.
Seperti ada yang aneh, sesampainya Younghyun dirumah menghentikan langkah tepat didepan pintu.
"Bukankah Minho lumpuh total? Sejak kapan dia bisa menulis?" pikirnya.
Dengan ragu, kakinya setengah memutar. Ingin rasanya memastikan apa yang sebenernya dia lihat barusaja.
Memang langkahnya kini bergerak ke mobil setelah beberapa menit. Namun tak menuju ke rumah Minho, melainkan ke rumah Taeyong.
.
"Hei. Kau bilang anakmu itu lumpuh total?" tembaknya.
"Apa yang kau tau?" Taeyong memicingkan matanya.
"Dia bisa menulis. Dia menulis dan menunjukan padaku agar aku tak memarahi anakku." kata Younghyun mantap.
"Kau pikir hanya kau yang merasa aneh? Akupun sama. Aku tak tau kapan dia bisa bergerak bahkan dia sudah bisa memaki ku dengan mulut kotornya. Kau tau, anak itu seperti ular. Dia tidak bisu, dan tidak lumpuh."
Taeyong berjalan memutari kawannya itu. Melihat dari ujung rambut ke ujung sampai kaki.
"Bukankah kau malah beruntung memiliki menantu seperti Minho? Dia sangat pandai berakting. Mungkin kau bisa daftarkan dia ke agensi hiburan. Lagipula kolega mu di dunia entertain juga banyak bukan?"
"Hhh, aku tak butuh saran darimu. Aku pergi."
Taeyong menatap nyalang Younghyun yang baru saja keluar tanpa peduli perasaannya.
"Cih. Bajingan itu. Jangan harap kau bisa menduduki kursiku di parlemen nanti." batin lelaki serakah itu.
.
.
Malam hari yang terlihat suram di kediaman Minho itu perlahan pudar karna nyala lampu terang.
Minho masih duduk di ruang tamu, di sofa yang empuk menanti suaminya mau berbicara dengannya.
Jisung, ada di seberangnya.
Mereka hanya saling bertukar pandangan benci. Tidak. Hanya Jisung saja yang benci.
"Oke. Kita sudah 2 jam berdiam diri seperti ini, jadi aku akan memulainya." kata Minho sambil berdiri mendekati Jisung.
Yang didekati terbelalak. Matanya yang bulat itu melotot dan mulutnya menganga.
"K-kau...." gagap Jisung.
"Kaget bukan? Huh. Cukup melelahkan untuk ber-akting didepanmu. Karna kau tak sadar sebelumnya. Bahkan ayahmu saat ini pasti sedang kebingungan. Hahahaha"
Minho duduk di sebelah Jisung. Menyampingkan duduknya agar bisa menatap suaminya itu.
"Sadar? Apa maksudmu?"
Sungguh. Jisung sekarang seperti orang linglung.
"Yang kau tau bukannya seorang aku yang lumpuh total? Tapi sebelum acara pernikahan, aku bahkan menggerakkan tanganku juga untuk menulis didepanmu. Kau tak paham?"
Keduanya saling bertatap. Aneh. Sungguh aneh jika keduanya bertatap mata selama ini. Dalam kebingungan yang berbeda.
"Kenapa kau menatapku?" heran Jisung.
"Lalu kenapa kau menatapku seperti itu?" Minho menyerang balik.
Jisung memalingkan wajahnya menatap ruang lain.
"Baiklaaah. Aku, tidak lumpuh, tidak bisu, dan bisa memuaskanmu di ranjang seperti jalang-jalang yang sempat kau sewa itu." goda Minho berbisik ditelinga suaminya.
Bulu halus Jisung langsung berdiri. Seakan mendengar bisikan setan yang akan menyesatkannya. Jisung bahkan tak terpikir kalau Minho tau dirinya suka bermain jalang. Tetiba pun terbesit...
"Kau yang membunuh Yuna???" pekiknya.
"Kkkkkkkkk" kekeh Minho.
"KAU!"
Jisung berdiri dan tangannya menunjuk tepat di hidung bangir Minho. Yang ditunjuk hanya memasang wajah tersenyum manis.
"Sudah lewat juga kan? Jadi, ayo mulai hal-hal baru denganku! Akan ku beri apapun yang kau mau." kata Minho halus.
"Aku tak sudi menerima apapun darimu."
Itu kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Jisung sebelum meninggalkan Minho sendirian. Dengan langkah sangat kesal Jisung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ah. Kamar mereka berdua. Sementara Minho masih dengan kekehan gemasnya.
"Aaah sepertinya memang aku yang cocok jadi dominan." batin Minho bangga.
.
.
"Ayah, lelaki yang dipernikahan waktu itu, apa ayah dekat juga dengannya atau hanya dekat dengan orangtuanya?" - tanya seorang anak.
"Felix? Ah, dia ya.. Ayah mengenalnya juga. Dia punya kedai brownies yang enak sekali. Kau harus kesana." - ayah
Anak lelaki itu menggeleng tanda bukan itu yang dia maksud.
"Pengantinnya. Yang duduk dikursi roda yah. Apa ayah dekat juga dengannya?"
Ayahnya hanya terdiam tak menanggapi pertanyaan anaknya lagi.
.
setelah hampir satu tahun wak wkkwkw