.
Pagi hari, Jisung terbangun dengan sisah payah. Memegangi kepalanya yang masih terasa pening. Matanya mengarah ke penjuru ruangan. Seperti tidak asing, pikirnya.
Dengan memaksa tubuhnya untuk bergegas mandi, Jisunh sempat hpir terjatuh. Tapi dengan perlahan menyeimbangkannya lagi.
Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit dan Jisung sudah selesai bebersih.
"Ck. Kau sudah berkeluarga tapi masih suka kelayapan?"
PLAK.
Tangan besar milik Younghyun itu mendarat pada pipi gembul Jisung.
"Kenapa ayah disini?" tanya Jisung dengan nada seraknya.
Masih heran kenapa ayahnya bisa disini, ada kepentingan apa, dan bagaimana dia kemari. Jisung berkutat dengan pertanyaannya itu namun tercekat ketika Ayahnya menunjukkan sebuah foto dirinya yang mabuk di bar.
"Kau lihat ini? Kau benar-benar tak tahu malu! Keluarga Minho adalah keluarga terpandang kau tahu? Jika ini menyebar luas, maka kita yang menanggung akibatnya!"
Jisung tak dapat berkata lagi. Dia memang selalu kalah dengan omongan ayahnya.
krkkkk krkkkk
Terdengar suara kursi roda dari belakang.
Minho hanya tersenyum menatap keduanya. Tak lupa Minho membawa sebuah buku dan pena. Dia mulai menuliskan sesuatu sehingga Jisung dan ayahnya menunggu.
'Jangan marahi Jisung. Dia hanya ingin meredakan sakit hatinya kehilangan sahabat terbaiknya.'
Begitulah yang dituliskan Minho.
Ayah Jisung menunduk menyamai tinggi Minho di kursinya. Mengusak rambutnya pelan dan tersenyum.
"Baiklah aku tidak akan memarahinya. Kalau dia keterlaluan padamu, segera beritahu aku agar ku habisi anak ini." kata Younghyun dan langsung menatap tajam pada anaknya lalu meninggalkan ruangan.
"Cih. Bahkan kau cari muka didepan ayahku? Menjijikan." geram Jisung yang juga langsung meninggalkan Minho sendiri.
Dibalik punggung Jisung, Minho tersenyum.
"Kau pikir siapa yang mengiri. itu ke ayahmu?" kata Minho dengan membalik kursi rodanya mengikuti kedua orang itu keluar ruangan.
.
"Kalau aku jadi kau, lebih baik aku bilang pada paman Han untuk menghabisi anaknya sekalian"
Minho menatap Chan dengan smirk.
"Kau gila? Aku belum puas bermain."
"Apa aku dan Hyunjin belum cukup jadi mainanmu?"
Chan berjalan mendekat kearah Minho yang sedang duduk didepan laptopnya. Meraih pucuk kepalanya dan menengadahkannya menatap kearah Chan.
"Ayo bermain." bisik Chan.
Tangan Minho segera meraih dasi Chan dan menariknya sehingga wajah Chan tepat berada diatas wajahnya.
"Kenapa aku harus menolak?" balas Minho.
Dan setelahnya, mereka sudah berpindah tempat :)
'Cih. Siapa yang mengajak, siapa yang lelah'