3.

30 9 0
                                    


Zara terpaksa membuka matanya ketika ponselnya berdering. Panggilan dari Celine. "Ya?" Sapa Zara dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Kau baru bangun? Astaga!! Kelas kita sudah mau dimulai!" Suara Celine memekakkan telinga Zara.

Zara reflek menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Sialan!! Aku bisa tuli!"

"Salahmu sendiri jam segini baru bangun." Celine tidak mau disalahkan.

"Hari ini aku tidak masuk kelas."

"Lagi?"

"Mmm. Aku sedang tidak enak badan."

"Kau niat kuliah atau tidak?"

"Tidak." Sahut Zara santai. "Tidak ada gunanya kuliah. Aku hanya perlu menunggu Aldrich menikahiku. Lalu hidupku akan aman."

"Sepertinya kau belum benar-benar sadar. Tidurlah. Kau tidak perlu kuliah. Kau belajar menjadi pelacur saja untuk mendapatkan uang."

"Aku sudah merencanakan hal itu." Sahut Zara santai.

"Aku tutup." Celine langsung memutus panggilan itu.

Zara melempar asal ponselnya dan kemudian menyadari jika dia masih berada di kamar Aldrich. Dia bangkit berdiri kemudian menyapukan pandangannya di seluruh penujuru kamar mencari sosok Aldrich. Nihil. "Dia pasti sudah berangkat kerja. Dia memang pasangan yang sempurna untukku yang pemalas ini."

"Kau sudah bisa keluar dari kamarku."

"Jantungku hampir copot!! Kenapa kau tidak bilang kalau kau belum berangkat?" Suara berat Aldrich mengagetkan Zara.

"Keluar."

"Iya ini aku keluar!" Zara menghentak-hentakkan kakinya sambil berjalan keluar dari kamar.

"Tidak tahu diuntung." Geram Aldrich melihat selimut dan bantal yang berantakan di sofa.

"Kau sudah bangun, sayang?" Suara lembut Cath menyambut Zara. "Tidurmu nyenyak?"

Zara menggelengkan kepalanya kesal. "Aldrich tidak mengizinkanku tidur di ranjangnya. Aku tidur di sofa satu malam."

Cath tertawa. "Salahmu sendiri."

Zara mengerucutkan bibirnya semakin kesal.

"Kau tidak kuliah?"

Zara menggelengkan kepalanya sambil duduk di salah satu kursi meja makan.

"Kenapa?"

"Dosenku kecelakaan lagi." Sahut Zara asal.

Cath menatap curiga ke arah Zara. "Kau membohongiku?"

Zara malah menganggukkan kepalanya santai. "Aku sedang malas."

"Bagus, lanjutkan." Sahut Cath sambil memberikan sepotong sandwich kepada Zara.

Zara menerimanya dan langsung melahapnya.

"Bagaimana acara makan malamnya?"

"Tentu saja tidak menyenangkan." Sahut Zara santai.

Cath tertawa. "Kau harus terbiasa. Ke depan, kau akan selalu menghadiri acara-acara yang tidak menyenangkan seperti itu."

"Aku tidak menunggu sampai acara selesai."

Cath menghentikan aktivitasnya. "terjadi sesuatu?"

"Mama masih mengganggap aku yang membunuh Papa." Sahut Zara datar.

Cath shock. "Ellen benar-benar keterlaluan." Gumamnya dalam hati. "Lalu kau marah kemudian meninggalkan acara makan malam itu?"

Zara menganggukkan kepalanya. "Dan sepertinya hubunganku dengan Zoe Smith tidak akan baik ke depannya."

ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang