.
Tiga hari sudah terlewati, Minho tak mendapat kabar apapun dari orang yang dinantinya. Bahkan dia menyerah dan meminta semua anak buahnya melacak keberadaan Jisung. Tapi nihil. Lelaki manis itu, benar-benar hilang jejak.
ting.
Notifikasi dari ponsel Minho terdengar nyaring. Segera dilihatnya layar persegi panjang itu, dan menampilkan pesan dari nomor tak dikenal.
08xxxxxxxx
Masih mencari Han Jisung?Sesegera mungkin Minho menelfon orang diujung sana.
''Kau tau dimana Jisung? Bisa beritahu aku dia dimana? Apa yang kau minta akan aku usahakan.''
Begitu mendengar jawaban dari sang lawan bicara, Minho menutup telfonnya dan menuju mobilnya untuk segera menjemput Jisung.
Perjalanan tak begitu lama. Karna rupanya tempat yang dituju itu tidak terlalu jauh dari tempat Minho terakhir berpijak.
Tepat di tepi pantai, Minho melihat Jisung. Langkahnya dipercepat agar bisa sampai ke orang yang dirindukannya.
Tapi, tubuh Minho ditahan oleh seseorang dari belakang. Bahunya dicengkeram erat.
''Jangan buru-buru. Dia tidak akan pergi kemana-mana. Ayo ngobrol santai dulu.'' kata seorang dibelakang Minho.
Dengan cepat Minho membalikkan tubuhnya. Hampir saja melayangkan tinju tapi diurungkan saat melihat sosok didepannya tak asing.
''Kita pernah bertemu sebelumnya?'' tanya Minho dengan alis berkerutnya.
Yang ditanya mengangguk mantap menandakan benar apa yang ditanyakan Minho.
''Tapi dimana?'' susul Minho.
''Di pesta pernikahanmu. Waktu itu kau jatuh dan aku menolongmu.''
Wajah minho terangkat keatas, memikirkan kejadian beberapa lamanya. Sampai akhirnya senyum mengembang di wajah Minho.
''Aaaa, aku ingat. Jadi, kenapa Jisung bisa ada disini bersamamu?''
''Aku menemukan Han Jisung pagi hari tertidur di mobilnya. Saat itu aku tidak tau kalau itu mobil Jisung. Saat ku ketuk kaca mobilnya dan dia terbangun, dia membuka kacanya. Lalu aku bertanya apa yang dia lakukan dan lain-lainnya sampai akhirnya dia bilanh mencari tempat untuk menyegarkan pikirannya. Kebetulan aku mengelola penginapan di sekitar pantai ini. Jadi aku menawarkannya untuk tinggal sementara disini. Selagi aku mencari cara untuk memberitahumu.''
Minho mendekatkan tubuhnya pada lelaki didepannya. Berdiri sejajar, dan merangkul bahu lebar lelaki itu.
''Apa yang kau inginkan?'' bisik Mi ho tepat ditelinga sebelahnya.
Dan lelaki itu mengulum senyum. Menjauhkan dirinya dari Minho dan berdiri dihadapan yang lebih tua.
''Aku hanya ingin minta tolong, untuk melakukan apapun yang kau bisa untuk merebut kembali milikku yang sudah direbut oleh ayah Han Jisung.''
''Apa yang dia rebut?''
''Ibuku.'' sahutnya.
''Kau gila? Apa maksudnya? Ibumu? Ayah Jisung?''
Wajah Minho terlihat kaget dan tidak mengerti dengan apa yang barusaja ia dengar.
''Han Younghyun, membawa ibuku pergi saat dia tau ibuku pemegang saham terbesar di perusahan pasific. Kau pasti tau sebesar apa perusahaan itu kan? Bahkan ayahmu pun sebagai pemilik saham ke dua disana.''
Lagi-lagi. Minho dibuat kaget dan tidak percaya. Ternyata, target pemegang saham terbesar di perusahaan yang sedang Minho kejar adalah seorang ibu dari orang yang akan menolongnya.
''Aku harus membawa pulanb ibumu baru kau akan menyerahkan Jisung padaku?''
''Tepat.''
Ck. Decak Minho.
Minho mundur tiga langkah. Dan mengangkat lengannya, menunjuk pada lelaki didepannya.
''Tunggu dalam tiga hari. Tolong jaga Jisung dengan sebaik-baiknya disini.''
Setelah obrolan itu selesai, Minho menuju mobilnya dan menelfon Chan untuk segera bergerak menuju kediaman mertuanya. Tak tanggung-tanggung. Minho bahkan mendatangi kediaman ayahnya terlebih dahulu untuk menemui Jeno. Beruntungnya, sang ayah sedang tidak ada dirumah. Jadi Minho tak harus beradu mulut dengan sanh ayah.
.
Setelah mendengar penjelasan dari Minho, Jeno berdiri dengan gusar.
''Tapi kak, kalau kita lepaskan bu Yang, apa kita tidak akan merugi? Dia target utama kita di project kedepan.''''Aku tidak bisa berbuat apa-apa Jen. Ini hanya satu-satunya cara agar Jisung kembali. Aku janji aku akan mencari target yang lebih baik dari bu Yang. Kali ini, anaknya bemar-benar menjaga Jisung dengan baik.''
Jeno memalingkan wajahnya dari sang kakak. Mencoba menerima walau berat hatinya. Karna bagaimanapun, Jeno ingin meraih saham terbesar milik perusahaan besar itu.
''Kau bisa memiliki pasific lewat ayahmu Jen. Percayalah.''
Dengan anggukan, Jeno mengiyakan perkataan kakaknya itu.
Mereka berdua segera berjalan berdampingan menuju kediaman Han untuk menyusul Chan dan yang lainnya.
Diamatinya hari ini, tidak ada keanehan di rumah Han. Tapi saat malam tiba, terlihat segerombolan bawahan mertuanya itu menuju ruang yang belum pernah Minho masuki.
''Ruang apa itu Chan?''
''Aku juga baru melihatnya.''
Sesaat Hyunjin yang berada di sebelah Minho bergerak.
''Mau kemana Jin?'' tanya Minho.
''Itu, ruang pribadi ayahnya Jisung. Aku hanya sempat melintas beberapa kali saat kemari. Karna dijaga ketat dari luar, maka aku tidak pernah bisa memasukinya. Jisung juga tidak pernah masuk kesana. Tapi aku tau ada pintu lain yang terhubung dengan ruangan itu. Tapi, mereka menguburnya dengan rumput. aku sempat menandainya.''
Hyunjin bergerak pelan ke tempat yang dia maksud dengan mengajak Chan. Harus Chan yang kesana karna Hyunjin tidak mau Minho tertangkap saat mendekati area itu.
Lama menunggu Hyunjin dan Chan, Minho diarahkan anak buahnya untuk menumggu saja didalam mobil. Karna malam menjelang pagi hawa disana cukup dingin.
Minho menurutinya dan kembali ke dalam mobil yang terparkir di luar rumah Han.
''Kami menemukan pintunya.'' Begitu kata Chan sekembalinya dari menyusur halaman keluarga mertuanya.
''Nanti, kita akan buat rencana dulu bagaimana akan memasuki ruangan itu. Karna aku yakin, bu Yang ada di dalam sana.'' kata Jeno yakin.
Kalimat terakhir Jeno menjadi akhir juga untuk hari ini. Mereka kini kembali ke rumah untuk menyusun strategi bagaimana harus memasuki ruangan itu tanpa ada keributan. Yang mana mereka sendiri tidak yakin kalau bisa tanpa keributan.
.
''Ada kemajuan apa?''
''Aku dan anak buahku sedang mengamati rumah keluarga Han. Tunggu esok akan ku beritahu kelanjutanya.''
''Oke.''
.
.
jelas ga sih oknumnya yg nyandera si jisung?