2. Sesuatu Di Jogja

308 78 11
                                    

Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja

Dengar lagu lama ini katanya
Izinkan aku pulang ke kotamu
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja

Adhitia Sofyan

•••|♪♪♪|•••

Hari ini dengan perasaan setengah hatinya, Jean melangkahkan kaki untuk memasuki restorannya di Yogyakarta. Bukan karena malas, tapi karena Haedar, Hadden dan Ryan membuntutinya sampai ke sini. Persis seperti penguntit, tiga orang itu dengan tidak tahu dirinya mengikuti mobil Jean sampai ke sini. Bodohnya, Jean tidak sadar jika mobil di belakangnya adalah mobil Papi.

"Kalian kurang kerjaan banget nyusul gue ke sini," dengan wajah kesal, Jean tak berhenti berdecak.

"Gak ada nyusul ya bego. Kita ngikutin lo dari Jakarta," jawab Haedar.

Di sebelah Jean, Mira tersenyum tipis mendengar perdebatan di depannya. Sebenarnya tidak apa jika mereka ikut, hanya saja harus dengan persetujuan Jean.

"Pelit amat lo Je, masa temennya sendiri mau join gak boleh. Ya kan, Mir?"

Mira justru tersenyum lebar pada Ryan. Mereka adalah teman-teman atasannya, bagaimanapun juga harus sesopan mungkin pada sekumpulan orang tidak waras ini.

"Maaf ya, Mir. Mereka ikut, lo pasti gak nyaman."

"Kenapa minta maaf? Gue nyaman-nyaman aja, Je. Santai aja dong, mereka kan temen-temen lo."

Alih-alih memanggil dengan embel-embel, Mira justru memanggil bosnya dengan nama. Hanya Mira yang berani melakukan itu.

"Kami gak akan ganggu kalian. Cuma mau ke sini aja. Udah sana, masuk!" Kali ini Hadden angkat bicara.

Jean mengambil nafas panjang, sebelum berjalan lebih dulu masuk ke dalam. Di belakangnya, ada Mira yang tersenyum canggung dan mengikuti setiap langkah kaki Jean. Meninggalkan mereka berdiri di parkiran untuk sesaat.

"Lo gak nyamperin Wina, Dar?"

"Enggak," jawaban Haedar atas pertanyaan Hadden, jelas membuat Ryan sedikit tercengang.

"Lah tadi aja lo misah misuh mau ngintilin Jean sampai ke sini. Malah gak nyamperin adeknya."

"Bukan gitu, Yan. Tiga hari lagi Wina balik, jadi ketemunya sekalian pas di Jakarta aja," sahut Haedar, menatap enteng ke arah Ryan.

"Kita keliling aja. Gue udah lama gak ke sini."

Jika dipikir-pikir itu memang benar. Terakhir kali Ryan ke Yogyakarta saat mengantar Nadine ke rumah eyangnya. Dan hari ini, Ryan tidak akan melewatkan sedetikpun waktu untuk ia kembali mencintai Yogyakarta.

"Gue sih yes, tapi nyetir lo aja."

"Lah ngapa gue, bego?" Dengan semena-mena dan tidak berperasaan, Ryan menyentil jidat Haedar.

"Yang ngajak keliling kan lo. Masa gue yang nyetir?"

Ryan melirik Hadden yang sudah berdiri di depan mobil. Berharap temannya yang tahun lalu dilantik menjadi jaksa itu berinisiatif untuk menggantikan perannya. Tapi mustahil, namanya Hadden tidak akan puas jika belum melihat sahabatnya menderita seperti Ryan.

"Sini kuncinya, awas kalau gagal keliling," dengan cepat Ryan merampas kunci mobil dari tangan Haedar yang menatap Ryan penuh dengan kemenangan.

Di perjalanan tanpa tujuan, mereka menikmati setiap sudut tempat yang dilalui mobil ini. Bagaimana pedagang seperti halnya di Jakarta mencari penghasilan, gerimis yang mulai meninggalkan jejaknya. Sungguh, tempat ini seribu kali lebih indah dari yang lain.

Kita Dan Waktu | Jaemin Ft WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang