13

440 61 1
                                    

.

Jisung melangkah masuk kedalam rumah dengan perasaan yang bercampur. Kejadian tadi membuatnya tak bisa berpikir jernih. Ingatannya kembali tertuju pada suami dan sahabatnya yang bercumbu cium didepannya. Bahkan saat ini, lagi-lagi dudeoan matanya, adegan itu terulang.

Di ruang tamu rumah megahnya, Jisung melihat lagi Minho dan Hyunjin berciuman panas dengan badan Minho tertindih Hyunjin diatas sofa. Kali ini tak terlihat keberadaan Chan. Hanya mereka berdua memadu kasih tanpa peduli sekitarnya.

Dengan gegas jemarinya mengepal, Jisung berjalan cepat dan segera menarik Hyunjin dari posisinya dan mendorong hingga terjatuh.

Cuih.

Begitu seorang Han Jisung meludahi sahabatnya sendiri.

"Sejak kapan kalian punya hubungan?"

Manik mata Jisung menatap tajam ke arah Hyunjin yang sedang diajaknya bicara.

"Sejak aku belum menikahimu Han Jisung. Sebenarnya yang barusan kau lakukan itu, saaaangaat keterlaluan." Minho berdiri sejajar dengan Jisung dan menepuk pundaknya.

"Kau harusnya berterimakasih padanya karna telah merelakanku menikah denganmu. Hyunjin sudah lebih dulu menemaniku daripadamu. Dan karna aku harus menikah dengamu, aku kehilangan Hyunjin kecilku." bisik Minho ditelinga Jisung.

Kini tatapan Jisung beralih ke sebelahnya. Pandangan tak percaya dengan semua omongan yang baru saja dia dengar itu seakan diejek oleh lawannya.

"Ck, semua memang ulah ayahmu. Aku kehilangan Hyunjin. Tapi karna ayahmu juga, Hyunjin yang hilang kembali padaku. Oh, karna ku rasa kau membenciku, jadi untuk malam ini dan seterusnya kau bisa mengemasi barangmu dari kamar utama dan pindah ke kamar tamu. Karna kamar itu akan ku pakai bersama Hyunjin."

Suara Minho terdengar tak main-main. Hyunjin yang tadi terduduk dibawah segera berdiri dan melerai keduanya.

"Minho, aku tak mau jadi orang ketiga diantara kalian. Kau tau itu." Kata Hyunjin melirih.

"Bukan kau orang ketiganya. Tapi dia Hyunjin."

Ketika Minho menunjukkan jarinya pada Jisung, Hyunjin segera menariknya.

"Kau menikahinya." Suara tegas Hyunjin membuat Minho terpaku.

"Kau tau itu karna terpaksa? Kau tau aku selama ini mencarimu? Kau tau selama ini aku selalu menunggumu? Dan ini semua kulakukan untukmu Hyunjin. Kau tau aku bermain dengan siapapun, tapi kau juga tau kemana arahku pulang. Kau, tempatku pulang. Aku, masih mencintaimu seperti sebelumnya."

Seluruh ruangan hening setelah Minho menutup mulutnya. Hyunjin tak mampu mengelak lagi. Bahwa dia juga sangat merindukan kekasihnya ini. Kekasih yang sudah menikah dengan sahabatnya sendiri.

Lantas apa yang bisa Jisung lakukan selain menarik mundur langkahnya?

Iya. Jisung mundur dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Merapikan semua barang kedalam kopernya. Dia bahkan bisa melihat sedalam apa rasa yang dimiliki Minho untuk Hyunjin. Tatapan mata itu, jauh berbeda dengan Minho menatapnya.

Apa sakit? Tentu.

Tak munafik jika Jisung sudah tumbuh rasa sayang terhadap suaminya. Ah. Mungkin lebih tepat Suami 'terpaksa' nya atau bisa juga kekasih sahabatnya.

Jisung hanya terkekeh kecil mengingat semua yang sudah dilewatinya. Mau menyesali, tapi sudah terjadi. Mau mengulang, tapi tak bisa diulang.

Di tengah riuhnya isi kepala Jisung, Hyunjin sudah berdiri di belakang Jisung. Menatap punggung sahabatnya yang sudah sekian lama menemani.

"Jisung, maaf." ucapnya.

Yang mendengar segera menoleh kebelakang. Nelihat sahabatnya menundukkan kepala sebagai permintaan maaf.

"Harusnya aku yang minta maaf bukan? Merebut Minho darimu, dan meludahimu. Haha. Kau tau dari awal kalau hidupku akan seperti ini. Tapi tak apa. Aku yang benar-benar harus minta maaf." Jisung menepuk pundak sahabatnya dan tersenyum ramah.

Hyunjin melihat raut kecewa dimata mungil itu.

"Kau, sudah punya rasa ke Minho?"

Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari Hyunjin. Membuat Jisung berhenti dari aktivitasnya.

"Jangan mengada-ada. Ini semua terpaksa." Jawabnya.

"Aku harap, kau tak akan oernah jatuh hati pada Minho. Karna akan sangat menyakitkan."

Setelah pesan itu, Hyunjin meninggalkan Jisung tanpa sempat ditanggapi.

Batin Jisung sudah meronta ingin berkata kalo memang ini sangat menyakitkan. Harus menyaksikan suaminya, bercumbu dengan dua orang. Jisung bahkan tau selama ini Minho sering mampir ke kamar Chan untuk melepaskan keinginannya.

Dan kini Jisung tau, suaminya juga bermain dengan sahabatnya. Tapi dia memilih mengalah. Coba diingat siapa dulu yang paling menentang pernikahan ini? Benar. Jisung. Taoi sekarang, siapa yang paling ingin mempertahankan status ini? Benar. Masih Jisung jawabannya. Hanya saja, Minho tak tertarik untuk mempertahankannya.

.

.

darĸѕιde || jιĸnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang