6. Bulan madu

604 56 8
                                    

Cuaca pagi ini begitu dingin hingga terasa sampai ketulang tulang. Sepertinya tadi subuh hujan. Terlihat embun yang masih menempel menghiasi hamparan kaca jendela hotel itu. Mungkin karena akan memasuki musim dingin.

Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, namum langit masih murung tidak menunjukan sinar mentarinya. Begitupun Jimin yang masih terlelap tidur dengan tangan dan kaki yang melingkar memeluk. Begitu hangat dan nyaman. Tentu saja memeluk guling putih empuk yang tersedia diatas ranjang.

Mata sipitnya perlahan membuka. Melihat jendela disisi kanan terbuka lebar. Menampilkan menara Eiffel begitu cantik. Masih betah ingin bermalas malasan diatas ranjang, Jimin menggeliat kekiri meregangkan tubuhnya dan menguap menenggelamkan mata sipitnya.

"Astaga!!"

Pekik Jimin terkejut melihat pemandangan didepan pintu kamar mandi. Ia melihat Eun jae yang keluar hanya memakai bra dan celana straight pants biru laut. Bra berwarna hitam yang menutupi dua gundukan kenyal dan gembul itu, membuat fantasi iya iya nya mulai datang. Jangan lupakan jika Eun jae memiliki kulit bersih bersinar seperti porselin.

Eun jae hanya menghiraukan Jimin. Ia berjalan menuju koper yang masih setia berada disisi sofa depan ranjang. Berjongkok seperti mencari sesuatu.

"Kau ini kenapa?" tanya Jimin yang sudah duduk sempurna bersender diatas ranjang. Ia masih memakai bathrobe dari semalam. Jimin lupa untuk mengganti baju karena terus memandang memperhatikan Eun jae yang pergi tidur begitu saja. Dan sampai ia tertidur juga.

Eun jae berdiri. Berbalik melihat atensi Jimin diatas ranjang. "Kenapa apa nya?" ia pun meloloskan kaos putih dengan bertulisankan gucci di depan dada ketubuh aduhaynya. Ia lupa meninggalkan baju yang akan ia pakai setelah mandi tadi.

"Kau terus menantangku, tapi kau juga tidak ingin kusentuh," ucap Jimin. Terlihat daun telinganya memerah, tanda jika ia memang malu sekaligus kesal. Iya malu, malu karena hal hal kecil seperti ini membuat libido bangsat dalam dirinya memaksa keluar. "Aku bukan pria yang suka mengangkangkan paha wanita jika ia tidak mau. Aku bukan orang yang suka memerkosa wanita."

Memang semua wanita yang berakhir dengannya diatas diranjang, tentu saja mereka bersedia. Bersedia menyerahkan diri pada lelaki bermarga Park itu. Hanya sekali kedip, Jimin dengan mudah bisa menaklukannya. Tentu dengan hadiah yang tidak murah. Ingatkan jika Jimin kaya raya yang tidak akan habis tujuh turunan.

Eun jae mendekat dan berdiri disamping ranjang. "Aku menyimpan sarapanmu diatas meja makan," Dagu nya menunjuk meja yang tidak terlihat karena tertutupi oleh tembok kamar. "Aku akan pergi jalan jalan." Itulah jawaban Eun jae. Sekali lagi ia membuat Jimin kalah telak. Baru saja Eun jae membalikan badannya, Jimin menarik tangan Eun jae hingga jatuh diatas pangkuannya.

"Tunggu aku, aku ingin ikut." Ucap Jimin tepat dihadapan wajah Eun jae yang hanya beberapa centi. Diselipkannya rambut Eun jae ke belakang daun telinganya. "Aku baru sadar selama ini kau cantik." Berharap didalam hatinya agar Eun jae tersipu dengan pujiannya. Walaupun Eun jae memang mempunyai paras yang cantik.

Eun jae tersenyum tipis, "Aku cantik atau tidak, itu tidak berpengaruh padamu." kali ini melihat bibir kenyal Jimin, "Dan bibirmu.. sexy jika bangun tidur seperti ini." lalu ia bangun melepaskan diri dan berdiri disisi ranjang dengan tangan melipat didepan dada gembilnya. "Jika kau ingin ikut, cepat mandi."

Jimin melirik Eun jae dan beranjak dari ranjang nyaman itu, "Kenapa gerah sekali disini?" meracau sendiri dan masuk kedalan kamar mandi. Lagi lagi Eun jae terkekeh pelan melihatnya kesal seperti ini. Begitu asik mengerjai Jimin hingga wajahnya memerah karena menahan gelak tawa.

Eun jae pun merapikan kamar. Lalu ia duduk disofa dan membuka layar ponselnya untuk membalas pesan dari Jisoo.

Butuh 20 menit untuk Jimin mandi. Keluar dengan masih memakai bathrobe. Berjalan menuju koper disamping koper milik Jina. Namun, ia tidak menemukan barang yang ia cari. "Kemana koperku?" tanya Jimin melihat kearah Eun jae. "Dilemari." jawab Eun jae, kali ini ia sibuk membuka situs perjalanan Paris untuk menemukan tempat tempat yang bagus. Jimin pun berjalan dan membuka lemari mencari baju dan juga celana.

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang