13.

54 8 1
                                    

"Kau sedang ingin main-main denganku?"

Zoe mengerti maksud Aldrich. "Dia sedang tidur. Biarkan dia beristirahat."

"Aku harus membawanya pulang." Sahut Zoe datar.

"Dia masih tidur."

"Aku tidak punya alasan untuk membiarkannya tidur disini."

"Kita harus bicara."

"Kita tidak saling mengenal. Tidak ada yang perlu kita bicarakan. Panggilkan gadis itu atau aku akan menyuruh anak buahku membereskanmu?"

"Aku bisa saja memanggil anak buahku untuk menyeretmu keluar dari sini. Tapi kondisi gadis itu saat ini jauh lebih penting."

Sejenak Aldrich terdiam. Apa maksud pria itu?

"Aku tidak tahu apakah kau sudah menyadarinya atau tidak, tapi gadis itu sedang tidak baik-baik saja."

Aldrich cukup terkejut mendengar pernyataan Zoe. Pria itu tahu? Bagaimana dia bisa tahu? Sedekat apa mereka? Bukankah mereka belum lama saling mengenal?

"Apa maksudmu?" Tanya Aldrich mencoba terlihat santai.

Zoe memutar kepalanya untuk memeriksa apakah gadis itu sudah bangun atau masih tidur. Dan setelah memastikan gadis itu masih tidur, Zoe kembali menghadap Aldrich. "Dia sering menyakiti dirinya sendiri. Atau istilah paling buruknya dia mencoba bunuh diri."

Aldrich bersusah payah menelan ludahnya sendiri mendengar pernyataan Zoe. Dia tidak terkejut karena dia memang sudah mengetahui hal itu. "Aku sudah tahu." Dia hanya kaget  karena Zoe bisa mengetahui hal itu.

"Lalu kita hanya akan mendebatkan soal dia akan tidur dimana? Gadis itu butuh penanganan cepat. Aku tidak akan mengharapkan apa-apa dari Ellen. Tapi kau. Gadis itu membutuhkanmu. Dia tidak pernah merasa kehilangan ayah ataupun ibunya. Tapi dia selalu takut jika kau meninggalkannya. Dia sangat takut kehilanganmu. Dia bahkan takut kau melihatnya dalam keadaan lemah."

Dada Aldrich terasa sesak. Dia tidak melihat kebohongan dari mata pria itu. Bukankah gadis itu juga sering mengatakan hal itu?

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu membenci gadis itu, tapi kau harus tahu bahwa ada banyak pria diluar sana yang menginginkannya. Seharusnya kau merasa beruntung dicintai begitu besar oleh gadis itu."

"Zoe?"

Aldrich dan Zoe sama-sama terkejut mendengar suara Zara dan berharap gadis itu tidak mendengar pembicaraan mereka.

Zara turun dari atas tempat tidur. "Kau berbicara dengan sia- Aldrich?"

Rasa ingin memeluk gadis itu tiba-tiba menyerang Aldrich, tapi dia tetap berusaha santai. Dia tidak ingin mengejutkan gadis itu dengan perubahan sikapnya. "Cath sedang menunggumu."

Zara terlihat bingung. "Tante Cath menungguku?"

Aldrich menganggukkan kepalanya.

"Baiklah. Ayo pulang." Zara berjalan cepat menghampiri Aldrich. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Memandang Zoe dengan tatapan bingung. "Kenapa aku bisa ada disini?"

Zoe bersusah payah menelan ludahnya. "Ta- tadi aku menjemputmu."

"Kenapa kau menjemputku? Apa aku mabuk?"

Zoe menggelengkan kepalanya. "Kau tidak mabuk." Sudah sangat jelas gadis itu memang tidak sedang dalam keadaan baik.

"Lalu kenapa kau menjemputku?"

"Ada yang ingin kubicarakan, tapi kau malah tidur." Zoe terpaksa berbohong.

"Kau ingin membicarakan apa?"

ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang