19. Waktu yang singkat

424 51 24
                                    

Kalau ganyaman bisa di skip

Dingin yang menusuk hingga ke tulang tulang membuat Eun jae terbangun dari tidur lelapnya. Karena saat tadi sampai rumah, ia mandi cepat dan hanya mengganti pakaian saja, tidak memakai kaos kaki. Kedua telapak kakinya terasa kebas karena ia terlalu malas. Maklum, sudah terlalu lelah, juga sangat mengantuk.

Susah payah membuka mata, Eun jae duduk bersandar pada dashboard dan agak menunduk karena tubuhnya begitu lemas. Mau bagaimana lagi, kedua kakinya lebih berharga ketimbang rasa malasnya yang sangat menggerogoti itu. Lantas Eun jae pun menurunkan kedua kaki dan menyeretnya paksa kearah walk in closet untuk membawa kaos kaki dibagian laci kecil paling pojok. Jam dinding menunjukan pukul tiga dini hari, jam dimana tidur sedang nyenyak nyenyaknya. Sendal yang biasa ia gunakan juga terbalik, sengantuk itu memang.

Lemari itu tersusun dari empat tingkat. Bagian atas berisi masker, bagian ke dua berisi sarung tangan, dan bagian ke tiga dan empat berisikan kaos kaki, dan kebetulan kaos kaki untuk keperluan bekerja berada di laci ke tiga, jadi Eun jae harus berjongkok karena ia harus mencari kaos kaki untuk dirumah di laci ke empat, laci paling bawah. Semua yang berada didalam lemari sudah sangat tersusun rapi, maklum, Eun jae sedikit agak OCD. Meskipun semua barang yang berada didalam lemarinya disusun oleh asisten rumah.

"Mana sih, kaos kakinya." cicitnya pelan khas orang yang baru saja bangun tidur, agak serak serak. Eun jae menunduk dan dengan cepat meraih satu pasang kaos kaki. Seketika ia memegang kepalanya karena merasa pusing. Mungkin akibat ia langsung bangun dari jongkoknya.

Lantas melangkahkan kembali tungkai kakinya untuk kembali keatas ranjang, Eun jae melihat jika Jimin tidak ada disana. Ia baru sadar jika sang Suami tidak terlihat batang hidungnya sama sekali. Menoleh kekanan dan kekiri mencari sosok Jimin, tidak sengaja Eun jae melihat jika pintu kamar tidak tertutup rapat. Ia pun berjalan santai dengan mata beratnya berniat untuk menutup pintu.

"Suara apa itu?" Terdengar sesuatu yang terjatuh dari bawah sana, lalu Eun jae membuka pintu lebar dan ia berdiri didepan pintu. Eun jae berfikir jika itu Jimin, karena hari ini Seorin tengah pergi ke rumah Paman dan Bibinya, dan katanya akan pulang besok pagi.

Merasa tidak peduli, Eun jae berbalik karena terlalu malas untuk mengecek. Didalam rumah hanya ada Eun jae dan Jimin, dan diluar rumah hanya ada satu security yang berada dipos depan. Memang sebelumnya yidak ada, namun sejak kejadian Jina yang tiba tiba datang, Jimin dengan segera memperkerjakan seorang security. Lalu tukang kebung dan asisten rumah yang biasa bekerja, sudah pulang pada pukul enam sore. Jadi Eun jae pikir jika suara yang berasal dari bawah adalah Jimin, apalagi sang Suami tidak ada didalam kamar. Tidak mungkin juga jika itu Moa, karena kucing lucu itu berada didalam kandang yang terletak ditaman belakang, dan itu terkunci saat malam hari.

Setelah memakai kaos kaki, Eun jae meraih teko yang berada diatas meja nakas, namun air didalamnya habis. "Kenapa malam ini sangat merepotkan sekali, sih?" karena merasa haus dan tidak ada air minum, Eun jae kembali berjalan menyeret kakinya menuju pintu untuk turun kedapur.

Berpegangan pada tiang, Eun jae menuruni anak tangga sedikit demi sedikit. Saat sudah sampai dianak tangga paling bawah, Eun jae mendengar desahan. Eun jae langsung menoleh kearah dapur. "Apa dia masturbasi disana?" Eun jae terkekeh terkesan meremehkan dengan kaki yang kembali berjalan. Dan benar, disana ada Jimin yang tengah menengadahkan kepalanya beserta desahan yang terasa amat menjijikan bagi pendengaran Eun jae.

"Apa tak ada tempat lain?"

Seketika Jimin yang memang berdiri disebrang Eun jae menoleh dengan air wajah yang sangat amat terkejut. Tentu saja Jimin langsung menghadap Eun jae sepenuhnya. Tapi, untungnya Jimin masih memakai kaos, tidak sampai telanjang.

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang