"Zara!"
Zara reflek menutup telinganya mendengar teriakan Celine.
"Kenapa kau datang lagi kesini? Bukannya kau mau berhenti kuliah?"
"Aku sedang bosan bermalas-malasan." Sahut Zara santai.
"Kasus ayahmu kenapa muncul lagi?"
Zara hanya mengangkat kedua bahunya.
"Oh my God!" Pekik Celine tiba-tiba.
Zara kembali reflek menutup telinganya.
"Itu Zoe! Zoe Smith! Astaga! Dia ada disini! Pria tampan itu ada disini!" Teriak Celine heboh sambil membelalak matanya seolah-olah dia melihat sesuatu yang sangat menakjubkan.
Zara tidak ada niat menoleh ke arah pria tampan yang dimaksud Celine, dengan cepat dia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Celine yang masih saja terlihat heboh dan bodoh.
"Zara!"
Celine terkejut karena Zoe memanggil nama Zara. Tapi kemudian dia sadar kalau Zoe dan Zara memang sebentar lagi akan menjadi keluarga. Jadi seharusnya itu bukanlah hal yang aneh.
Zara mendengar ketika Zoe memanggil namanya, tapi dia tidak ada niat menyahut apalagi berhenti.
"Zara!" Kali ini suara Celine yang kembali terdengar. "Zoe memanggilmu, apa kau tuli?!"
Zara tetap melanjutkan langkahnya.
Celine terlihat geram. "Zara! Tidak sopan mengabaikan pria tampan!" Sambil matanya mencuri-curi pandang ke arah Zoe.
Zara tetap tidak menggubris.
"Sialan!" Celine semakin terlihat geram. Dengan langkah setengah berlari dia mulai mengejar Zara. "Calon saudara tirimu memanggilmu."
Zara menghentikan langkahnya. "Kau berbicara padaku?" Tanya Zara santai.
Celine semakin terlihat geram. "Kau bisa mengabaikan siapapun, tapi tidak dengan Zoe. Dia pria tampan, kau harus memperlakukannya dengan baik."
"Dia bahkan tidak mengenalmu." Cibir Zara.
"Ehm."
Suara deheman Zoe membuat kedua perempuan itu memalingkan wajahnya.
Debar jantung Celine semakin tidak bisa terkontrol. Ini pertama kalinya dia berada di jarak yang sangat dekat dengan Zoe.
"Kita perlu bicara." Suara rendah Zoe kembali terdengar.
"Aku ada kelas." Sahut Zara cepat.
"Bohong!" Seru Celine tidak kalah cepat.
"Aku lebih percaya dia." Sahut Zoe sambil menunjuk Celine.
Pipi Celine seketika mengeluarkan semburat berwarna merahh. "Zoe lebih mempercayaiku!" Serunya dalam hati.
"Kau bisa meninggalkan kami, cantik?"
Jantung Celine semakin tidak bisa terkontrol. "Yang benar saja! Zoe mengatakan aku cantik?!" Serunya girang dalam hati. Dan seperti seseorang yang sedang terhipnotis, Celine mulai meninggalkan Zara dan Zoe.
Zara menganga tidak percaya dengan tingkah Celine.
"Hai." Lirih Zoe.
"Penguntit." Sahut Zara.
Zoe tertawa.
"Aku harap ini terakhir kalinya kau menggangguku."
"Kalau begitu dengarkan aku."