15. Hal yang rumit

263 45 8
                                    

Hampir setiap orang pasti menyukai kebersihan, Jimin pun sama. Ia sangat suka jika tubuhnya bersih dan wangi. Maka dari itu Jimin sangat suka mandi, terlebih dengan seorang wanita. Jangan tanya kenapa, tentu saja karena ia menyukai suara wanita yang bergema manja didalam kamar mandi, tentu dengan aktifitas lainnya yang cukup menguras banyak tenaga.

Juga karena Jimin adalah seorang Dokter, ia dituntut untuk selalu bersih dan steril. Lagi pula, Jimin sudah terbiasa, mengingat karena sedari ia kecil untuk bermain di lumpur pun ia tidak mau. Menurutnya kegiatan kotor kotoran adalah hal yang membosankan dan ia juga merasa jijik. Maklum, anak konglomerat. Tapi jika kotor kotoran dalam hal lain, Jimin sangat suka. Mengotori sprei ranjang misalnya.

Mari tinggalkan kepribadian Jimin yang selalu ingin bersih itu, kini Jimin keluar kamar mandi untuk memakai baju pajamasnya, tentu masih menggunakan handuk sebatas pinggang. Satu tangannya juga tengah mengucek rambutnya yang masih setengah basah. "Kemana dia?" Jimin melihat kesekitar kamar dan sang istri tidak terlihat batang hidungnya.

Setelah keluar dari walk in closet, Jimin menuju meja nakas dekat ranjang karena ponselnya berdering. Lantas ia pun segera menggeser tombol hijau karena sang ibu tengah menelfon.

"Iya Ibu.."

"Ibu menelfonmu sedari tadi."

"Hhmm, tadi aku sedang mandi. Ada apa ratu cantikku?"

Terdengar kekehan dari sebrang sana. Jimin memang sudah terbiasa memanggil sang Ibu dengan sejuta kata sayang. "Tadi siang Ibu pergi ke petshop Sung woon, lalu Ibu bertemu nona Go."

Ingin berteriak rasanya jika Jimin bisa. Ia terkejut tentu saja. "Nona Go?"

"Iya, Go Seorin, salah satu pegawai disana. Ibu melihat ada dua orang pria yang mengganggunya saat Ibu akan membawa Moa, sepertinya itu rentenir."

"Lalu bagaimana?" tanya Jimin penasaran dengan pantat yang kini duduk disisi ranjang.

"Ibu tidak yakin apa yang mereka bicarakan, tapi nona Go menangis. Karena Ibu tidak tega, Ibu usir kedua orang itu dengan mengancam akan menelfon polisi."

Menghela nafas panjang, Jimin menunduk sedikit tenang kendati merasa was was. "Bu, apa Ibu tidak takut jika terjadi sesuatu pada Ibu? Jika kedua orang itu berbalik mengganggu Ibu bagaimana? Dan juga itu bukan urusan kita."

"Kau tau Ibumu ini siapa, tidak ada yang akan berani." dengan cepat sang Ibu menyaut.

"Hhmm.." Jimin sedikit terkekeh, lantas ia kembali bertanya. "Jadi?"

Butuh tiga detik untuk menjawab, Ny. Park dengan lancar kembali menjelaskan. "Ibu menyuruhnya untuk tinggal dirumahmu."

Tidak ada jawaban, hanya terdengar deruan nafas yang kini mual berat. "Halo, Jim?" di sebrang sana Ny. Park melihat layar ponsel karena sang anak tidak bicara. Dirasa sambungan telfon terputus, tapi nyatanya Jimin masih terhubung.

"Jim, halo?"

Tunggu, Jimin perlu mencerna apa yang baru saja ia dengar. Dengan sedikit tergagap hingga ia tertawa ketir, Jimin kembali sadar. "Ah, iya halo Bu."

"Dia akan tinggal dirumahmu, untuk menjaga Moa. Ibu hanya ingin membatunya karena rumah peninggalan Ayahnya telah disita."

Memijit pangkal hidungnya, Jimin seakan akan merasakan pukulan pada belakang kepalanya. "Kenapa Ibu tidak bilang dulu padaku?" sedikit memelas Jimin memejamkan mata.

Terdengar helaan nafas dari sebrang sana, Ibu Jimin dengan cepat menjawab, "Sekarang Ibu sedang bilang padamu."

"Lalu kapan dia akan datang?"

CREEPY CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang