14.

12 1 0
                                    

Aldrich tampak gelisah. Dia terus mondar mandir didalam kamarnya sambil memantau layar komputer yang menampilkan hasil rekaman cctv kamar dan kendaraan milik Zara.
Sudah hampir setengah jam gadis itu tidak kembali ke dalam kamarnya.

"Sialan!" Umpatnya tiba-tiba menyadari kebodohannya. Dan dengan gerakan sangat cepat dia mengambil kunci mobilnya di atas nakas dan segera keluar dari dalam kamar dan menuruni tangga dengan cepat sambil terus mengutuk dirinya sendiri karena kebodohannya. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan jika di mansion gadis itu tidak hanya terdapat 1 kendaraan dan bagaimana dia bisa lupa jika hubungan gadis itu dan para pelayan tidak pernah baik.

Aldrich masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya dengan cepat menuju mansion gadis itu. Pikiran buruk kini sudah benar- benar menguasainya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk dapat sampai di mansion gadis itu. Dengan cepat dia turun dan berlari masuk ke dalam mansion.

"Dimana Zara?" Tanyanya dengan wajah panik kepada seorang pelayan yang ada di ruang tamu.

"Saya tidak tahu, Tuan. Saya baru saja datang." Sahut pelayan itu sedikit gugup melihat ekspresi Aldrich.

Aldrich langsung berlari menaiki tangga menuju kamar gadis itu. Masuk ke dalam kamar gadis itu dan menyapukan pandangannya. Kosong. Dia masuk ke dalam kamar mandi kemudian closet. Juga kosong.

Kepanikan semakin menguasainya.

Dengan langkah cepat dia keluar dari dalam kamar dan menuruni tangga. "Zara!" Suara beratnya memenuhi ruang tamu.

"T-Tuan?"

"Zara dimana?" Tanya Aldrich dengan nada dingin dan rendah serta tatapan yang membunuh. Saat ini dia sangat ingin menghancurkan kepala pelayan itu.

"Nona baru saja keluar, Tuan."

Aldrich menghampiri pelayan itu dan langsung mencekik lehernya. " Kau berani bermain-main denganku? Kau sudah bosan hidup?" Tatapan Aldrich menggelap.

"A-ak-aku tidak bisa menghentikannya, Tuan" Sahut pelayan itu terbata-bata karena Aldrich semakin kuat mencengkeram lehernya.

"Aku bodoh karena dari awal aku mau mempercayaimu, sialan!" Dengan satu gerakan, Aldrich membanting tubuh pelayan itu hingga terjatuh dilantai. "Jangan senang dulu, aku harus mencari keberadaan gadis itu. Dan jika terjadi sesuatu padanya, maka nyawamu yang akan menjadi taruhannya." Dan setelah mengatakan itu Aldrich segera berlalu dari sana. kembali masuk ke dalam mobilnya dan kembali melajukannya dengan cepat membelah jalanan kota. Tujuannya hanya satu. Penthouse milik Zoe.

***
Zoe dan Zara kini sudah berada di dalam jet pribadi milik Zoe.

"Kau belum ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Zoe berhati-hati.

Zara mengangkat kepalanya dan menatap ke dalam mata Zoe yang sedang duduk di hadapannya.

Zoe balas menatap ke dalam mata gadis itu.

Zara tidak ada niat menyahut.

"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu." Sahut Zoe

"Aldrich mengetahui rahasiaku." Ujar Zara lirih.

"Kau menyimpan sebuah rahasia?" Sahut Zoe pura-pura bodoh.

Zara menganggukkan kepalanya. "Saat ini Aldrich pasti sangat membenciku. Aku yakin dia tidak ingin melihatku lagi." Setetes air mata jatuh begitu saja dan membasahi wajah polos gadis itu.

"Aku penasaran apa rahasiamu itu."

Zara menatap curiga ke arah Zoe.

"Ada apa?" Tanya Zoe berpura-pura tidak terima dengan tatapan curiga Zara ke arahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang