[Vol.3] 23. Ada apa dengan Jisung

1.6K 178 11
                                    

VOL.3
23. ADA APA DENGAN JISUNG

Tadi pagi saat Jeno sibuk memasak bubur untuk Renjun, Haechan tiba-tiba datang dan mengatakan sesuatu.

Haechan terlihat sangat kuyu. Tidak ada jejak keceriaan atau kenakalan yang biasa dia tunjukan di depan mereka, seperti dulu. Sekarang hanya ada kelelahan di wajahnya.

Dia menatap Jeno dalam-dalam tanpa mengatakan apapun, lalu berjalan untuk memeluknya.

Jeno tetap tenang dalam pelukan Haechan yang semakin mengencang. Dia tidak mengerti mengapa anak ini sangat sulit untuk di tebak.

"Jeno, maafkan aku..." Dia berkata dengan suara sedih, "Aku kalah, ok? Jadi, ayo kita rukun seperti dulu."

Untuk sementara waktu Jeno bingung harus meletakan tangannya di mana.

Dia berkata sambil mengusap kepala Haechan ragu-ragu, "Dari awal kita memang tidak pernah bertarung. Tidak ada yang namanya menang atau kalah, Renjun bukan mainan yang bisa kita perebutkan. Sejak awal aku berpikir bahwa kamu hanya sedang marah pada ku, dan kita bisa kembali rukun seperti dulu. Jadi kamu tidak perlu meminta maaf, ok?"

Haechan mengangguk dengan cepat. Kerutan di antara alisnya mengendur dengan kelegaan yang terlihat jelas di matanya.

Jujur saat-saat berseteru dengan Jeno  selalu membuat batin-nya tidak tenang. Dia sebenarnya tidak mau berakhir seperti itu tetapi egonya lebih kuat dari hati nuraninya. Jadi Haechan bersikeras memasang dinding batu diantara dia dan Jeno hingga jiwanya sekarat. Dia bahkan tidak bisa tidur atau makan dengan tenang karena selalu memikirkan kebodohannya sendiri.

Jeno benar, dari awal mereka tidak pernah sepakat berkompetisi. Dia adalah satu-satunya orang yang memasang bendera peperangan dengan sombongnya dan menolak menerima kekalahan.

Padahal dari awal Haechan sudah di takdirkan untuk kalah karena orang yang Renjun sukai tidak akan pernah berubah menjadi dirinya. Sekarang dia baru mengerti dan dengan rela mundur pelan-pelan. Menjauh hingga dia bahkan tidak bisa melihat bayangannya.

Setelah itu Haechan pergi dengan perasaan lega. Dia bahkan sedikit bercanda bersama Jeno dan mengatakan keinginannya untuk makan semangkuk bubur ayam juga. Jeno langsung menyetujuinya dengan senang hati.

Jadi pagi tadi Haechan memakan semangkuk bubur yang Jeno buat dengan lahap dan tidak terlalu ikut campur dalam obrolan.

..

Lalu siang harinya saat Jeno memasak makan siang untuk Renjun, dia tidak sengaja bertemu dengan Jaemin.

Mereka terlihat sangat canggung. Jaemin bahkan sempat mematung lama di depan lemari es karena dia melupakan barang apa yang ingin dia ambil, jadi dia membutuhkan beberapa saat untuk berpikir sebelum menyerah, karena otaknya tidak bisa berpikir dengan benar, jadi dia mengambil sesuatu secara acak kemudian pergi.

Jeno diam-diam memperhatikannya dari samping. Dia tidak mengatakan apa-apa dan menyaksikan Jaemin pergi begitu saja, lalu tidak lama kemudian Jaemin muncul kembali dengan wajah kaku.

Dia mendekati Jeno dan berbisik, "Kamu tahu selama ini kamu satu-satunya orang yang paling mengenalku. Kamu paling tahu kalau selera makan ku sangat rendah dan saat malam tiba aku akan kesulitan tertidur karena aku sangat sensitif dengan kebisingan. Jadi..." Jaemin menatap Jeno, "Tolong jangan terlalu ribut, ok?" Lalu setelah itu pergi terburu-buru.

"......" Mulut Jeno terbuka dengan wajahnya pucat.

Sial!

Jika Renjun mengetahuinya maka dia pasti akan mengamuk!

[𝐁𝐋] 🔞𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐈𝐍𝐆 | 𝐑𝐉𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang