kelabu jika diamati. Di antara keluhan hidup manusia, Jean menikmati keterdiamannya seorang diri. Di jembatan penyeberangan, Jean mengamati beberapa kendaraan yang melaju, seolah berlomba tanpa tahu siapa yang akan menang.
Jean tidak melakukan apa-apa. Jarinya sesekali memainkan kunci sepeda motor yang sengaja ia tinggal di restoran. Matanya masih menilik, apa yang istimewa dari tempat ini selain para penjual yang masih mempunyai senyum tulus untuk dipamerkan.
"Aku cariin ternyata Kakak di sini."
Jean menoleh, ia kaget saat mendapati Wina tersenyum ke arahnya. Dengan langkah cepat, perempuan itu sudah berada di sebelah Jean. "Tadi aku ke resto, tapi kata Kak Mira Kakak gak ada."
Jean masih terdiam. Ia kaget dengan kehadiran Wina yang terkesan tiba-tiba. Bukan itu saja, Jean juga kaget dengan penampilan Wina hari ini. Rambut yang biasanya diikat, kini dibiarkan tergerai. Apalagi saat Jean menyadari jika rambut Wina kini pirang.
"Diantar siapa?" Tanya Jean begitu suara klakson mobil menyadarkannya.
"Diantar Bang Dirga, tadi ngantar makan siang dari Mami."
Jean mengangguk singkat. Bermenit-menit ia habiskan dengan keterdiaman yang mulai Wina rasakan juga. Bagaimana para pejalan kaki lewat di belakang mereka. Tukang ojek yang setia menunggu pelanggan di atas motornya. Bahkan penjual ketoprak keliling juga masih tersenyum pada orang-orang yang lewat begitu saja.
"Win," panggil Jean.
"Kenapa?"
"Kapan terakhir kali kamu ketawa tanpa beban?"
"Dua hari lalu pas liat foto Sehun. Kenapa?"
Jean menggeleng. Dua hari lalu saat melihat foto Sehun. Sesederhana itu alasan Wina tertawa sampai beban yang ia punya tak terasa? Lantas kenapa Jean susah mencari alasannya tertawa tanpa beban? Bahkan saat sesuatu yang terbilang lucu ada di depan matanya, Jean tertawa. Namun sedetik kemudian ia kembali teringat jika ada beberapa masalah yang mengikuti langkahnya.
"Menurut kamu apa yang beda dari Jakarta hari ini?"
"Gak ada, Jakarta masih sama. Aku yang baru tahu kalau Jakarta serame ini kalau dilihat dari sini," jawab Wina.
Katanya tidak ada. Katanya Jakarta masih sama. Padahal jauh dari itu semua, Jean merasa Jakarta tak lagi sama seperti dulu. Jakarta tak lagi berwarna seperti saat ia menggenggam tangan seseorang. Jakarta-- tidak lagi membuatnya merasa aman.
"Jakarta hari ini beda, Win."
Wina menoleh untuk menemukan Jean yang menatap lurus ke arah depan. Menatap mobil-mobil yang perlahan seolah lenyap dari jalanan ini. Sebenarnya Wina tidak tahu apa yang membuat laki-laki di sebelahnya itu betah berlama-lama di sini. Bisingnya kendaraan, ramainya lalu lintas, suara tawa anak-anak yang lewat, Wina merasa asing dengan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Waktu | Jaemin Ft Winter
Fanfiction❝Tentang dia yang kehadirannya masih dinantikan.❞ Bagian selanjutnya dari Kita Dan Semesta. Cover from pinterest