4. Pertunangan

415 55 0
                                    

Pemandangan kota Seoul sangat jelas terlihat dari kaca jendela lebar itu. Dengan gorden yang sengaja ia buka, Jimin berdiri seorang diri menatap binar binar lampu terang dibawah sana.

Setelah tadi ia berkunjung ke bar salah satu temannya, ia tidak pulang kerumah. Malam ini ia ingin tidur diapartemennya. Ia sangat marah dengan kejadian sore tadi. Ia tidak menduga jika Eun jae yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya berada di dalam kamarnya. Wanita yang dengan berani menyentuh barang miliknya.

Ketika ia sampai dirumah sore tadi, ia tidak menyapa Ibunya terlebih dahulu. Ia langsung naik untuk membersihkan diri. Setelah itu baru ia berniat akan menyapa Ibunya dan makan. Hari ini ia sangat lelah karena mendapat dua jadwal operasi sekaligus.

Saat Jimin melihat pintu kamarnya yang sudah terbuka, ia segera masuk untuk melihat siapa yang saat ini berada dikamarnya. Bagai terlempar ke udara, yang ia lihat adalah Eun jae tengah berdiri memegang barang miliknya. Barang yang begitu berharga sekaligus menyesakan.

Ia benar benar marah.

Jimin masih menggenggam undangannya. Masih dalam posisi berdiri menghadap jendela. Pandangannya kabur ketika air matanya menetes membasahi pipi. Hatinya terasa sangat sakit. Ia sangat sakit merindukan kekasihnya, merindukan sosok Hana yang teramat ia cintai.

"Sayang..." air mata Jimin masih menetes netes membasahi pipi.

"Aku merindukanmu..." dengan suara parau ia menangis. Sinar bulan masuk menerangi wajah Jimin seperti mentertawakan cerita kisah kasih yang sudah berakhir itu. Jimin, terlihat sangat sedih dan kacau.

🌹

Sudah lima hari hidup Jimin tidak tenang. Gelisah dan merasa frustasi jika mengingat apa yang Ayahnya bilang tempo hari. Ini benar benar akan terjadi. Dan Jimin tidak menyukainya. Bahkan, ia sampai lupa jika sore ini ia harus ke pet shop untuk membawa Moa.

Setelah kejadian Eun jae masuk kamarnya, ia seperti tidak mengenal sosok Eun jae. Ketika bertemu di rumah sakit, ia hanya diam melewatinya ketika tidak sengaja berpapasan.

"Ah, kenapa aku sampai lupa?" Jimin meracau sendiri didalam mobil. Tadi saat sedang duduk di cafe bersama Taehyung, tiba tiba Jimin mendapat telfon dari pet shop langganannya untuk konfirmasi jika masa titip Moa akan habis.

Jimin memang menitipkan Moa di sana, karena pegawai kebun sedang libur dari seminggu yang lalu. Jimin tidak bisa mengurusnya seorang diri karena jadwal ia sebagai Dokter dan jadwal kencan gilanya yang selalu tiba tiba.

Moa adalah kucing kesayangannya, begitu teramat penting. Ada banyak cerita manis dan luka yang begitu dalam. Bukan hanya sekedar kucing peliharaan saja. Bagi Jimin, melihat Moa bagaikan melihat kekasih hatinya yang sudah lama pergi meninggalkannya. Jimin sedih? Tentu. Tapi lebih sedih jika Moa tidak ada.

Jimin memarkirkan mobilnya dan segera turun. Masuk dengan tergesa gesa hingga jas Dokternya lupa ia buka.

"Maafkan aku, aku melupakan jadwal pengambilan Moa." dengan menyesal Jimin menjelaskan. Duduk dihadapan pemilik pet shop yang saat ini tengah duduk dikursi ruang tunggu.

"Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti jika kau sibuk." senyuman diberikan oleh Dokter hewan padanya. "Nona Go akan mengurus keperluan Moa, aku pamit Jim."

Jimin merasa lega jika temannya mengerti dan membiarkan nya menjemput Moa. Padahal jam toko sudah habis.

"Tn. Park, saya sudah mengurus vaksin dan perawatan bulu Moa. Apa hari ini anda akan membawanya?" tanya salah satu pegawai disana.

"Iya, saya akan membawanya," memberikan senyuman maut seperti biasanya, "Apa kau pegawai baru disini? Saya sebelumnya tidak pernah melihatmu." oke, dimulailah basa basi, jurus seribu cara untuk mendekati wanita bening itu.

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang