15.

659 67 7
                                    

.

Chan yang malam ini berdiri di balkon kamarnya melihat mobil Jisung keluar. Dahinya berkerut heran kemana perginya Jisung di separuh malam yang hampir pagi ini.

Tanpa berpikir macam-macam, Chan meneruskan kegiatannya menyesap rokok dan menggulir jemari pada ponselnya. Dan pandangannya tertuju pada sebuah unggahan dari akun Jisung.

"Jisung, meninggalkan Minho?" gumam Chan.

Tanpa aba-aba, Chan menghubungi Jisung terlebih dulu agar mengurungkan niatnya. Tapi gagal. Jisung mematikan ponselnya.

Mencoba peruntungan lain dengan menelfon Minho, tapi tak ada jawaban. Akhirnya Chan keluar dari kamarnya dan menuju rumah utama. Tepatnya kamar Minho. Mengetuk dengan tergesa sampai pemiliknya keluar.

Minho masih terlihat acak-acakan. Bajunya yang asal pakai, bahkan bekas merah dilehernya masih terlihat baru.

"Kau tau Chan? Aku bahka  baru saja memejamkan mataku." keluh Minho.

"Kau tak mendengar Jisung pergi?"

Pertanyaan dari Chan mamu membuat Minho menjadi segar. Menatap sekeliling yang masih gelap lalu berlari ke kamar tamu yang terakhir diapakai oleh Jisung.

Lampu dikamar itu masih terang, Minho berjalan ke arah lemri kayu besar dan disana, tak ada yang tersisa. Pandangan Minho beralih ke ranjang yang diatasnya terdapat bingkai foto pernikahan mewahnya.

Terasa drama di film dengan kisah klasik.

Minho merebut ponsel Chan dan berkali-kali mencoba menelfon Jisung tapi nihil.

"Chan. Kau tau apa yang harus kau lakukan?"

"Minho, bukan aku tak mau melakukan tugasku. Tapi kali ini, bukankah harusnya kau yang turun tangan? Raut wajahmu, terlihat khawatir. Kau, tak bisa membohongiku. Kau, juga sudah jatuh seperti Jisung jatuh padamu."

Minho menatap Chan nyalang.

"Kau tau apa? Jangan seenaknya bicara dengan mulut kotormu."

"Aku mengenalmu dari luar, bahkan ke kedalam tubuhmu. Kau, sudah jatuh dan tidak mau mengakuinya."

Chan meninggalkan Minho dengan santai. Sementara Minho masih kalut dengan hati dan pikirannya.

.

Siang harinya, Minho sama sekali tak mendapat kabar dimana Jisung berada. Mendatangi rumahnya pun tak ada hasil. Bahkan saat ditemui, ayah Jisung malah tertawa mengejek. Tak peduli dimana anaknya berada.

Minho, semakin merasa dirinya lemah.

Iya. Lemah karna Jisung meninggalkannya tanpa petunjuk apapun. Minho betul turun tangan sendiri tanpa melibatkan Chan, Hyunjin, bahkan anak buahnya. Dia, benar-benar mencarinya seorang diri.

.

"Kau tau Chan, Jisung sudah menang." lirih Hyunjin.

"Dan kita, tetap boneka yang bisa dimainkan kapanpun." balas Chan.

Keduanya, kini duduk di balkon kamar Chan dan menanti matahari tenggelam.

.

.

"Iya Jisung. Aku sudah jatuh. Aku sudah jatuh terlalu dalam padamu sejak hari itu. Jadi tolong kembali sekali lagi." - Minho.

.

.

darĸѕιde || jιĸnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang