7

1.6K 192 10
                                    

.

Suasana butik yang cukup ramai membuat Minho sangat malas berada disana. Sungguh jika bukan karna ayahnya dia akan memilih tinggal di kamar seharian.

Kali ini, Minho ditemani Chan menunggu Jisung.

Bahkan sudah hampir satu setengah jam, lelaki tupai itu belum terlihat. Minho mulai sedikit waswas takut jika terjadi apa-apa.

Padahal Faktanya,

"Aku tidak akan kesana Hyunjin!"

"Jisung, ayolah. Jika kau tak kesana, kujamin ini terakhir kalinya kau bertemu denganku. Ayahmu akan memenggal kepalaku jika kau tak pergi menemui Minho."

"Cih."

Jisung berdecih. Dia mulai lelah dengan semua ancaman yang ayahnya berikan. Tak hanya untuk Jisung, semua ancaman itu berlaku untuk orang-orang disekitarnya. Yaaa termasuk Hyunjin.

Dengan segera, Jisung berganti pakaian dan siap menuju butik tempatnya fitting baju.

Tak lama, perjalanan hanya menempuh lima belas menit dari rumah. Dengan teeburu, Jisung masuk dan mencari keberadaan Minho.

Terlihat dari sudut mata bulatnya. Minho dengan setelan tuxedo putih berdiri ditahan oleh Chan.

Hyunjin juga melihatnya. Batinnya seakan merasa 'dia bukan orang seperti itu'.

"Hyunjin, aku kesana dulu."

Jisung mulai melangkah mendekati Minho. Menatapnya risih dan tidak suka.

"Mana tuxedoku?" tanya Jisung ketus pada salah satu karyawati disana.

"B-baik tuan saya ambilkan."

Tanpa babibu, karyawati itu mengambil setelah tuxedo lagi untuk Jisung dan memberikannya.

Minho hanya menatap Jisung sebentar lalu menatap kaca lagi. Smirknya muncul disana saat menatap pantulan seseorang dibalik punggungnya.

.

Fitting baju sudah selesai, Minho dan Jisung masih punya satu tujuan lagi. Mereka harus ke venue pernikahan. Itu diadakan di sebuah gedung megah dan tentunya pundi-pundi yang dikeluarkan keluarga mereka tak main-main.

Jisung sempat melongo melihat apa yang didepan matanya. Dekor dengan nuansa gelap sungguh membuatnya sedikit takut.

"Hei. Kau apa kau gila? Ini pesta pernikahan bukan peringatan duka!" protes Jisung ke Minho yang hanya mendapat tatapan sayu.

"Akan kuubah semua dekornya."

Jisung mencari pimpinan dekornya dan merancang semua bentuk acaranya sendiri. Dia ingin pernikahan ini jadi seperti apa yang dia mau. Karna ini sebuah pemaksaan, Jisung juga harusnya bisa memaksa mereka semua untuk mengganti dekor.

Setelah memukan penanggung jawabnya, Jisung segera mengeluarkan semua pemikiran yang tadi direncanakan.

"Maaf tuan, tapi semua ini sudah tidak bisa diganti lagi. Tuan Taeyong sudah benar-benar membayar besar kami untuk menuruti keinginan anaknya."

"Keinginan anaknya?" Jisung bertanya tapi arah pandangnya menuju ke Minho yang dengan polosnya bermain kuku dikursi rodanya.

"Bedebah itu."

Jisung berlari menghampiri Minho.

KRAK.

Kaki Jisung menendang kursi roda membuat Minho sedikit terkejut. Chan dan Hyunjin pun segera mendekat kearah Jisung Minho.

"Bedebah. Kau bodoh atau bagaimana ha? Kenapa kau mendekor seenaknya sendiri?"

Minho mengeluarkan note kecil dan dia menulis sesuatu.

'Apa jika aku bisa mendiskusikannya denganmu, kau akan setuju?'

Jisung menatap Minho semakin benci.

"Terserah kau. Aku sudah muak."

Jisung pergi meninggalkan Minho dan Chan. Sedangkan Hyunjin langaung berlari mengejar sahabatnya itu.

"Dia kenapa?" tanya Chan.

Minho hanya mengangkat tangan dan bahunya tanda tidak tahu.

"Dasar kalian seperti anak kecil."

Minho hanya tersenyum mendengar kalimat sahabatnya itu.

Setelahnya, Minho dibantu dorong Chan kembali kerumah unyuk memberi lapiran pada Taeyong kalo semua persiapan sudah mencapai 75%.

.

.










HA HA HA AKU UPDATE.

darĸѕιde || jιĸnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang