tamu

252 29 4
                                    

Pagi sudah menjelang, sang fajar sudah hampir sempurna menampakan dirinya, faza sudah sejak subuh tadi telah dibangunkan oleh suara adzan subuh dikampung halaman yang ia rindukan,suasana yang selalu mengingatkan ia tentang masa kecilnya dulu.

Ia ingat dulu selepas adzan subuh rumah-rumah sudah berepul asap, pertanda sang penghuni rumah telah bangun untuk menyiapakn sarapan, dan para anak kecil sudah riuh dijalanan, jalan-jalan pagi menikmati suasan yang masih asri, dan beberpa orang tua yang sudah siap dengaan cangkul mereka.

Suasana yang tidak akan pernah ia dapat lagi sekarang, enam tahun meninggalkan kampung halaman, membuatnya melewatkan banyak hal, bukan hanya meninggalkan teman-teman sekampungnya, juga suasana kampung yang tidak seasri dulu, celoteh anak-anak yang kini telah beranjak remaja dan meninggalkan kebiasaannya dulu.

Dunia telah banyak berubah.

Selepas mengambil wudlu dan merampungkan jamaah subuh dimusholla yang leteknya hanya hitungan Langkah dai rumahnya itu, faza sengaja mengajak ibunya untuk berbelanja dipasar yang baru-baru ini ia ketahui berpindah tempat sementara diterminal bahurekso, sebab pasar utama yang biasa dikenal dengan nama pasar weleri itu telah habis terbakar beberapa waktu lalu, hal yang patut disayangkan mengingat pasar weleri merupakan salah satu pusat perekonomian terbesar diwilayah Kendal.

Faza hanya perlu berjalan kurang lebih satu kilo untuk mencapai tempat tersebut, ditengah perjalanan beberapaa kali ia juga menemui para tetangga yang juga satu tujuan dengannya, beberapa dari mereka menyepa faza dan ibunya.

Sesampainyya disana faza membeli beberapa sayur mayur yang masih segar karena beberapa mobil pengangkut sayur baru saja tiba dari sukorejo dan beberapa bumbu dapur lainnya, ia juga membeli beberapa ikan lele untuk dimasak  mangut nanti, entah mengapa ia sangat ingin memesak  lauk itu. Tidak lupa juga ia memebeli beberapa jajanan pasar yang sudah jarang ia temui seperti kue lupis,gemblong goreng, sumpil,klepon,surabi dan beberapa bungkus gethuk bereneka macam yang dibungkus daun jati.

Gadis itu sudah benar-benar tidak sabar untuk menyantapnya, jadi ia putuskan setelah mengantongi beberepa keresek belanjaan ia segera puang kerumah. Dan sesampainnya dirumah ia segera mengeksekusi belanjaanya tadi.

Jam sudah hampir menunjukan pukul sepuluh pagi namun gadis itu masih asyik berkutat didapur, sementera ayahnya sudah pergi kesawah sejak pagi tadi.

"Nok, mandi dulu sana, habis ini anterin bekal bapak kesawah, biar sisanya ibu yang lanjut masak" ucap ibunnya yang baru saja masuk dari ambang pintu dan segera mengambil alih tugasnya.

" njeh bu, kulo tak mandi rumiyen" jawab gadis itu penuh takdhim.

Faza segera bergegas mandi , kebetulan ia memang sudah sangat gerah dan seluruh tubuhnya terasa lengket karna berkeringat, dan bajunya juga sudah berbau macam­-macam.

Setelah mandi ia segera berganti baju kaos berlengan pendek berwarna putih dan rok plisket Panjang berwarna hitam, kebetulan ia baru saja selesai kr
Keramas dan ia piker karna ia berada didalam rumah tidak apa -apa untuk mengenakan pakaian seperti itu, toh ia juga tidak akan keluar rumah dengan pakaian seperti itu.

Setelah berganti pakaian faza kembeli menghampiri ibunya kedapur, dilihatnya lauk pauk sudah tertata rapi dirantang, itu tandanya ia harus segera mengentarkan sarapan itu kesawah, karena bapak pasti sudah menunggu.

Faza baru akan berganti pakaian dan akan segera mengantar makanan tersebut, namun tiba-tiba sebuah ketukan pintu mengurungkan niatnya.

Buru-buru ia membuka pintu, karena ia piker dua bocah cilik hisyam dan isyom yang mengetuk pintu, sebab semalam dua bocah itu memang sudah berjanji akan datang bermain setelah susah sekali dibujuk pulang karena malam mulai larut,dan mereka juga harus sekolah esok paginnya.

Rindu Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang