[Vol.3] 30. Keputusan

1.4K 143 27
                                    

VOL.3
30. KEPUTUSAN

Mata Manager terus mengejar Renjun dengan tatapan tajam sambil mengomel dan memarahi. Dia memijat pangkal hidungnya yang berdenyut gara-gara masalah ini dan menghembuskan nafas. Dia mengutuk dengan suara keras, "Kita selesai... habis lah kita!"

Saat ini Manager dan 7Dream berkumpul menunggu perwakilan dari agensi yang sedang mengobrol dengan CEO lewat telepon. Mereka semua bingung.

Dan Renjun yang dari tadi terus di marahi lebih merasa tertekan dan ketakutan. Wajahnya benar-benar pucat seputih kertas dengan keringat sebesar biji kacang.

"Huh!" Manager memulai omelannya lagi, "Lihat sekarang! Bagaimana kita harus mengatasinya?!"

Renjun menunduk. Sudut matanya sudah membengkak karena terus menangis.

Jeno menatapnya dengan tatapan kasian dari samping. Dia masih memegang tangan Renjun tanpa melepaskannya sejak tadi dan selalu membalas perkataan Manager, "Sudah aku bilang kalau pria yang bersama Renjun itu adalah aku. Jadi jangan hanya menyalahkannya!"

Manager mengalihkan pandangannya kepada Jeno sambil mencibir, "Kalian benar-benar tidak tahu di untung! BODOH!"

Manager melanjutkan perkataannya sambil menunjukan wajah para member satu persatu, "Lihat mereka! Lihat wajah mereka! Lihat Mark! Lihat Jaemin! Apakah kamu tidak pernah berpikir tentang mereka sebelum melakukan hal ini, SIALAN!?"

Dia tidak bisa duduk diam, dadanya terasa panas karena kemarahan!

Jeno melembutkan suaranya untuk meredakan amarah Manager tapi usahanya sama sekali tidak berguna.

Manager malah semakin marah. Dia melotot dengan ganas dan berdiri lalu berteriak, "AKU SUSAH PAYAH MEMBESARKAN KALIAN SELAMA 5 TAHUN DENGAN TANGAN KU SENDIRI! BAGAIMANA AKU BISA TAHAN MELIHAT KEHANCURAN INI!!"

"Manager!" Jaemin berdiri dan mengelus punggung Manager. Dia sangat cekatan sambil memberikan sebotol air putih untuk mendinginkan tenggorokannya, "Manager, tolong tenang."

Suasana belum mendingin.

Manager meneguk dua suap air pemberian Jaemin sebelum menggelengkan kepalanya. Dia sangat putus asa dan sedih. Tatapannya berubah lembut saat menatap pemuda disampingnya, Jaemin.

"Lihat lah Jaemin... harus berapa tahun bagi mu untuk bisa debut dari seorang trainee kecil hingga menjadi sekarang?" Dia masih menatap Jaemin seakan-akan berbicara dengannya, tapi sebenarnya dia sedang menyinggung seseorang.

Renjun menundukkan kepalanya lebih dalam. Bahunya bergetar. Tangannya berusaha melepaskan diri dari genggaman Jeno. Namun lelaki itu tidak mau melepaskannya. Jadi dia tidak punya tenaga untuk melawannya. Dia hanya bisa menerima uluran tangan Jeno seperti seorang musafir yang tidak punya apa-apa selain belas kasihan dari orang lain.

Bibirnya terbuka, tetapi tidak ada suara apapun dari tenggorokannya.

Manager melanjutkan perkataannya dengan lebih menyakitkan bagi Renjun.

"Aku sangat tahu bagaimana rasanya menunggu masa depan yang tidak pasti selama bertahun-tahun. Selalu bekerja keras setiap hari hanya mengandalkan janji-janji manis dari para petinggi. Memikirkan 'Kapan hari itu akan tiba' menjadi penyemangat saat kamu menghabiskan waktu mu untuk berlatih diruangan kedap suara sendirian. Berharap 'hari itu' akan datang besok, hingga kamu tidak menyadari kalau bertahun-tahun telah berlalu."

Manager mengelus pundak Jaemin yang terkulai.

Jaemin menurunkan bulu matanya. Ujung matanya sudah basah saat mendengarkan perkataan Manager. Tanpa sadar dia mulai mengenang kembali masa-masa ketidak pastian itu dan diam-diam membenarkan semua perkataan dalam hatinya.

[𝐁𝐋] 🔞𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐈𝐍𝐆 | 𝐑𝐉𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang