12. Berwajah datar

297 46 6
                                    

Entah tidak ingin tau atau tidak peduli, Eun jae benar benar tidak bertanya perihal kemarin lusa saat ia diajak kesebuah pemakaman kala itu. Juga Jimin yang tidak bicara sedikit pun setelah sampai dirumah Kakek Park. Bahkan, hingga saat ini pun Jimin tidak pernah membahas mengenai Hana.

Lagi pula, Eun jae tidak ingin bertanya sebelum Jimin yang bercerita lebih dulu. Dalam hatinya ia hanya ingin bertanya satu hal, Apakah sosok Hana yang selalu ia lihat ditempat ia kuliah dulu adalah Hana yang kini terbaring dibawah batu nisan itu?

Entahlah..

Mari kita lupakan itu sejenak dan kembali pada kenyataan dimana Eun jae yang terbaring tidur disamping Jimin.

Tidak perlu memakai suara alarm untuk bangun dari tidur, Eun jae membuka mata saat jam menunjukan pukul enam pagi. Eun jae lalu duduk bersandar kebelakang dengan kedua tangan yang ia renggangkan keatas. Merasa haus, Eun jae meraih teko kecil dan mengisi air putih kedalam gelas tingginya yang tersimpan diatas meja nakas.

Masih berbalutkan piyama biru tua nya, Eun jae menoleh pada presepsi sang suami yang masih tertidur pulas. Mata sipitnya yang tertutup dan juga bibir plum nya yang saat pagi seperti ini begitu terlihat seperti jelly. Kenyal dan juga merah merona. Pemandangan dipagi hari itu cukup mendorong Eun jae untuk melakukan sesuatu.

"Hhmm"

Jimin memalingkan wajahnya dengan bibir yang menjorok kedepan. Begitu lucu juga kerutan di wajahnya yang terlihat kesal.

Tangan jahil Eun jae kembali menggoda wajah Jimin dengan mengelus ngelus bagian bibirnya memakai tisu. Merasa tidurnya terganggu, Jimin kembali bergeliat malas dengan kini satu tangannya seperti mengibas ngibas kedepan agar apapun yang berada dihadapannya pergi. "Aku masih ingin tidur Bu..." Merengek dengan kedua mata yang masih terpenjam.

Melihat reaksi Jimin, membuat Eun jae menahan tawanya. "Dia kira aku Ibunya?"

Karena Jimin masih setia dengan dunia tidurnya, Eun jae pun bergegas bangun untuk membersihkan diri. Bersiap siap untuk pergi bekerja karena hari ini Eun jae mendapatkan jadwal tugas pagi.

Namun, langkah kaki Eun jae tertahan saat deringan ponsel memasuki gendang telinganya. Ia pun melangkah ke arah meja nakas disebelah ranjang tepat disamping Jimin. Ia meraih ponsel yang berdering itu, menampilkan seseorang sedang memanggil.

My Cat?

Lantas Eun jae pun meletakkan kembali ponsel milik Jimin ke atas meja nakas dan kembali berjalan menuju kamar mandi. Ia tidak peduli pada siapapun orang yang menelfon suaminya pagi pagi seperti itu. Lagi pula, Eun jae merasa itu bukan urusannya dan ia juga terlalu malas untuk memikirkannya.

Saat pintu kamar mandi tertutup, dengan perlahan kedua mata sipit Jimin terbuka dan memandang pintu ber cat putih itu. Ada helaan nafas lega saat ia meraup oksigen melalui hidungnya. Lalu Jimin meraih ponselnya yang baru saja berdering, melihat log panggilan tidak terjawab dari pacar aduhaynya. "Untung saja dia tidak mengangkat telfonnya."

Jimin pun bangun dan menurunkan kedua kakinya ke lantai. Berjalan menuju pintu balkon untuk kembali menelfon Seorin.

Memang sepasang suami istri itu kini tinggal dirumah Jimin, bukan diapartemen miliknya atau di rumah keluarga Park. Jimin langsung membawa Eun jae untuk tinggal dirumahnya setelah pulang dari Busan kala itu.
Ya memang ia tidak ingin sampai Eun jae tinggal di apartemen miliknya. Lebih baik istri arogant nya itu tinggal di rumah dan tidak mengganggu kehidupan dirinya. Meskipun istrinya itu tau jika Jimin memiliki wanita lain, ia hanya merasa tidak nyaman jika Eun jae melihat apapun yang ia lakukan didalam apartemennya. Jimin juga harus menjaga nama baiknya dan juga keluarganya.

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang