1.

81 10 0
                                    

"Selamat pagi, Tante Cath!"

"Selamat pagi, gadis nakal." Sahut seorang wanita berusia paruh baya. "Kau sudah sarapan?"

"Belum." Sahut gadis itu sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

"Duduklah. Tante akan menyiapkan sarapan untukmu."

"Tidak perlu. Aku akan langsung ke kamar Aldrich."

"Dia masih mandi. Jangan mencari masalah." Sahut Cath memberi tatapan peringatan agar gadis itu tidak masuk ke dalam kamar putranya. Dia tahu putranya tidak menyukai hal itu.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

Cath memutar bola matanya jengah melihat tingkah gadis itu. "Sebentar lagi dia turun, sabarlah."

"Tidak mau." Sahut gadis itu ketus dan tanpa mengindahkan permintaan Cath, dia langsung berlari menuju kamar Aldrich yang berada di lantai 2.

"Dasar, gadis nakal!" Teriak Cath sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak dengar!" Sahut gadis bernama Zara itu dan bergegas menaiki tangga.

Cath hanya menghembuskan nafasnya kasar kemudian kembali berkutat dengan kegiatannya menyiapkan sarapan untuk putra semata wayangnya, Aldrich. "Aldrich memang harus segera menikah." Gumamnya dalam hati.

***

"Aku sedang banyak pikiran. Keluar dari kamarku sekarang atau aku akan benar-benar melarangmu masuk kesini?" Suara dingin Aldrich memenuhi ruangan kamar yang cukup luas itu. Dia bahkan belum melihat ke arah pintu, tapi dia sudah tahu siapa yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Selamat pagi, sayang!" Sahut Zara dengan suara cemprengnya tanpa ada niat mengindahkan peringatan Aldrich.

Aldrich terpaksa menutup telinganya dengan kedua tangannya sambil membalikkan badannya menghadap si sumber suara. "Kau tidak dengar?"

"Kau sudah sering mengatakan hal itu. Aku bosan." Sahut Zara santai dan tanpa memperdulikan tatapan dingin pria itu, dia malah berjalana menuju tempat tidur berukuran besar yang ada di kamar itu dan langsung merebahkan tubuhnya di sana.

Aldrich membuang nafasnya kasar kemudian bangkit berdiri. Dan tanpa mengatakan sepatah katapun, dia meninggalkan kamarnya menuju ruang makan.

"Ma, berhenti memanjakan anak itu. Aku sudah muak dengan semua tingkahnya. Dia selalu seenaknya saja."

"Makanlah. Mama sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu."

"Aku benar-benar akan tinggal di apartemen saja kalau Mama tidak juga menghentikan anak sialan itu." Aldrich benar-benar terlihat tidak senang.

"Mama sudah menegurnya, tapi kau tahu sendiri kalau dia sangat keras kepala." Sahut Cath santai.

"Makanya Mama harus tegas."

Cath malah tertawa. "Kau saja tidak bisa tegas padanya. Sudahlah, kalau kau memang tidak mau diganggu lagi maka menikahlah. Dia juga akan berhenti dengan sendirinya kalau kau sudah memiliki istri."

"Itu bukan solusi, Ma. Itu malah akan menambah masalah. Aku belum mau menikah."

"Ya sudah. Hanya itu solusi yang bisa Mama tawarkan."

Aldrich mengepalkan tangannya menahan emosi.

Cath menyadari hal itu. "Mama sangat menyayangi Zara."

"Tapi anak sialan itu tidak tahu diri."

Cath malah tersenyum. "Nanti dia juga akan berhenti kalau dia sudah tidak menyukaimu lagi."

"Seingatku, anak sialan itu sudah menguntitku sejak keluarganya pindah ke sini. Dan itu sudah 15 tahun yang lalu. Lalu mau sampai kapan dia mengangguku terus?"

ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang