13. Seperti drama

303 49 9
                                    

"Mana kunci mobilmu,"

Eun jae mengulurkan tangannya kehadapan wajah Jimin, seperti meminta sesuatu.

"Ponsel ku tertinggal didalam mobilmu."

Merinding

Itulah yang dirasakan Jimin saat melihat sang istri berdiri tepat didepan matanya. Wajahnya yang sembilan puluh derajat berbeda saat sedang bertugas menjadi seorang Dokter dan saat bersamanya. Datar kelewat dingin.

"Aku malas jika harus turun." Jimin bangun dari duduknya dan berjalan menuju meja disudut ruangan. Lalu ia meraih gelas tinggi untuk mengisi air minum. "Sekarang aku ingin makan dulu."

Eun jae yang sedari tadi melihat Jimin, memutar matanya sebal. "Maka dari itu berikan kunci mobilmu, aku akan mengambilnya sendiri."

"Kalau begitu aku ingin cium." berusaha menggoda sang istri. Bagus juga jika Eun jae benar benar menciumnya. "Ah, tapi aku mau ciuman yang panas."

Jika situasi hati Jimin sedang baik, berbeda dengan situasi hatinya Eun jae. Bukan ingin membalas perkataan sang suami, justru ia semakin sebal dan kesal saja. "Jim!"

Jimin berbalik dan melipat tangannya didepan dada. "Ada harga yang harus kau bayar Jae," Jimin membuka satu kancing atas kemeja miliknya dengan satu sudut bibirnya yang terangkat, "Mau aku yang maju atau kau yang maju?"

Mata Eun jae melotot dengan suasana hati yang semakin kesal. "Tidak mau! Aku ingin ponselku sekarang!"

"Kau ini kenapa sih?" dengan santai Jimin bertanya melihat Eun jae yang kini tengah berjalan menghampirinya. Jimin menyibakan rambutnya kebelakang. Ia harus cari cara agar istrinya itu tidak terus saja memaksa. Bisa kacau jika Seorin lihat ada wanita yang menghampiri mobilnya, bahkan masuk kedalam mobilnya. Bisa saja Seorin tiba tiba bertanya pada Eun jae perihal hubungannya bersama Jimin. Jadwal kencan bersama Seorin akan gagal karena tertangkap basah jika ia sudah memiliki seorang istri. Mungkin akan berakhir, tentu Jimin tidak mau.

"Bisakan diambil saat pulang nanti? Kau ini seperti gadis remaja saja yang tidak bisa jauh dari ponsel."

Eun jae melihat Jimin dengan tatapan kesal namun berusaha untuk tenang. "Jim, aku membutuhkan ponselku."

Jimin tidak menggubris, hanya menulikan rungunya dan berjalan melewati Eun jae. "Yasudah jika tidak ingin, aku mau makan saja."

Melirik Jimin yang sudah dekat dengan gagang pintu, Eun jae berbalik hingga ia ingin sekali menjambak rambut sang suami hingga kepalanya botak. "Ayahku bilang Ibu sedang berada di mall, Ibuku sendirian disana," kalimat Eun jae tertahan hingga Jimin kembali berbalik karena suara Eun jae yang memelan. "Ayahku bilang jantung Ibu kumat dan aku harus kesana sekarang. Ayahku saat ini tengah menjalani operasi darurat, dia tidak bisa menjemput Ibuku."

Eun jae tiba tiba saja meneteskan air matanya dihadapan Jimin, tapi dengan cepat ia hapus memakai punggung telapak tangannya. Bukan menangis tersedu sedu, tapi Jimin merasa jika Eun jae begitu khawatir pada Ny. Cha. "Tolong.." Eun jae melanglah maju hingga tepat dihadapan Jimin, "Aku tidak memintamu untuk mengantarku, aku hanya membutuhkan ponselku."

Pipi putih Eun jae kembali basah dengan hidung yang mulai memerah. "Supir yang menjemput Ibuku mengalami kecelakaan, aku takut terjadi apa apa pada Ibuku."

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang