✤Prolog✤

6.6K 502 24
                                    

  Gadis itu mengkerutkan alisnya. Di bawah sinar rembulan yang menembus jendela, ia menatap bingung secarik kertas yang memiliki noda lipstik di atasnya. Kepalanya mulai berpikir yang tidak-tidak, mengingat  Levi adalah orang yang memberikannya berkas ini.

Apa Kapten pakai lipstik? Ujarnya membatin. (Name) mencoba menghilangkan pemikiran tak masuk akalnya sembari menggeleng pelan. Tiba-tiba kedua bola matanya terbuka lebar, apa jangan-jangan Kapten menyimpan seorang gadis di kamarnya dan gadis itu mencium kertas ini untuk meninggalkan jejak?!

(Name) segera menguncir rambutnya dan merapihkan pakaian untuk mendatangi ruangan Levi--mengkonfirmasi tentang cetakan bibir pada berkas penelitian milik Hange--. "Kau mau kemana?" Sasha yang terbangun mengusap kedua matanya.

"Ada urusan dengan Kapten sebentar," Balas (Name) tanpa menengok.

Sasha yang mendengar itu memberikan senyuman curiga, "urusan atau urusan?" Ia memainkan alisnya naik-turun.

(Name) menghela nafas, "urusan berkas penelitian Hange-san ada yang salah, aku harus urus ini. Besok pagi kita, kan akan bahas." Ucapannya barusan membuat Sasha mengangguk paham. "Oke, aku pergi sebentar!" (Name) keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruangan Levi.

Angin yang berhembus pada malam hari membuat bulu kuduk (Name) bangkit. Gadis itu mengusap kedua bahunya sambil melihat keadaan sekitar. Kebetulan ruangan Levi tidak terlalu jauh dari kamarnya, jadi ia tidak perlu berjalan jauh untuk sampai ke sana.

Pintu kayu setinggi 3 meter itu telah berada di depannya. Pelan-pelan (Name) mengetuknya, "permisi, Kapten?"

"Masuk!"

Mendengar suara dari dalam, (Name) mendorong pintu itu perlahan. Ketika masuk, ia melihat sosok bersurai gelap itu tengah duduk membelakanginya dengan secangkir teh hangat dalam genggaman.

Beberapa detik, (Name) menikmati pemandangan di depannya. Bahkan dari belakang, dia lumayan juga, ya?

"Ada urusan apa?" Tanya Levi sambil berbalik menatap si gadis.

Jantung (Name) seakan berhenti sepersekian detik. Kedua tangannya mulai mendingin ketika kedua kakinya berjalan mendekati meja Levi. "Oh-itu, saya mau menanyakan berkas penelitian milik Hange-san. Kenapa ada noda seperti ini, ya?" Ia menunjuk noda lipstik itu dengan telunjuknya.

Levi menatapnya sekilas. Pria itu menaruh cangkir tehnya di atas meja dan berdiri menatap tajam ke arah (Name). "Aku? Kau yang mengotorinya."

"Maksudnya?"

Pria itu terkekeh pelan, membuat kedua pipi (Name) sedikit memerah. "Semalam kau mabuk dan ingin menciumku. Jadi, tanpa sengaja aku menempelkan kertas itu ke wajahmu."

(Name) melotot, gadis itu benar-benar melebarkan kedua matanya, sampai Levi sendiri agak jijik melihat ekspresinya. "Hah? Serius?"

"Kau pikir aku pembohong, huh?" Levi menggeleng pelan dan kembali duduk.

Gadis yang tingginya sama seperti Levi itu menjilat bibirnya, kikuk. "Kalau begitu maaf, Kapten. Aku tidak sadar semalam. Maaf karena begitu lancang," Sesal (Name) seraya menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Levi menopang dagunya dengan tangan, "justru itu aku menolak ciumanmu."

(Name) meremas tangannya. Maksudnya, Kapten menolak ciumanku karena aku mabuk? Atau aku salah mengartikan?

"Maaf, kenapa Kapten?" Tanya (Name), meminta Levi mengulangi ucapannya.

"Aku ingin kita melakukan hal itu secara sadar." Levi yang awalnya merasa keren langsung memasang ekspresi malas ketika melihat (Name) yang masih mencerna ucapannya. Gadis ini bodoh atau bagaimana?

"Aku dan kau, ciuman. Paham?" Jelas Levi singkat.

(Name) memegangi kedua pipinya yang memanas. "CIUMAN?"

To be continue...

Hai, followers baruku! Semoga kalian enjoy sama ceritanya, ya? Terimakasih udah support ceritaku-!

Tandai aja, ya kalau ada typo. See you di chapter selanjutnya-!!! 😼.

Notes: cerita ini terinspirasi dari POV tiktok yang aku buat. Jadi maaf kalau prolognya agak gantung.

LOVESTORY | Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang